3

474 30 14
                                    

Pagi harinya setelah mandi dan sarapan, aku berjalan menuju teras, untuk menjemur cucian.

Karena hari minggu, dan hari libur kerja, aku berencana untuk pergi ketaman untuk menghilangkan rasa lelahku.

Ketika aku menjemur cucian, aku melihat pria itu menatapku dan tersenyum kepadaku seraya menyapaku. Aku yang kaget dan hanya membalas dengan senyum kaku.

Semenjak kejadian di teras terulang lagi, dengan rasa penasaran yang tinggi aku mengetes apa benar yang kulihat di teras itu benar adanya?.

Saat aku mulai membuka pintu, aku tersadar, dia juga manusia yang punya privacy, pasti ada alasan untuk dia tinggal dilingkungan seperti ini.

Aku mulai pelan-pelan untuk menjaga jarak. Aku mulai membiasakan diri untuk tidak canggung, dan tidak terlihat berlebihan.

*****

Aku berjalan menuju taman yang tak jauh dari tempat tinggalku. Aku masih ingat. Di saat aku benar-benar baru tinggal dikota ini.
Aku menjadi orang yang aneh, menurutku. Maklum orang baru. Jadi bisa dibilang canggung dengan lingkungan baru, masih belajar beradaptasi.

Aku duduk di sebuah kursi panjang dekat dengan pohon, dengan melihat sekeliling taman yang ramai dengan suara anak kecil sedang bermain bersama.

Banyak sekali pengunjung taman, aku tersenyum melihat aktivitas mereka yang sedang menghabiskan waktu libur.

Aku melanjutkan langkah kakiku menuju sebuah caffe tepat di depan taman. Saat aku menapaki bangunan caffe. Aku merasakan ada sosok tangan yang menepuk pundakku. Sontak aku pun menoleh.

******

Aku menatap wajahnya dengan ekspresi bingung.

"Maaf, aku mengagetkanmu sejak awal kita bertemu."

"Ah, tidak."

Aku bisa merasakan sedikit rasa sakit saat mendengar suaranya.
"Apa dia ada masalah?"

Dia memulai percakapan, untuk memecahkan keheningan yang cukup berdampak aura canggung antara kita berdua.

"Aku tau kamu pasti lelah."
"Sekarang hari minggu, wajar jika semua orang ingin melepaskan rasa lelahnya."

Awalnya aku merasa canggung, dan dia juga menatapku dengan rasa canggung.
Aku terdiam sejenak saat menatap wajah tampannya, tetapi dia menyadari arah tatapan mataku, dan kemudian dia langsung berpaling ke arah lain.

"Terimakasih."
"Untuk?"
"Jika ada sesuatu bolehkah aku bertanya kepadamu, dan mungkin sebaliknya?"
"Boleh."

Setelah puas menikmati waktu luang bersama di caffe. Kita berdua berjalan pulang. Aku juga sudah merasa lelah berjalan-jalan seharian penuh.

Galaxy & MagmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang