“Apabila cinta memanggilmu, ikutilah dia walau jalannya berliku-liku. Dan apabila sayapnya merangkulmu, pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu.” Khalil Gibran
.
.
.
RAMBUT lurus Firyal yang ia ikat sederhana tampak begitu kusut, seragamnya yang tak serapih hari-hari biasanya pun menjadi pemandangan aneh untuk dirinya sendiri. Hujan nyatanya mampu membuatnya depresi ketika rintiknya menghambur ke arahnya tanpa prikesiswaan.
Tapi asal kau tau, Firyal yang tadi berlari tergesa sambil memegang hoodie berwarna abu-abu itu kini tengah tersenyum di balik pintu toilet. Alasannya?
"Pasti Baim!" Biasanya Michelle akan meledek Firyal dengan mencolek-colek pipinya, dilanjutkan dengan kata cie yang sedikit menyebalkan.
Ini sedikit berbeda, Firyal berhasil bicara dengan anak lelaki itu. Bukan-bukan, Firyal tidak begitu yakin untuk bicara pada Baim tapi Baim seolah memperlihatkan empatinya tadi.
Mereka bertemu di post gerbang sekolah, keadaan mereka berbeda; Firyal yang seragamnya setengah basah dan Baim yang terlihat tak tersentuh hujan.
Firyal berteduh, ia hampir pingsan saat mengetahui Baim ada di sana juga. Hanya berdua.
"Firyal? Lo kehujanan?"
Gadis itu mengangguk ragu, ia sebenernya ingin menjawab hanya saja ia terlalu takut jika suaranya akan terdengar seperti cicitan burung yang tersedak.
"Gue disuruh fotokopiin materi dari Buk Ati tapi tadi gerimis, yaudah gue neduh di sini dulu, eh ternyata hujannya gede. By the way, tumben telat?"
Dengkul Firyal gemetar, meskipun hujan Firyal merasa ada api unggun di sekitarnya yang membuat ia berkeringat.
Sial. Baru berhadapan dengan Baim saja Firyal seperti sedang ikut sidang sianida.
"I-ya, tadi bangunnya agak kesiangan."
Baim mengangguk, ia yang memakai hoodie dengan kupluk merasa tak tau malu melihat Firyal yang kedinginan dengan baju setengah basah.
Baim membuka hoodie nya, satu tangannya menggengam hoodienya dan menyodorkannya pada Firyal. "Masuk kelas gih, lari pake ini."
"Kalau cowok mulai perhatian sama kamu, tandanya dia suka lho!"
Entah itu poin ke berapa dari artikel yang Firyal baca tentang ciri-ciri cowok yang menyukai seorang gadis, tapi intinya Firyal sudah terkena virus baper parah. Bapernya hampir setiap hari--- secara Firyal itu pengagum diam-diamnya Baim dari kelas sepuluh, tapi hari ini nampaknya level baper Firyal bertambah.
Perlu dicatat,
Tanggal 29 maret, Muhammad Dani Ibrahim alias Baim, meminjamkan hoodienya untuk Firyal.
Boleh dibilang, hari ini hari bahagia Firyal.
.
.
.
.
DIAH AZWA, siswi yang namanya sering disebut-sebut oleh hampir seluruh cowok di sekolah ini terhenti saat ketauan mengekori Devan. Cowok itu berbalik, memandang sayu Azwa dari matanya yang tajam.
Seolah terbiasa akan hal itu, dari jarak empat langkah Azwa berdehem. "Bawa bekal nggak? Gue bawa dua tuh di loker."
Devan diam. Anak lelaki yang kulitnya putih pucat itu memilih mengabaikan Azwa, dia berbalik, melanjutkan jalannya yang angkuh ke lorong menuju gedung lama.
Untuk pertama kalinya, entah mengapa Azwa merasa jenuh mengejar Devan.
Semua murid tau bahwa bukan hanya Azwa yang menggilai Devan, hampir seluruh siswi menggilai cowok itu. Kulitnya yang putih, tubuhnya yang tinggi, rambutnya yang hitam pekat juga kepribadiannya yang misterius menjadi daya tarik kuat.
Namun sisi pendiam dan cuek Devan benar-benar menyebalkan, tak pernah ada satu siswi pun yang kelihatan berhasil mendekati cowok itu, bahkan seorang Diah Azwa yang bekerja part-time menjadi model majalah pun tak bisa menembus dunia Devan.
Azwa tak menyerah, ia harus mendapatkan apa yang ia incar.
Dan yang ia incar adalah Devan.
.
.
.
.
This is just a prologue, so wait for the part 1, guys!
![](https://img.wattpad.com/cover/104536446-288-k999893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be Yours
RomanceFiryal suka Baim, tapi gadis yang pendiam itu hadir untuk merasakan mimpi buruknya terhadap Devan- cowok yang dikejar-kejar cewek di sekolah. Cowok itu dalam sebuah kebetulan, mengambil kesempatan untuk menjadikan Firyal tameng. Terutama terhadap Az...