Jungkook datang menemui Yoongi saat dia merasa bahwa seisi dorm sudah terlelap diantara mimpi yang jauh lebih baik dari kenyataan. Dia hanya tidak menyadari bahwa saat dia melewati kamar Namjoon, cahaya lampu kekuningan yang masih menyusup diantara celah kecil di bawah pintu mengatakan bahwa Namjoon belum benar-benar terjaga. Dia melewatinya begitu saja, mengetuk pintu kamar Yoongi dengan suara pelan, sementara dia membuka pintu dengan lebih berahti-hati.
"Hyung, sudah tidur?" Jungkook naik ke atas tempat tidur Yoongi yang besar, duduk di sisi kiri, sementara Yoongi yang belum sepenuhnya terlelap tengah berbaring memunggunginya.
"A-aku tidak tahu harus melakukan apalagi. Aku benar-benar tidak tahu."
Yoongi tahu Jungkook belum cukup dewasa untuk terlibat dalam masalah ini, sementara mereka semua telah mencoba mencari jalan keluar yang baik, tetapi masih belum benar-benar menemukannya.
Tubuh Yoongi bangkit, kemudian duduk bersila menatap Jungkook yang menatapnya dengan tatapan yang sulit,kendati Yoongi menyadari betul bahwa Jungkook tengah berupaya membendung airmatanya.
Kepala si termuda menunduk menatap jemari tangannya yang saling bertutan gelisah, sementara Yoongi menatapnya sulit. "Hyung, aku merasa tidak berguna. Sementara yang lainnya tenggelam di dalam maslalah yang aku timbulkan, tetapi aku yang justru terlihat tidak melakukan apapun utnuk menyelamatkan keadaan ini."
Mereka sama-sama diam cukup lama. Jungkook masih memikirkan kalimat sulit seperti apalagi yang dapat dia utarakan, isi kepalanya sendiri hampir-hampir dibuat pecah. Dia tidak menganggap hal ini mudah, Yoongi juga melihat hal itu. Tetapi Jungkook jauh tidak mengerti harus melakukan apa untuk menyelamatkan semua keadaan dengan berakahir baik pada banyak sisi, dia hanya bocah berumur, dia sama sekali tidak memiliki pemikiran yang cukup matang. Yoongi agaknya menjadi semakin dibuat merasa bersalah, sebab tidak dapat mengeluarkan Jungkook dari masalah ini, sedang isi kepalanya tengah dibombardiri oleh satu pemikiran buruk yang mungkin saja terjadi.
Mata Yoongi yang kecil bahkan dengan mudah menemukan bagaimana Jungkook memikirkan masalah ini tiap detiknya, hanya saja bocah itu masih terlalu muda untuk mengekspresikan bagaimana kacau dirinya. Dia dan otak kanak-kanaknya masih sedikit kesulitan untuk mencerna segala sesuatunya, tetapi lebih dari itu, Yoongi menemukan bahwa Jungkook benar-benar jatuh dan tenggelam di dalam maslaah ini dengan caranya yang sulit.
Suhu diantara mereka perlahan mulai lembab saat Yoongi menemukan bulir-bulir kegelisahan yang selama ini disimpan seorang diri oleh Jungkook jatuh menemui suhu udara yang kering. Punggung kekar yang biasanya bersemangat itu terlihat ringkih, sementara dia dapat mendengar Jungkook terisak dengan cukup sulit.
"A-aku ingin menyelamatkan semua yang ada di dalam situasi ini, Hyung. Aku, Jimin Hyung, Seolbi, kalian, juga agensi. Aku ingin menyelamtkan kalian semua tanpa pengecualian."
Yoongi tahu bagaimana sulitnya hal ini.
Pemuda bermata sabit itu paham betul bagaimana perasaan Jungkook yang diperlakukan sebagai korban oleh Jimin, juga fakta yang terjadi. Bagaimana Jungkook melewati malamnya dengan kepayahan, membenahi isi kepala, mensugesti dirinya bahwa dia baik-baik saja, sementara seisi dunia terlihat menyalahkan dirinya atas masalah ini.
Yoongi paham bagaimana posisi Jungkook yang sulit, seakan-akan dia sengaja melakukannya, padahal ini semua terjadi tanpa sedikit pun campur tangan dariny. Jika Yoongi ingin menjabarkan hal ini secara lebih mendetail, Jungkook juga adalah korban di dalam situasi ini. Korban yang dimanipulasi oleh keadaan sebagai pelaku, dimana hal paling buruk dari ini adalah sikap Jimin yang menyoroti Jungkook seakan-akan Jungkook adalah biang dari seluruh masalah yang terjadi diantara mereka saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
End And Beginning
FanficJimin pikir keputusannya untuk pergi dari Busan, meninggalkan kampung halaman termasuk cinta pertamanya untuk datang ke Seoul dan menjadi seorang penyanyi adalah ide yang luar biasa. Di sana ia berhasil meraih kesuksesan besar, juga meraih sebuah ke...