Aku masih mengingat kejadian tadi pagi, dimana aku benar-benar mulai merasa muak akan kehaluan yang melanda.
Aku bisa melihat dengan jelas, senyumnya, matanya, semuanya sosok yang selama ini muncul dalam dunia haluku menjadi wujud nyata di depan mataku.
Dan setelah kejadian tadi pagi, aku berinisiatif untuk bercerita kepada rekan kerjaku. Tetapi aku berpikir apakah mwreka akan percaya dengan ceritaku?.
"Kamu kenapa?," tanya rekan kerjaku.
"Hanya sekedar menatap kapan aku bisa bebas dari makhluk datar berwarna-warni ini?."
Dengan tetap menatap datar layar komputer, sesekali melirik kertas yang berisikan laporan dan data pribadi pasien.
*****
Aku masih di dalam ruangan kerjaku. Setelah berkutat dengan semua laporan, aku melihat jam tangan.
"Ternyata jam pulang."
Aku menghela napas, sambil menata semua berkas-berkas, dan mulai bersiap-siap untuk pulang.
Ketukan pintu membuatku kaget, tiba-tiba saja satang seorang yang tinggi dan memakai topi beserta masker. Bahkan aku tidak bisa melihat siapa sosok ini.
"Permisi, dokter giginya ada?."
Aku terdiam, saat mendengar suara pria di hadapanku.
"Suaranya mirip dia."
Aku mendongak, karena perbedaan tinggi kita yang lumayan banyak.
"Maaf tuan, poli gigu kami sudah tutup. Anda bisa datang lagi besok."
Tak lupa aku tersenyum ramah kepadanya. Dia hanya diam dan menganggukkan kepala.Kakiku lemas menyadari suara yang kudengar. Ya... suara pria tadi, seperti bahkan sama persis dengan suara dia.
Dia yang setiap hari muncul dalam dunia halusinasiku.Aku menghentak-hentakkan sepatuku ke lantai rumahsakit untuk menghilangkan rasa halu dan penasaranku. Kutengok kiri dan kanan ternyata sudah sepih.
****
Jam tangaku menunjukkan pukul tiga sore. Aku berjalan menuju supermarket yang tidak jauh dari tempat tinggalku.
Setelah membeli apa yang kubutuhkan, aku langsung melanjutkan perjalananku pulang.
Kulihat sosok pria yang sama saat di rumahsakit tadi. Saat itu juga aku langsung menghemtikan langkah kakiku.
"Keep calm, jangan terburu-buru menyimpulkan."
Melihat sosok tinggi tegak yang berada tidak jauh didepanku, aku sedikit mengikuti arah jalannya. Tanpa kusadari ternyata tujuan jalan pulangnya sama denganku.
Dugaanku benar, jadi pria yang kutemui tadi di rumahsakit, adalah pria yang tersenyum padaku di pagi hari saat diteras.
Aku tercengang, apa aku benar-benar merasakan dejavu atau halusinasiku berlebihan?. Langsung aku menggeleng.
"Please, Oh God apa teka-teki yang kau berikan kepada hambah?" Aku mendongak melihat kearah langit seraya menutup mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaxy & Magma
RomantizmKenapa semakin kesini semakin susah hilangin halu, hambah punya salah? Atau ada teka-teki lain?