***
WARNING : Cerita ini mengandung unsur kekerasan, pergaulan Jaman Now, adegan dewasa, dan perilaku yang tidak terpuji. Mohon bijaklah dalam membaca dan jangan mempraktekkan adegan ini dalam kehidupan sehari-hari.
Only 18+! Saya sudah peringatkan loh, kalau anak kecil masih nekad membaca, jangan salahkan aku ya, nanti kulapor mamamu! Hahahaha
Happy reading!^^
***
Tiga orang mahasiswi duduk di depan seorang gadis mungil berambut coklat sepinggang dengan tatapan remeh sembari menertawakan ketidakberdayaan gadis yang beberapa waktu lalu mereka anggap sebagai anggota gank.
Irena Wisessa- mahasiswi semester dua jurusan psikologi tampak tergeletak tak berdaya di atas meja Pub.
Wajah gadis itu memerah, suhu tubuhnya berubah hangat, peluh mulai bercucuran dari dahi sampai kesekujur tubuhnya, dan nafas gadis itu mulai tersengal. Sekilas, orang-orang yang melihat gadis itu akan mengira bahwa gadis itu sedang mabuk atau mungkin dicekoki obat perangsang, padahal yang sesungguhnya terjadi, bukanlah seperti yang dipikirkan kebanyakan orang.
Gadis itu sedang keracunan makanan.
"Tadinya gue kira dia bohong soal alerginya itu, tapi ternyata itu beneran!"
Luna - anggota junior dari Gank The Primadona Squad, melirik pada sepiring spaghetti yang masih tersisa setengah dan bertanya kepada sohib kentalnya Alma- si anggota senior gank cabe-cabean mereka. "Al, lo kasih berapa banyak ke makanan dia?"
"Nggak banyak kok, cuma setengah kilo." Alma berucap bangga.
"Gila? Setengah kilo? Gimana rasanya tuh?" Luna bergidik.
"Yaelah, di makanan cuma gue suruh kokinya taruh lima siung aja kok. Yang setengah kilo itu ada di jusnya," Alma terkekeh sinis sambil menunjuk gelas berisi jus apel yang isinya sudah dihabiskan oleh Irena.
"Jadi lo sengaja?" Irena bertanya dengan mata sayu yang hampir redup. Jelas-jelas ia sudah berpesan kepada pelayan agar meniadakan bawang putih dari dalam makanan yang ia pesan, tapi ia sama sekali tidak menyangka bahwa tiga gadis yang ia anggap sebagai teman justru tega mencelakainya.
"Kalau iya kenapa?" Tantang Alma. "Lo mau marah? Nggak senang begitu?" Alma melirik tangan Irena yang mengepal karena menahan amarah.
"Bisa apa lo sekarang? Udah deh, Ren. Mending lo nyerah aja. Tuh muka sama badan lo mulai bentol-bentol, bersisik pula. Ishh, jijik gue!" Luna bergerak mundur dan menunjukkan ekspresi ingin muntah di belakang Alma.
Irena mengikuti arah pandang Luna lalu menatap tangan dan menyentuh leher beserta wajahnya sendiri.
Shit! Ia tidak pernah mengalami alergi separah ini seumur hidupnya karena ia selalu menjaga makanannya dengan baik dari bawang putih, akan tetapi hari ini kulitnya sampai membengkak, mengelupas dan juga berair. Ia sudah mencapai batasnya sekarang.
Beberapa jam yang lalu ia memenuhi undangan teman-teman barunya di Pub langganan Friska - ketua dari Gank Primadona yang terkenal di seantero kampus- yang mengatakan bahwa mereka akan merayakan hari pertama bergabungnya Irena di gank mereka.
Irena yang selama ini dikucilkan karena alerginya dan berkulit pucat seperti vampir, merasa senang karena akhirnya ia memiliki tiga orang teman sekaligus, dan tanpa curiga ia menceritakan masalah alerginya kepada mereka.
Namun hati manusia itu siapa yang tahu? Teman berwajah malaikat namun berhati iblis selalu saja ada di mana-mana.
Yang terlihat baik belum tentu baik, dan yang terlihat jahat belum tentu jahat. Itulah kejamnya kehidupan. Terkadang kita terlalu terlena dengan keindahan yang terlihat di depan mata, sampai melupakan bahwa dunia tidak sepolos yang kita pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STS 3 - ALLIUMPHOBIA
RomanceIrena Wisessa mengidap fobia langka bernama "Alliumphobia", yang berarti ketakutan berlebih terhadap bawang putih. Karena fobianya itu, Ia dijauhi dan dikucilkan oleh semua orang dan membuatnya pesimis terhadap persahabatan dan menutup diri. Namun...