Part 24 [Salah paham]

1.9K 104 0
                                    

Sendiri memang menyakitkan, tetapi kau tak pernah tau jika sendiri itu menyenangkan-

***

Mira memandang Omanya yang pergi meninggalkan ia untuk pergi ke Solo, tadi sewaktu sarapan, Omanya enggan berbicara kepada Mira. Mira merasakan sakit yang luar biasa, nyeri yang tak tertahan, seperti tercekat dalam kegelapan dan tidak menemukan titik terang.

"Nam!" Mira menoleh ke belakang sewaktu ia ingin masuk ke dalam gerbang rumahnya.

"Aji?!" cepat - cepat ia membalikkan badan lagi dan mencoba menghindari Aji.

Tetapi ia pun tak bisa mengelak sekuat tenaga, bahwa Aji sudah mencekal tangannya.

"Lo mau apa?!"

"Maafin gue.." tunduknya.

"Kenapa lo minta maaf? Lo salah apa?"

Entah kenapa air mata susah ia tahan jika di depan Aji.

Aji langsung mendekap Mira di pelukannya, menghirup aroma rambut Mira yang mampu membuat Aji melupakan semua masalah yang mengganggunya. Dari taruhan, ia bisa mengenal Mira. Tunggu, mendengar kata taruhan saja, membuat Aji merasa bersalah dan hatinya nyeri.

"Lepasin! Gue ngga ada hubungan apa - apa lagi sama lo. Apa penjelasan kemarin kurang? Hiks..." lalu Aji melepas pelukannya dengan terpaksa.

"Gue tau gue salah, hiksss.... kenapa lo berubah? Apa ini gara gara Zizi yang cinta sama gue? Iyaaa?" laki - laki itu terduduk di hadapan Mira sambil meneteskan air mata.

"Lo ngga pantes buat gue Ji, gue ngga pantes. Gue udah di keluarin dari sekolah, dan sepatutnya lo juga benci gue, hiksss...."

Aji mendongak dan kembali berdiri. "Nyatanya kamu udah nyakitin saya berulang kali Mir, tapi sejujurnya saya ngga bisa bener - bener marah sama kamu,"

Panggilan nama untuk Mira sudah berbeda, yang artinya membuat Mira sakit. Mengapa harus sakit? Justru Mira senang karena Aji sudah mulai melupakannya. Tetapi nyerinya masih amat terasa.

"Gue harap lo pergi jauh dari gue Ji, jangan pernah ganggu gue lagi. Gue capek, Toh kita ngga bakal sama....sama... hiksss...." kata Mira sambil masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Aji seorang diri.

"Argh!"

Aji meninggalkan rumah Mira dengan kecepatan tinggi, lalu pergi ke rooftop gedung apartemennya untuk menumpahkan semua.

Drt..drt..

"Halo"

"Aji! Gue ke apartemen lo sekarang ya?!"

"Ya,"

Lalu Aji menutup sambungan teleponnya dan berteriak sekencang - kencangnya. Dan ia berniat akan menjelaskan semuanya sekarang ke Zizi. Sebenarnya ia tau bahwa Mira mendapat semua masalah dan di keluarkan oleh sekolah, tetapi ia tetap bersikap dewasa dan tenang.

"Hei Ji," lalu Aji menoleh mendapati Zizi yang tersenyum lebar kearahnya.

Memang Zizi tau kalau Aji sering ke atap gedung apartemennya, dan ini membuat Zizi senang karena sebentar lagi Aji akan menjadi miliknya.

"Gue mau ngomong sama lo!" ketus Aji dan membuat Zizi bingung.

"Ngomong apa sih Ji?"

"Apa lo terlalu buta untuk ngeliat keadaan sahabat lo sendiri?" kata Aji lembut, ia tau kalau emosi tak akan menyelesaikan masalah.

Zizi mengernyit. "Maksud lo Mira?"

"Kenapa lo bully dia? Rela nge hancurin dia? Di saat seperti ini, dia butuh lo Zi, bukan orang lain. Betapa dia sayang banget sama lo Zi"

Life or Love? [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang