"Terdapat 2 muatan listrik yaitu muatan positif dan muatan negatif, dikatakan bermuatan positif apabila proton lebih banyak daripada jumlah elektron dan begitupun sebaliknya."
Penjelasan Pak Kamulyo soal materi listrik statis terngiang di telinga Firyal, ia mencoba membatasi ingatannya namun gagal, ia seketika pusing saat kata-kata Pak Kamulyo selanjutnya yang menyatakan; "Saya minta tugas berpasangan untuk membuat contoh listrik statis di kehidupan sehari-hari. Saya bagikan teman pasangannya."
Tidak, bukan kalimat yang itu.
Tapi yang ini,
"Annisa Warih dengan Yusuf Habibie, Firyal Nareswari dengan Jean Achmad Devan, lalu....."
Ini sangat horor.
Horor karena Firyal harus berhadapan dengan raja es, selain itu ia pun tak sekalipun bicara pada Devan– tidak, Firyal memang jarang bicara dengan anak-anak cowok, tapi Devan adalah suatu momok bagi Firyal, cowok vampir itu hampir tak pernah berteriak seperti Baim, tak pernah berekspresi senang atau menampakan rasa marahnya, Firyal kali ini hanya berharap akan baik-baik saja.
"Gila, lo sama Devan?" Michelle menyikut Firyal, gadis hiper itu mengatakan cie secara berulang dengan nada yang amat menyebalkan.
"Duh, gue takut sama Devan." Berhubung Devan tidak ada di kelas, Firyal merajuk tanpa takut Devan melihat, biasanya anak cowok itu akan duduk selama sepuluh menit sebelum keluar membeli makanan. Firyal menampakan ketakutan pada sirat wajahnya.
"Idih, orang mah seneng jadi partner nya si Devan. Yang harus lo takutin itu fansnya Devan, terutama si Wawa."
Otak Firyal bahkan tak pernah berpikir soal itu. Ia bahkan tak melihat Azwa berada di kelas tadi, tapi apa yang dikatakan Michelle itu adalah momok kedua setelah berhadapan dengan Devan.
"Oh iya, hoodienya Baim lo udah balikin?"
"Anjrit!" Firyal merutuk, ia lekas membongkar tasnya dan mengambil hoodie kepunyaan Baim. "Makasih, Chel. Udah diingetin!" Firyal langsung berlari keluar kelas, ia sepenuhnya tau dimana Baim berada sekarang.
Pasti di loker!
Sudut bibirnya terus menukik ke atas, detak jantungnya berdebar karena bingung apa yang harus ia ucapkan nanti. Ia sudah bersiap-siap, berdialog mengatakan terima kasih lalu kabur, kata Michelle lebih baik begitu ketimbang gemetar lalu pingsan. Kebahagiaan dan kegugupan Firyal entah mengapa terasa menjalar saat ia mendengar suara Baim dari kejauhan, ia membayangkan sesuatu– sesuatu yang amat sederhana namun bisa membuatnya tidur nyenyak hingga bermimpi indah. Baim, cowok itu pasti akan tersenyum kepadanya dan mencegahnya untuk kabur– pasti. Setidaknya itu yang diinginkan Firyal hehe.
Langkah kakinya kian mendekat, Firyal adalah penebak hebat tentang kebiasaan Baim tapi satu yang tak pernah Firyal tebak adalah Baim sedang bersama Azwa. Duduk berdua di kursi dekat pintu loker, anak lelaki itu tertawa bersama Azwa, bersama Diah Azwa si putri sekolah, bersama Diah Azwa yang jelas-jelas banyak disukai siswa termasuk Baim.
Jadi selama ini Firyal itu menyukai Baim itu untuk apa?
Firyal tak secerah tadi, sudut bibirnya perlahan turun, hoodie yang dia bawa benar-benar ingin dibuangnya. Dia berbalik, pada saat itu ia menghadap sebuah dada bidang, Firyal menengadah.
"Devan?" Desahnya pelan, itu sangat naluriah, bahkan terkesan refleks.
Anak cowok itu nampak berpikir, ia bukan tipe oportunis tapi ini menjadi sedikit mengasyikan. "Ikut gue." Tangan Firyal terseret oleh genggaman Devan, tindakan retoris itu tak mendapat gubrisan dari Firyal namun gadis itu benar-benar pasrah meskipun terkejut.
Mereka mengarah ke koridor sepi, beberapa siswa yang melihat mereka sebelum di koridor sempat mengerutkan kening, bagi mereka sangat tidak wajar jika Devan bersama dengan seorang murid perempuan.
"Mau kemana?"
"Bikin tugasnya Pak Kamulyo."
Devan tidak menunjukan ekspresi apa pun, dia hanya terus menarik Firyal yang sedikit kacau.
Mereka sampai di depan perpustkaan yang hampir setiap hari sepi, gengaman Devan terlepas, Firyal memerah— dia bingung.
"Gue tiba-tiba nggak mood ngerjain tugas, mau ke perpus atau ke kantin aja?"
Alis Firyal menukik, ia menenangkan diri untuk sekedar berucap. "Terus?"
Firyal memang orang yang bingung tapi seumur-umur ia tak pernah sebingung ini. Devan yang terkenal sebagai raja es paling dingin sedunia itu bicara padanya dari sekitar sepuluh menit yang lalu, belum lagi dia memberikan omongan yang entah memaksudkan apa, dia bilang tadi ingin mengerjakan tugas tapi mendadak jadi aneh begini.
"Kenapa?" Devan meneliti Firyal yang kikuk, anak cowok itu tau jika Firyal pasti kebingungan atau mungkin takut mendapati dirinya yang berbeda. Ini tak seperti yang dibayangkannya jika menarik seorang gadis kikuk bisa semenarik ini. "Lo masih akan ikut gue sampe tugas kita selesai."
Kekikukan Firyal, ketenangan Firyal, ketidak populeran Firyal juga ketidak berdayaannya akan menjadi tameng yang bagus untuk membentengi Devan dari gadis-gadis sialan itu.
Ini bukan jalan yang benar untuk Devan tapi gadis-gadis itu gila, terutama Azwa yang terang-terangan tak malu berucap bahwa ia menyukai Devan. Gadis-gadis itu sama sekali bukan tipenya.
"G-gue nggak mau!" Firyal membentak setengah tersedak. Dia berbalik untuk berjalan namun tersentak oleh tangan Devan, anak cowok itu menahan Firyal.
Genggaman anak cowok itu terasa seperti saat lo disentuh setan. Langsung beku!
Wajah anak cowok itu datar namun terlihat jelas jika ia adalah sosok yang tidak bisa dibantah. "Nggak ada kata nggak saat lo udah berkaitan sama gue."
Apa katanya? Dia pikir dia siapa, hah? Anak presiden? Cucu Bill Gates? Yang punya MN* Group? Raffi Ahmad? Firyal bukan pembantu yang bisa dengan patuh menuruti Devan, dia tak ada sangkut pautnya dengan anak ini, Firyal tak merasa berkaitan dengan Devan kecuali tugas dari Pak Kamulyo. Tapi akhirnya, "O-oke." Firyal mengangguk tanpa syarat. Ia merutuk, seharusnya minta rumah tingkat lima sebagai syarat ia setuju, tapi lidahnya kelu, seperti dimantrai.
Apa Devan anak dukun?
.
.
.
Votes and comments please:)

KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be Yours
Storie d'amoreFiryal suka Baim, tapi gadis yang pendiam itu hadir untuk merasakan mimpi buruknya terhadap Devan- cowok yang dikejar-kejar cewek di sekolah. Cowok itu dalam sebuah kebetulan, mengambil kesempatan untuk menjadikan Firyal tameng. Terutama terhadap Az...