Game 3 part 2

3.2K 310 20
                                    

Preview part sebelumnya

Draco tersenyum, ya, apapun yang terjadi nama Harry akan selalu ada di hatinya. Tak akan ada yang bisa menggantikannya, tak akan ada yang bisa menghapuskan nama pemuda beriris emerald itu dari hidupnya, meski Tuhan sekali pun.

"Apa kau tahu, iblis tidak tercipta untuk memiliki mate. Tapi demi dirimu Harry, adikku di masa lalu, aku rela mengacuhkan kodrat tersebut. Pesonamu, dirimu, mampu membuatku bertekuk lutut." Draco berjalan mendekati Harry yang terdiam kaku "Jadi kumohon bertanggung jawab lah.."

Di tempat lain

Lucius dan James tergugu. Mereka terdiam dalam hening. Sudah begitu lama Harry tertidur, dan Draco ada di sampingnya. Memegang erat tangan pucat yang tersambung pada infus. Draco telah 10 tahun menunggu kembarannya untuk bangun, tapi tak ada yang terjadi.

Diam-diam tanpa kedua orang tuanya tahu Draco marah pada dirinya sendiri. Seandainya dia tidak nakal, dan tetap kekeuh untuk bermain bola, maka Harry tidak akan tertidur lelap seperti ini.

Draco saat itu berumur 5 tahun, dia hanya bocah polos dengan egoisme yang tinggi. Dan Harry sebagai adik hanya dapat mengangguk patuh. Umur mereka hanya terpaut 5 menit. James melahirkan mereka dengan cara di sesar. Dan Lucius sebagai suami dan dokter yang menanganinya berharap bahwa kedua anak mereka selamat.

Ya selamat, hingga 5 tahun kemudian Harry pun terbujur kaku tak sadarkan diri. Koma, karna kecelakaan. Tertabrak mobil yang sedang melaju kencang. Harry berniat mengambil bola yang di lempar Draco. Harry terperangkap dalam mimpinya sendiri, selama 10 tahun.

"Harry, aku menunggumu untuk bangun. Maafkan aku."

James dan Lucius berpelukan, mereka merasa sedih.

Gelap, semuanya gelap. Dimana ia? Dimana kakaknya? Apa yang terjadi? Terakhir yang ia ingat adalah Draco dan dirinya tengah bermain bola, Draco terlalu jauh melempar bolanya, membuat dirinya harus berlari untuk menangkap bola, setelah itu yang ia ingat hanya suara bel klakson dan kegelapan yang mulai menyelimuti.

"Drake?" panggilnya pelan, merasa ketakutan karena tak terbiasa sendirian tanpa sang kakak dalam waktu yang lama "Drake? Draco? Jawab aku, kau dimana? Kenapa disini gelap?!"

Tak ada jawaban, suaranya menggema. Rasa takut semakin membuncah, membuatnya tak kuasa menahan tetesan air mata.

Draco masih dengan setia menggenggam jemari sang adik. Adik tersayangnya. Berharap sang adik akan terbangun setelah sekian lama tak kunjung membuka mata. Dalam harapan tipis itu. Draco masih berharap.

Disisi dunia, dimana harry masih terjebak.

Harry masih memanggil, mengaungkan nama yang ia rindukan. Nama yabg semindunginya selama ini. Nama yang selalu dia panggil. Nama yang akan menghiasi hari-harinya.

"Drake?...kau dimana? Aku merindukanmu... Kenapa kau pergi meninggalkanku di sini sendiri?" nada pilu menyesakkan itu kembali bersuara. Mengisyaratkan keputusasaan yang sangat menyayat hatinya.

Matanya terpejam. Mengikuti kata hati yang menuntunnya pada kakaknya. Ruang gelap ini bagaikan hutan tak berujung. Masih menentukan arah, Harry terus berjalan hingga ia menemukan sesorang yang ia yakin, ia rindukan.

"Draco!" panggilan putus asa berubah menjadi panggilan bahagia yang melegakan hatinya.

Sang pirang menoleh. Menatap aneh sekaligus bingung pada Harry.

"Harry?" matanya terbelalak. Saat memastikan bahwa yang ia lihat, lelaki yang ia cintai, bukan! Lelaki yang di tunggu manusia di sebrang sana.

"Ya...ini aku Draco...ini aku..." Harry mendekat. Memeluk erat tubuh Draco hingga sulit melepaskannya.

"Aku mencarimu kemana-mana... Kau meninggalkanku begitu saja..." Harry terisak haru merasakan pelukan balasan dari sang kakak.

Dekapan Draco terasa hangat--sangat hangat. Harry merasakan setengah jiwanya telah kembali. Kakak tercintanya, orang yang paling ia sayangi. Rasa sayang itu memberontak, menembus definisi seharusnya. Hingga perasaan terlarang pun menguasai.

Sosok Draco dalam dekapannya memudar. Harry terkaget, sosok kakaknya berpendar... Menjadi butiran butiran temaram.

Samar-samar, iris emeraldnya terasa silau. Cahaya putih menyeruak pengelihatan. Hingga cahaya putih itu menghilang, membentuk objek objek asing baginya. Aroma obat-obatan, selang dan...tangan yang menggenggam.

"Dra...co..."

Draco tak tahu apa yang harus dia katakan. Jadi ia hanya menangis. Rasa lega memenuhi relungnya. Harry kembali membuka mata, baginya, sama saja dengan kembali menghidupkan dirinya. Karena ia tak bisa kehilangan Harry, tak akan pernah, sekalipun dalam hidupnya.

"No, Draco. Jangan menangis," Harry membawa tangannya mengusap air mata Draco. "Jangan menangis kumohon."

Draco memeluk Harry. Erat, tak lepas. Membisikkan aku mencintaimu sebanyak yang ia bisa. Karena tak ada lagi kebahagiaan selain Harry, tak ada.

Lucius dan James hanya mampu menatap kedua anak mereka dengan haru. Mengabaikan kenyataan lain yang ada dihadapan mereka. Mencoba menerima apa yang terjadi pada kedua putra mereka. Bila mereka bahagia, apalagi yang dapat Lucius dan James perbuat?

10 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Selama itu pula keduanya menyadari arti seorang Harry bagi Draco. Bukan sekedar adik semata. Harry lebih dari itu. Dia adalah nyawa Draco. Jiwa Draco. Mereka tidak buta dan mereka harus merelakannya.

"Harry, my love~ syukurlah kau bangun. Aku-aku tidak tahu apa yang akan terjadi bila kau tidak membuka matamu lagi. Maafkan aku, love~" bisiknya disela isak tangisnya yang memenuhi kamar itu. Membuat siapa saja yang mendengarnya tidak akan percaya bila seorang Draco bisa menangis sedemikian pilu.

"No Dray~ bukan salahmu. Maaf membuatmu menungguku. Maaf membuatmu menangis~" diusapnya kembali air mata Draco dengan tangannya yang masih lemas. Dipandangnya pria yang menjadi kembarannya itu dengan senyum hangat.

Berapa tahun dia meninggalkan Draco? Ah~ nampaknya sangat lama. Lihatlah~ kembarannya kini tampak sangat tampan. Oh, dia memang tampan tentunya. Semakin menawan dan satu hal yang Harry sadari. Dia mencintai pria dihadapannya ini. Cintanya bukan hanya sekedar cinta antar saudara namun lebih dan dia berharap, cintanya dapat bersambut.

Namun, Harry teringat orangtuanya. Ah~ lupakan sejenak kedua orangtua kalian, boys~ nikmatilah kebersamaan kalian saat ini. Orangtua kalian, akan baik-baik saja dengan hubungan kalian. Percayalah ^^

END

Mom gak tahu ini apaan dan kenapa kaya gini 😂 maklum, ini hasil game dengan anak-anak di group DraRry Shipper. Tiap part punya keunikan masing-masing karena hasil pemikiran tiap anggota yang berbeda 😂

Iztha09 _Loshi FarahIiman neko_chuudoku nakajimayuu agloo_ Aiaychan

Ini masih akan berlanjut nampaknya 😂
Dan mom setia menjadi team ending part dan editing 😂

Ok, sampai nanti lagi 👻👻👻

DraRry CompilationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang