I Don't Even Care

844 78 10
                                    

     

     Rabell termenung, gadis itu sedang duduk sendirian didalam kamarnya. Tadi bukanlah perjalanan pulang yang menyenangkan. Ia harus sedikit beragumen dengan Emily. Berargumen mengenai Emily  – juga tentang Zayn –  dan perasaan yang Emily simpan untuk lelaki itu.

Emily mencintai Zayn...

Rabell masih berseteru dengan pikirannya sendiri. Mengapa ia harus begitu perduli terhadap Emily dan Zayn? Ia tidak pernah menyukai Zayn. Zayn jelek, jahat, ketus, dingin, angkuh, dan menyeramkan. Oh, astaga. Thats a big bullshit.

Pada dasarnya, lelaki itulah yang telah menolongnya dari supir taksi yang galak saat Rabell tidak mempunyai uang untuk membayar taksi tumpangannya itu. Memujinya ketika gadis itu sedang menyanyi. Mengajaknya untuk kembali ke flat One Direction karena Rabell telah basah kuyup akibat kehujanan. Menggenggam tangan gadis itu hanya untuk menghangatkan suhu tubuhnya. Lelaki yang merasuk masuk kedalam otaknya selama ini. Lelaki yang membuat jantungnya hampir copot setiap kali harus berhadapan dengannya.

Aku telah berjanji untuk tidak mencintainya...

Rabell terlihat beranjak dari pinggir tempat tidur yang ia duduki. Berjalan mondar - mandir dengan satu tangan yang ia tumpu pada dagunya.

Masih tak bisa lepas dari perseteruan pikirannya sendiri.

Lalu ia kembali menghempaskan dirinya di tempat tidur. Sekarang agak lebih keras dari tadi.

Bip.

Ia membuka ponselnya dan mendapati pesan dari Paul. Paul memintanya untuk datang ke flat One Direction besok. Paul memberikan alasan yang cukup masuk akal. One Direction akan segera melangsungkan tur mereka dalam beberapa bulan kedepan, dan sepertinya majalah - majalah yang sedang beken sangat tertarik untuk mewawancarai mereka dan meminta mereka untuk menjadi topik utama dalam halaman pertama. Secara singkatnya, One Direction akan melakukan pemotretan secara rutin sebelum mereka melangsukan tur.

Bip.

Rabell hanya membalasnya secara singkat, kemudian mematikan ponselnya dan menutup matanya menggunakan bantal. Terlalu banyak yang ia harus pikirkan sekarang, dan terlalu banyak yang membebani pikirannya sekarang.

                                                        ***


     Pukul 6 pagi, Rabell terbangun dari tidur lelapnya. Tidak ada mata kuliah hari ini. Lagipula, Mrs. Emirate telah memberikan keringanan pada Rabell untuk absen mata kuliah fotografi selama beberapa minggu. Melihat dari Rabell yang merintis karirnya dalam dunia perfotografi-an dan telah menjadi fotografer salah satu boyband ternama di London, Mrs. Emirate tidak tega untuk membiarkan Rabell terlarut - larut dalam pekerjaan dan pendidikan yang dapat memperburuk kesehatan gadis itu.

Gadis manis itu bangun dari kasur empuknya. Bermaksud beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi. Tidak ada keributan seperti biasanya. Biasanya pagi - pagi seperti ini sering sekali terdengar suara riuh dari lantai bawah. Suara bising yang disebabkan oleh kedua orang tuanya sendiri.

Setelah selesai dengan aktivitasnya di dalam kamar mandi, Rabell kemudian membuka lemarinya. Ia menarik sebuah kaus putih dan skinny jeans berwarna biru donker. Ditambah dengan setelan jaket army yang serasi dengan celananya itu membuatnya begitu......manis.

     Lebih baik terlalu cepat daripada harus terlambat

Rabell melirik arlojinya kemudian segera berlari menuju lantai bawah sambil mencoba memasang sepatunya.

Picturesque Love // z.m. [ CANCELLED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang