I Can't Read Your Mind

992 100 26
                                    

P.S: Buat yang baca chapter ini, author punya beberapa rules untuk kalian. Jadi tolong simak baik - baik ya:)

FIRST RULES: Aku mohon dengan sangat untuk semua pembaca yang udah membaca ceritanya aku, untuk meninggalkan COMMENT dan VOTE. Aku gak matre terhadap komen dan vote kalian kok:( Tapi, aku masih pengen dihargain dong. 'Author mana sih yang suka sama silent reader?' Jadi mohon dengan sangat untuk sekedar komen dan vote;) NO COMMENT AND VOTE, I WILL DELETE THIS STORY SOON;) 40 VOTE + 15 COMMENTS AND I WILL PUBLISH THE NEXT CHAPTER!:)

SECOND RULES:  Aku punya beberapa cerita lain yang harus diselesain. Aku harap kalian bisa menunggu next chapter sampe 'Secret Feelings (Zayn Malik Fan Fiction)' sudah mencapai 1.5k readers & 'Be(you)tiful // Luke Hemmings' udah mencapai 300 readers. Aku mohon sabar ya{}

OKIDOKI DEH! Sehubungan gak ada yang mau diomongin lagi, aku persilahkan kalian untuk baca chapter yang udah aku tunda selama 2 bulan untuk di update. HAPPY READING!


––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

    

     Pukul tujuh malam, Rabell segera masuk kedalam kamarnya. Merebahkan tubuhnya pada kasur yang empuk, dan langsung menutup mata, mencoba untuk tertidur. Yah, meskipun tidak sepenuhnya tertidur. Kepalanya pusing, tubuhnya pegal - pegal. Kemudian seakan teringat sesuatu, ia secara tiba - tiba membuka matanya.

Tadi merupakan perjalanan yang sama panjangnya seperti yang ia alami bersama Emily. Harry mengantarnya pulang. Lainnya dari Emily, Harry tidak mengungkapkan perasaan atau apapun. Ia jauh lebih pendiam dari biasanya. Sesekali Rabell mengajaknya bicara, namun jawabannya hanya 'mmh.." "oh." "yeaa." Not less, not more.

Harry juga terlihat sedikit enggan mengantar Rabell pulang. Niall dan Louis yang memaksa Harry untuk mengantarnya pulang karena alasan - alasan yang tidak masuk akal. Kehadiran Zayn pun tidak membantunya sedikit pun.

     Oh, Zayn.

Belum lagi Zayn yang perilaku dan sikapnya sangat sulit untuk dimengerti. Terkadang ia menjadi seperti seorang malaikat, namun tak jarang ia menjadi seseorang yang keras, dingin, pendiam, dan ketus.

Hati Rabell makin gelisah, ia kembali membantingkan dirinya pada kasur. Sangat sulit berteriak agar tidak membangunkan tetangga sebelah rumahnya dalam kamarnya yang tidak kedap suara. Dan untuk kedua kalinya, ia juga tak mengerti betapa ia sangat gelisah ketika mengetahui bahwa Zayn masih menjalin hubungan dengan Peach.

Maksudku, hey Rabell bukan siapa - siapa Zayn.

Kemudian, alih - alih dari ketidaknyamanan perasaanya itu, Rabell mencoba menutup matanya perlahan. Lalu ia tahu bahwa ia sudah berada didalam alam mimpi sekarang..

             ***

     Pagi hari tak membuat perasaan gelisah Rabell kunjung sirna. Ia terbangun oleh mimpi bahwa Zayn dan Harry menjadi sosok yang menyeramkan dan tidak mau mengenalnya lagi. Namun apa peduli, toh akhir - akhir ini Zayn dan Hary memang jarang sekali berbicara dengannya dan menganggap mereka tidak pernah saling kenal.

Rabell berjalan menuju dapur. Melihat ibunya yang sedang menyiapkan sarapan untuknya. Sebuah telur dadar dan dua buah bacon telah terhidang pada piring yang berada diatas meja.

"Where's dad?" Ucap Rabell ketika menarik kursi yang akan ia duduki.

Ibunya hanya menatapya sebentar, kemudian beralih pada wajan penggorengan lagi. "Seperti biasa."

Picturesque Love // z.m. [ CANCELLED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang