Galaxy & Magma

4

Beberapa hari kemudian. Dalam hati ini ada perasaan senang karena orang seperti dia mau hidup di lingkungan yang mungkin asing baginya. Bahkan aku mulai terbiasa hidup bertetangga dengannya. Begitupun dengan hubungan kita berdua yang semakin dekat.

"Apa benar, halusinasiku menjadi nyata?"

Aku berjalan menyusuri lorong tempatku bekerja. Saat aku akan membuka pintu ruangan, ada seorang yang memanggilku.

"Archa."
"Iya?"

"Cha, nanti ada satu pasien cowok."
Seraya memberikan kertas nomor pendaftaran kedatangan pasien.

Aku menerimanya, "tapi Cha, dia datangnya ketika jam akan tutup."

"Loh kok?"
"Dan dia maunya sama kamu."

Seketika aku membaca kertas pendaftaran yang kuterima.

"Tapi dia, bisa dibilang pasien VVIP." Ucapku sambil tersenyum bingung.

"Dokter juga sudah kasih izin buat kamu yang rawat, beliau berpesan hari ini absen."

Aku hanya menjawab dengam anggukan kepala.

****

Beberapa waktu berselang, jam istirahat makan siang tiba.

Aku berjalan terseok menuju meja kerjaku. Badanku terasa sangat pegal setelah menjalakan aktivitas, dengan merenggangkan otot, untuk melepas rasa lelah di tubuh.

"Akhirnya istirahat juga, setelah 30 pasien."

Menunggu jam pulang kerja, aku tengah asyik bermain game. Aku tidak sadar kalau memang ada janji dengan pasien tadi. Pikiranku masih menerawang dan mengingat.

Baru beberapa menit aku terdiam sambil mengingat sesuatu. Bunyi ketukan pintu menyadarkanku.

"Knock, knock, knock."

Mataku terpaku pada selembar kertas yang ada dimeja, sontak aku menepuk jidadku.
"Ouh, aku lupa kalau ada pasien lagi yang janji datang di jam siang."

Aku terdiam sejenak. Sambil memikirkan, "siapa pasien yang datang dengan janji di jam siang?" Monologku.

Setelah kubuka pintu ruangan, sontak aku kaget.

Dia menatapku intens, seakan ingin marah padaku. Wajahnya tampak kesal, namun semenit kemudian dia tampak biasa saja.

Aku mempersilahkan dia duduk di dental unit, dan mempersiapkan alat diagnostik.