2.Acara Penyambutan

52 12 1
                                    

Ngeeemmm...
Aku menggeliat. Kini aku bangun dari alam bawah sadarku.
Huft...
Aku sudah sampai sepertinya. Aku melihat keluar jendela. Semua tampak tak asing. Semua terlihat sangat familiar. Oh... Ini sekolah itu. Tapi... Otoke... Hah... I'm so confused. Hayalanku tadi... Huft sudahlah... Semakin ku ingat-ingat aku semakin merasa malu.

Segera ku tapakkan kakiku ke tanah luar mobil. Aku mencoba menafsirkan keadaan. Ramai. Aman. Peluang adanya zombie dan makhluk aneh hampir tak ada. Tentu saja itu hanya tafsiran belaka.

Aku masuk kedalam sekolah. Pertama aku melewati gerbang. Yeah mobilnya terparkir di luar sekolah tak seperti khayalanku itu. Hampir semua pandangan mata anak-anak sekolah yang lalu lalang di sekitar gerbang tertuju padaku. Dan sepertinya diriku mengalami phobia terhadap pandangan manusia. Tentusaja itu masih ada hubungannya dengan kejadian di bandara. Mungkin aku sedikit trauma dan membuatku sedikit paranoid. Langkah demi langkah,rasanya jantung ini sudah tak sabar ingin keluar. Dia terus berdebar-debar. Aku semakin merasa khawatir dan bingung juga takut. 'Sebenarnya aku yang tadi yang berada dalam dunia alam bawah sadar atau aku yang kini? Jika aku yang kini... Maka itu artinya aku sudah...'
"HEI!!" Jessy menepuk pundakku dari arah depan.
"Hm?" aku yang sedari tadi hanya berdiri tengok kanan kiri kaget.
"Kenapa diam saja? Cepat bersiap acara penyambutan akan di mulai. Harusnya sejak tadi kau harus sudah ada di luar mobil." Jessy mengakatakannya dengan nada sedikit jengkel.
"Oh iya.." jawabku singkat.
Jessypun tampak bertambah jengkel saat mendengar tanggapanku. Kesal bukan menjadi alasanku meanggapi singkat ucapan Jessy, tetapi karena aku sadar bahwa aku memang salah. Dan bukannya aku tak tak tahu bahwa acara penyambutan akan dimulai jam segini, tetapi karna aku tadi sedang tidur dan baru bangun maka dari itu aku baru saja keluar mobil bukannya sejak tadi. Segera aku berlari kecil memasuki sekolah lebih dalam lagi. Hemin. Dia tampak mendekatiku. Aku yang melihat Hemin berlari kecil ke arahku langsung diam berdiri mematung.
"Hai... Kau baru bangun tidur ya?" benarkan Hemin memang ingin menghampiriku.
"Iya." aku menjawab dengan senyum kecil. Wait... Bagaimana dia tahu bahwa tadi aku tidur? Aku mengkerutkan kening. Tampaknua Hemin dapat menafsirkan mimik wajah diriku.
"Hehe tadi aku sedikit curiga bahwa kau tadi sakit. Kau tahu? Kejadian bandara... Jadi saat mobilku berhenti segera aku keluar dan menghampiri mobilmu yang juga berhenti. Dan aku melihat kau tidur dengan pulasnya. Aku tak sampai hati membangunkanmu kupikir kau terlalu merasa lelah setelah melakakukan perjalanan jauh. Jadi aku juga meminta kepada supirmu dan penjagamu untuk tidak membangunkanmu. Sorry... Mungkin kau sedikit merasa terganggu dengan perilakuku tadi." Hemin menjelaskan dengan cukup baik menurutku.
"Iya... It's good... Aku jadi dapat beristirahat sejenak." kataku
"Ok... Lagipula saat di dalam pesawat kau kan sudah bekerja banyak." kata Hemin
"Iya." jawabku singkat.
Ya memang saat di dalam pesawat aku mengerjakan tugasku sebagai sekretaris. Mengurus administrasi. Jadi banyak berkas yang harus disiapkan dan diurus. Huft melelahkan tetapi menyenangkan.

Oh iya... Aku sudah menjelaskan tentang tujuan kami di sini belum ya?
Hmm... Aku jelaskan saja ya...
Aku disini untuk meneliti bagaimana perkembangan otak siswa dan siswi di negara berkembang yang memiliki banyak penduduk. Setelah rapat demi rapat dilalui ditemukanlah mufakat untuk membuat kajian di negara ini.

Aku diantar oleh Hemin menuju ruangan kami. Kami akan berada disinih selama 1 bulan dan membutuhkan ruangan khusus untuk kami jadi sekolah ini telah menyiapkannya setelah orang kami memintanya.

Ok aku sudah sampai di ruangan itu. Hemin pergi meninggalkanku setelah mengantarkanku. Di ruangan itu tak ada orang kecuali aku. Aku sendirian. Ruangannya cukup luas. Ada sofa, meja didepannya, seperti meja tamu dan ruangannya ber-AC. Temboknya berwarna merah marun dengan motif bunga berwarna kuning yang soft dan lantai dengan dilapisi karpet coklat. Juga ada cermin. Ada lemari. Ada rak. Ada semacam meja kerja. Jendelanya persegi dengan jumlah yang cukup banyak. Yeah... Mirip seperti kelas tempat KBM berlangsung yang di modofikasi menjadi kantor kami.

SKIZOFRENIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang