Game 4 part 2

2K 251 44
                                    

Preview part sebelumnya

Draco merasakan dadanya begitu sesak. Seolah olah ada benang tak tasat mata membelit jantungnya.

"Apa yang kau lakukan Harry!"




----------




Draco menggeram marah, namun tak menyalahkan sang sahabat. Dengan cepat ia menaruh Harry pada kursi mobil. Membawa sang sahabat ke rumah sakit.

Sang sahabat tampak lemah dan pucat. Darah yang terus saja mengalir membuatnya tak memiliki energi yang banyak. Draco memacu mobil dengan kecepata di atas rata-rata. Meragu pada sahabat yang tak kunjung bergerak. Hatinya kembali nyeri.

'Ku mohon bertahanlah, Harry. Jangan tinggalkan aku. Kau sudah berjanji padaku.' racauan kegundahan menyelimuti hati.

Draco menepikan mobilnya, membuka pintu. Meraih tubuh mungil itu dan menggendongnya masuk ke rumah sakit. Air mata mengalir deras. Sang sahabat tampak tak perduli akan dirinya yang menangisinya. Ya, karna sang sahabat tak dapat merespon.

Hampir. Draco hampir kehilang Harry. Menurut dokter, lukanya hampir memutuskan arterinya. Andai Harry menekannya lebih dalam sepersekian mili, mungkin Draco sudah kehilangannya.

Kini, Harry sudah dipindahkan keruang inap biasa. Dengan sabar Draco menjaganya. Melupakan semua hal yang harus dilakukannya terlebih, mencari gedung untuk pernikahannya. Demi Harry, dia mengabaikan sang kekasih yang terus menghubunginya.

Hingga seminggu berlalu, dan Harry sudah diperbolehkan pulang. Hanya saja, Harry harus benar-benar istirahat. Tidak melakukan apapun dan Draco dengan setia menjaga dan mengurusinya. Sampai suatu hari Astoria mendatangi mereka tepatnya Draco. Dengan terpaksa, Draco kembali meninggalkan Harry demi kelancaran pernikahannya. Ya, 3 hari lagi pernikahannya dengan Astoria akan diselenggarakan.

Harry sadar, apapun yang dilakukannya nyatanya percuma. Tuhan masih menyayanginya dan tidak membiarkanya mati begitu saja. Sayang? Heh! Bila memang Tuhan menyayanginya, kenapa dia harus menderita? Hh~ nampaknya Harry harus mencoba merelakan Draco.

Hari pernikahan Draco dan Astoria pun tiba. Pagi-pagi sekali Harry sudah siap dengan jas resmi yang sengaja dipilihkan oleh Draco. Ah, menjadi groomsmen Draco tentunya.

"Kau tampak tampan, Dray~" puji Harry tulus saat mereka sedang menunggu mempelai wanita dialtar.

"Thanks Rry~" dan, acarapun belangsung.

Harry? Jangan tanyakan hatinya yang sudah sangat berdarah. Namun, sebelum Harry mendengar janji suci mereka, Harry memutuskan pergi dari tempat itu. Meninggalkan serpihan hatinya yang hancur tak berbentuk.

Sedangkan didalam gereja, Asto dengan tiba-tiba membatalkan pernikahan itu. Alasannya? Asto sadar bahwa Draco tidak mencintainya. Namanya tidak ada di hati Draco. Hanya Harry. Harry Potter yang terukir dihati Draco. Tersadar, Draco mencari Harry. Mengucapkan terimakasih pada wanita yang sudah 1 tahun terakhir menjadi kekasihnya itu.

Berlari keluar gedung gereja, dan menemukan sang sahabat yang bahkan tanpa diduganya ternyata sudah menjadi seseorang yang sangat dicintainya itu berjalan lunglai. Mengabaikan sekitar.

Mencoba meneriakkan namanya namun Harry seolah tak mendengar. Harry terus berjalan dan tidak melihat sekeliling hingga suara decit ban memekakkan telinga dan-

"Harry!!!!"




END


















Candaaaa 😅😅😅😅




------------








Tahunpun berlalu. 5 tahun sudah Draco melihat sosok pria manis miliknya itu tertabrak tepat dihadapannya. Pernikahannya dengan Asto tentu dibatalkan dan kedua orangtuanya tidak mempermasalahkan itu. Mereka menghargai keputusan putra tunggal mereka selama Draco bisa bahagia, apapun akan mereka upayakan.

5 tahun dan kehidupannya sungguh berantakan. Dia terbiasa melihat Harry menyiapkan sarapan, membiarkan Harry berjam-jam menjadikannya objek lukisan. Kini, semuanya tidaklah bisa Draco rasakan. Hatinya perih. Hatinya hancur bahkan tak bersisa. Perasaan sakit terus menggerogoti hatinya dengan ganas.

'Andai, hanya andai belaka. Aku menyadarinya lebih cepat, aku tidak akan seperti ini, Harry~ kita bahkan bisa bahagia bersama~' inernya pilu.

Ya, Draco tahu bahwa Harry mencintainya. Buku harian Harry yang menjawab semuanya itu. Kini, buku itu berpindah kepemilikan menjadi miliknya. Setiap harinya Draco akan menggoreskan tintanya dibuku itu, melanjutkan kisah yang Harry buat.

'5 tahun dan aku semakin merindukanmu, Harry~ jangan siksa aku lebih lama, love. Aku mencintaimu~' tulisnya tanpa menyadari, sesosok pria manis menghampirinya dan memeluknya erat.

Draco tercekat. Ini, tangan yang melingkari tubuhnya adalah miliknya. Milik seseorang yang sangat dirindukan dan dicintainya. Air mata tak ayal mengalir dipipi pucatnya. Penantian tak berujungnya terbalas. Harry-nya, Harry-nya kembali. Dia kembali setelah tidur panjangnya.

"Harry~" isaknya pilu saat dirasa pelukan itu semakin kuat.

Dia tahu, Harry-nya tidak akan meninggalkannya lagi. Seperti janji Harry padanya. Harry akan selalu bersamanya dan Draco tahu, Harry tidak akan mengingkari janjinya.

"I love you, Harry~ dan terimakasih kau sudah mau kembali~" bisiknya lirih seraya meremat tangan Harry yang masih setia memeluknya dari belakang.

END



Mom tahu ini super gaje 😅 maklum, ini dikerjakan dengan ngebut seperti biasa.

Endingnya, silahkan para pembaca sekalian mengasumsikan sendiri. Harry mati atau tidak 😅 mom serahkan klimaks cerita ini menjadi sad ending atau happy ending pada para pembaca sekalian 😅

Iztha09 nakajimayuu Aiaychan

DraRry CompilationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang