3. Kantor Kami

41 13 1
                                    

Tuktuk tuktuk..
"Mr... Please.." aku mengatakannya sambil terus berusaha.
"Hm?" Mr. Kays memotong perkataanku sambil menghentikan langkahnya. Langkahkupun juga ikut terhenti.
"Em?" aku bingung harus berkata apa.
"Haha selalu saja." dia mengatakannya dengan santai. Melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tanpa melepaskan genggaman tangannya. Tanganku masih berada di dalam saku jasnya.

"Ommo!"
"Aigo... "
"Hemh"
"Wow"
"Oh."
Semuanya terkejut atas kehadiran kami. Entah terkejut karena tanganku atau memang terkejut biasa. Kami sudah ada di dalam kantor.
"Tangannya..." Hemin mengatakannya dengan suara lirih. Dan tampaknya tak akan di lanjutkannya.
"Hm?" Mr. Kays bertanya kepada Hemin sambil mengangkat alisnya yang memiliki bentuk sempurna, tak kalah dengan alis yang dimiliki oleh Jessy, Rahen, dan Jisoo.
"Bukan apa-apa." Hemin menjawab dengan nada pasrah.
"Mr... Tangan saya." kalimat yang sesungguhnya ingin aku ungkapkan sejak tadi akhirnya terungkap jua. Bukan karena tak bisa mengungkapkan karena tak enak hati, tetapi karena selalu saja saat aku ingin mengatakannya dipotong olehnya.
"Em... Wae?" Mr. Kays mengatakannya dengan sangat santai.
"Tolong lepaskan." Kurasa sejak tadi Hemin ingin mengatakannya.
"Oh." lagi-lagi Mr. Kays menjawab dengan santai.
Tangankupun di keluarkannya dari saku dan genggaman yang cukup kencang itu di lepaskan olehnya. Mr. Kayspun duduk di sofa yang ada di kantor itu. Aku tetap berdiri di tempat tadi.

Kantor ini ramai. Hampir semua orang kami berada di kantor ini. Dan itu yang membuatku tak takut berada di dalam kantor sekarang. Aku duduk di sofa, sofa yang berbeda dengan Mr. Kays. Di dalam ruangan itu terdapat 2 sofa. Sofa yang pertama memiliki ukuran yang lebih besar. Dan sofa yang kedua memiliki ukuran yang lebih kecil, hanya untuk satu orang. Aku duduk di sofa yang kedua, sofa yang lebih kecil.

Suasana kantor sangat ramai. Semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Rahen sedang konsen melihat schedule. Jisoo sibuk dengan smartphonenya. Jessy sibuk merias dirinya di depan cermin. Dan Hemin masih menatap diriku dengan mimik wajah yang aneh. Hemin menghampiriku. Duduk disampingku. Kami tak mengucapkan 1 katapun.

Sampai akhirnya kantor mulai sepi. Rahen dan Jessy keluar kantor untuk berkeliling memulai observasi. Mr.kays dan Jisoopun keluar kantor jua. Dan di kantor sisalah kami berdua. Awalnya kami hanya saling tatap dan itu juga dengan rasa gugup. Tapi akhirnya Hemin mulai membuka pembicaraan.
"Emm Yantsu?"
"Ya"
"Apa kau memiliki perasaan yang khusus kepada Mr.kays?"
"Em?" aku cukup terkejut. Aku tak menyangka Hemin bisa mengatakan hal yang cukup sensitif dan intim.
"Maaf." Hemin menundukan kepalanya.
"Bisakah kau lupakan saja pertanyaanku tadi? Anggap saja aku tak pernah bertanya soal tadi. Em... Maksudku 'abaikan!'."  lanjut Hemin dengan mengangkat kepalanya.
"Aku tak memiliki perasaan khusus terhadap Mr.kays, aku menganggapnya hanya sebatas guru. Ya hanya guru. Dan... Aku pasti akan melupakan pertanyaanmu setelah ini. Kau tenang sahaja." aku mengucapkannya dengan sangat lancar dan dengan diiringi senyum tipis.
"Baguslah kalau begitu." kata Hemin.
Diapun langsung meninggalkanku sendiri di kantor. Sendiri. Aku tersenyum. Bagaimana bisa Hemin bertanya seperti itu? Atau jangan jangan? Haha tak mungkin.

Aku mengeluarkan smartphoneku. Aku membuka aplikasi favoritku. Maksudnya aplikasi yang cukup sering aku buka. Aku masih di dalam kantor. Duduk di sofa. Sendirian. Di dalam kantor yang sepi. Sunyi. Dan di sekitar kantorpun sepertinya tak ada orang. Tak terdengar suara bising. Hanya detak jarum jam yang menggema. Aku tertawa sambil memainkan smartphone.

Hahahahahahahaha...
Suara tawaku menggema mengalahkan suara detak jarum jam.
Hahahahahahahaha...
Tiba-tiba ada suara tawa yang menyusul. Itu bukanlah suara tawaku. Aneh. Di sini sedang tak ada orang kecuali diriku. Rasa takutku kini muncul lagi. Aku berusaha menahannya. Aku tetap duduk di sofa kantor yang sepi memainkan ibu jari diatas layar smartphone. Diam didalam kesunyian. Sendirian.

LINE
Suara notifikasi pesan masuk. Ku buka notifikasi tersebut. Dan... Kontak yang tak kukenal. Aku tak pernah menambahkan kontak itu sebagai teman. User namenya ialah "unknown". Kuliat pesannya. Pesan itu bertuliskan.
"Hi... Who are you?"
Sontak aku mengerutkan kening. Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Dia yang menambahkan kontakku. Itu bukanlah kejanggalan yang berarti. Mungkin ia hanya iseng dengan mencari user id yang kebetulan itu adalah user id ku dan dia menambahkanku sebagai teman. Aku membalas pesannya.
"My name is yantsu "
"Owh... What are you doing here?" dia membalas dengan cepat.
Wait... 'Here'?
Disitulah mulai terjadi kejanggalan yang cukup menakutkan.
'Here? Dia ada disini? Owh... Positif thingking. Mungkin dia tidak lancar bahasa inggris.'
Lalu aku menjawabnya dengan pertanyaan lagi.
"Emm... Where are you from?"
"It's not important"
Aku mengerutkan kening kembali sesudah membaca balasannya. Aku mulai curiga.
"Where are you now?" aku membalasnya dengan pertanyaan kembali. Dalam keadaan kepala menunduk fokus menatap smartphone, duduk bersandar di sofa, dan kaki yang dilipat sila diatas sofa, aku menunggu balasannya. Si UNKNOWN.
"IN FRONT OF YOU."

Degh...
Sontak jantung ini bedetak dengan kencangnya. 'In front of you'. Kata yang sangat membingungkan dan amat menakutkan. 'Di depanku? Bukankah aku sendirian di kantor ini?'
Aku tak berani mengangkat kepala. Walaupun tak mengangkat kepala aku dapat melihat dengan samar-samar sesosok gadis di hadapanku. Aku diam membisu tak berani melakukan tindakan. Bulu yang ada di tubuh ini semuanya berdiri. Aku ketakutan. Aku ingin lari tapi... Tapi ia sedang berada di depanku. Dia pasti dapat menghalangiku walaupun dia berada cukup jauh dariku. Aku memejamkan mata ini.

LINE
Suara notifikasi lagi setelah beberapa menit aku membaca balasan si unknown. Mungkin itu dari unknown. Aku tak berani membuka mata. Tubuhku bergemetar. Rasanya aku ingin berteriak, menangis, dan berlari keluar kantor. Tetapi aku tak berani. Karena kupikir itu justru itu akan menarik perhatian gadis yang ada di depanku, si unknown, lalu ia akan mendekatiku. Aku tidak mau ia mendekat. Mungkin saja ia bukan manusia. Ups...

Selama beberapa menit aku tetap diam mematung di atas sofa di dalam kantor. Smartphoneku terus berdering. Setidaknya sudah 4 kali aku mendengarnya setelah notifikasi terkahir. Rasa takutku semakin lama semakin menjadi. Tubuh ini semakin kuat bergetar karena takut. Kepalaku pusing.

LINE
Suara notifikasi lagi. Dan aku memutuskan untuk membuka mata dan memeriksa smartphone. Rahen. Nama itu kini terpampang di layar smartphoneku yang telah terkunci otomatis. Hatiku sedikit merasa lega karena itu bukan si unknown. Ada 6 notifikasi yang belum aku buka. Aku membuka kuci layar. Lalu melihat notifikasi. Ternyata... Notifikasi dari Rahen hanya satu. Dan notifikasi lainnya dari... Unknown. Aku buka notifikasi dari Rahen terlebih dahulu. Dia mengirim pesan. Pesannya ialah...
"Yantsu segera pergi ke ruang aula ya. Kami menunggumu."
Hft...
Aku menghela nafas. Bagaimana ya... Apa aku harus keluar?. Aku buka notifikasi dari unknown.
"Hahaha kenapa kau tidak mengangkat kepalamu dan melihatku" itu pesan pertama.
"Hey... Tak perlu takut. Wajahku cantik." itu pesan yang kedua.
"Kenapa kau memejamkan matamu." itu pesan yang ketiga.
"Hey... Lihatlah aku. Angkatlah kepalamu lihatlah siapa yang ada di depanmu." itu pesan yang keempat.
"Kenapa kau terus menunduk dan memejamkan mata?" itu pesan yang kelima pesan yang terakhir.
Aku sedikit dapat meperkirakan. Mungkin si UNKNOWN ini orang indonesia. Dia dapat berbahasa indonesia dengan sangat baik. Lalu... Dia mengirim pesan lagi.
"Kau sudah membuka mata dan membaca pesanku. Sekarang lihatlah aku."
Aku mengerutkan kening. Dan...

Hai...
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...
Aku bertetikan dengan sangat kencang. Wajahnya hancur. Mulutnya sangat lebar mirip seperti joker. Rambutnya panjang. Dan kurasa dialah unknown. Dia tergantung diatasku. Dengan kepalanya dibawah kaki diatas dan wajahnya menghadapku. Itu amat mengejutkan. Dia tiba-tiba muncul dihadapanku. Tanpa memberitahu. Membuat aku terkejut dan takut.

Aku tak ingat bagaimana keadaan selanjutnya. Aku pingsan. Aku sangat ketakutan, terkejut, dan shok. Aku tak mengerti apa tujuan si unknown melalukan ini.

Dan... Bagus. Amat bagus. Disinih memang tak ada zombie perempuan atau wanita yang menyesot atau pria yang memiliki mulut yang sobek dan mengeluarkan lendir lengket dari mulutnya, tetapi disini ada gadis berwajah hancur. Di sini. Di sekolah ini. Di kantor ini. Di tempat aku akan berada selama 12 jam sehari selama satu bulan. Bagus. Amat bagus. Dan yang lebih bagusnya lagi ialah dia sudah mengenalku dan pernah menerorku. Mungkin dia akan menerorku lagi. Sangat bagus. Benar-benar bagus. Oh tuhan terima kasih. 
-_-

SKIZOFRENIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang