Jangan menyalahkan orang lain
Untuk kesalahan yang kamu perbuat
-Alnira-****
Irza mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jantungnya masih bergemuruh, kepalanya terasa panas ingin sekali dia menghantamkan tinjunya berkali-kali kepada pria yang berani mencium bibir kekasihnya itu.
Tapi bukankah Andin juga menyukainya?
Bahkan mereka berdua tertawa bersama.
Irza berusaha mengusir bayangan Andin dan pria itu yang sedang tertawa. Dia melirik ponselnya yang ada di laci dashboard, ponselnya bergetar sejak tadi dan menampakkan nama Andin yang menari-nari di sana.
Irza memilih tidak menggubrisnya, dia terlalu marah pada perempuan itu. Dia pikir Andin berbeda dengan perempuan yang dekat dengannya dulu. Nyatanya, Andin sama saja.
Irza memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya, lalu melesat masuk ke dalam. Ibunya yang baru saja keluar dari dapur kaget melihat Irza yang cepat sekali kembali, "Lho, Kok, pulangnya cepat sekali Za? Katanya mau ketemu sama Andin?"
Irza diam, tidak menganggapi ucapan ibunya, dia hanya tersenyum tipis sambil menyalami tangan ibunya, kemudian memutuskan untuk kembali ke kamarnya di lantai dua.
Irza mengambil sebungkus rokok dari dalam lacinya lalu membuka pintu balkon. Irza menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya. Hari ini yang harusnya menjadi hari kejutan bahagia untuk Andin malah menjadi kejutan buruk untuk Irza.
Bukan sekali Irza dikhianati, sebelum Andin, dia sempat dengan beberapa perempuan dan kasusnya hampir sama seperti ini, bedanya perempuan yang dulu menjadi kekasih Irza itu langsung meminta putus dengan alasan tidak kuat menjalani hubungan jarak jauh ini, selang beberapa hari dari situ, Irza melihat foto perempuan itu bersama pria lain.
Mau tidak mau, dia berspekulasi sendiri, pasti perempuan itu sudah menjalani hubungan sebelumnya dengan pria lain sebelum meminta putus darinya.
"Kakak kenapa?"
Irza membalikkan badannya dan mendapati Lana yang sedang berdiri di belakanganya.
"Nggak papa, Na."
Lana menghela nafasnya, lalu mendekati Irza, Lana mengambil rokok yang terselip di bibir Irza dan membuang puntung rokok yang masih panjang itu ke kotak sampah.
"Makin lama, kakak ngerokoknya makin kuat aja ya."
Irza menghela nafasnya, selain ibu, Irza sangat menyayangi adiknya ini. "Ngilangin stres, Na."
"Kakak stres apa? Ini lagi di darat lho, bukan lagi berlayar."
Irza memilih diam, tidak menggubris pertanyaan adiknya itu, matanya nyalang memandangi pemandangan dari atas balkon kamarnya.
"Pasti masalah perempuan, Andin kenapa?" Lana tahu, hal yang membuat kakakknya uring-uringan ini pasti tidak jauh dari masalah perempuan.
Menurut Lana, Irza tipe orang yang setia, ketika dia memutuskan untuk menjalin hubungan, sebisa mungkin dia menjaga komitmen yang ada. Sayangnya selama ini hatinya dipatahkan oleh banyak perempuan.
"Kakak dikhianati lagi?" tanya Lana hati-hati.
Irza menghela nafasnya lalu mengangguk. "Hah! Ya sudah Kakak jangan sedih begini, itu artinya Tuhan nunjukkin ke Kakak siapa perempuan itu sesungguhnya, Kakak bersyukur karena kalian masih pacaran dan sudah ketahuan belangnya, kalau sudah nikah gimana?"
Dalam hati, Irza menyetujui ucapan adiknya ini. Tapi tetap saja ada rasa sesak di dalama hatinya.
"Dia sama pria lain, ciuman depan muka Kakak Na."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desiran Angin Laut
Romance[Pemenang Wattys Award 2017 kategori Riveting Reads] Apa sih yang dipikirkan orang saat mendengar kata pelaut? Orang yang kerjanya menangkap ikan seperti nelayan? Orang yang bekerja berbulan-bulan di laut dan tak pulang-pulang? Atau orang yang diyak...