[4]

227 9 6
                                    

Kobam my everything-nya NCT U huhuu 😭😭
_______________

LETS READING
••••••

Cleo baru saja keluar dari perpus, tangannya menenteng satu novel lama yang dikarang oleh Chairil Anwar. Matanya melirik ke arah kantin yang dipenuhi oleh siswa-siswi Adamma, nafasnya tercekat melihat Abigail yang menunjuknya lalu menyenggol lengan Adis, cewek yang selama ini menempati urutan pertama siswa siswi terbaik Adamma.

"Cleo." Baru saja Cleo melanjutkan langkahnya, tapi suara cempreng milik Abigail menghentikannya, cowok itu menoleh dan mendapati Abigail yang sedang melambaikan tangannya.

"Sini." Sebenarnya Cleo masih bingung, namun kakinya gatal ingin menghampiri cewek pujannya.

"Ada apa?" Tanya Cleo saat sudah sampai di hadapan Adis dan Abigail.

Adis mendengus, sedangkan Abigail tersenyum,"Sini gabung." Ajak Abigail.
Cowok itu hanya diam, lalu gelagapan tidak karuan.

"Eh, enggak lah. Saya mau makan di luar aja." Cleo tersenyum kikuk, di luar itu maksudnya di cafe yang tadi pagi disinggahi Zaki dan Adis, yang harga makanannya lebih mahal dibanding kantin sekolahnya.

"Asik makan di luar. Duit lo banyak ya Cle."

"Kamu juga, kamu kaya." Abigail tersenyum kikuk mendengar penuturan Cleo.

"Itu duit bokap gue kali."

"Ini juga uang ayah saya." Cleo melenggang pergi, meninggalkan Adis yang masih diam di samping Abigail.

"Huh, sebel gue, lo nggak mau bilang sama Cleo kalo diem-diem lo juga merhatiin dia."

Adis mendelik, lalu menatap tajam manik coklat milik Abigail. "Jangan fitnah!"

"Hah? Gue nggak fitnah, lo ngaku, lo suka merhatiin Cleo juga."

"Nggak."

"Jujur, ngaku lo!"

"Gue punya hak buat merhatiin Cleo." Adis berdiri, meninggalkan Abigail yang tersenyum senang.

"Akhirnya lo ngaku juga Dis."

•••

Tak seperti biasanya, setelah bel pulang Adis akan pergi ke halte untuk pulang atau mengikuti kelas tambahan, tapi hari ini pemandangan berbeda terlihat setelah bel pulang berdering lima menit yang lalu. Adis sedang berdiam diri di hadapan Cleo, tepatnya di cafe sekolah.

Cleo masih diam, dia tidak tahu harus bagaimana, rasanya sangat canggung berada sedekat ini dengan Adis. Cowok itu terlalu nervous untuk sekedar memancing pembicaraan yang sekiranya akan berakhir dengan tawa atau setidaknya senyum dari Adis.

"Sa-saya." Cleo tergagap, suaranya mendecit seperti tikus yang terjepit.

Adis memandangi setiap guratan di wajah Cleo, benar apa kata Abigail tadi pagi, 'Lo juga diem-diem perhatiin Cleo 'kan?' tidak mau munafik memang, dia suka memperhatikan cara Cleo membaca buku saat di perpus, mirip kakaknya— Reo.

"Kenapa?" Tanya Adis, Cleo hanya memandangi manik Adis lalu meneguk salivanya, dia benar-benar mirip seseorang, tapi entah siapa.

"Maaf."

Adis mengernyit. "Buat?" Tanyanya untuk kesekian kali.

"Ada apa ya?"

"Hah? Apanya?" Dahi Adis mengernyit.

"Kamu kenapa ngajak makan siang?"

Adis terbelalak, apa-apaan sih ini?

"Apa sih maksudnya? Kamu kan yang ngajak aku makan siang?" Tanya Adis. Raut wajah Cleo berubah, menunjukkan ekspresi yang sama seperti gadis di depannya.

Cleo mendesah, cowok itu nampak gusar. "Kata Abigail kamu ngajak saya makan siang?"

Adis mengeluarkan kertas origami berisi tulisan ajakan makan siang beratas namakan Cleo Sanu Adam.
"Ini, kamu kasih ini ke aku kok Cle."

Cleo mengambil kertas berwarna biru muda dari tangan Adis. "Aku nggak punya koleksi kertas kayak gini."

Abigail. Dasar cewek medusa.

"Sorry Cle, aku nggak ngajak kamu makan siang. Abigail paling iseng. Sorry ya sekali lagi." Rasanya Adis mau menghilang saja.

"Aku pulang ya Cle, permisi."

Air wajah Cleo berubah, nampaknya cowok itu mendapatkan nada amarah dibalik pernyataan maaf Adis tadi.

"Dis tunggu." Adis berhenti, membalikkan badannya menghadap Cleo dengan wajahnya yang masih merah padam menahan malu.

"Saya, nggak tahu ini maksudnya gimana, saya dapat pesan dari Abigail. Katanya kamu ngajak saya makan siang di sini."

"Nggak, salah. Itu akal-akalannya dia aja. Aku nggak pernah ngajak kamu makan siang. Permisi."

Adis melenggang pergi meninggalkan Cleo yang tertegun atas kepergian gadis yang beberapa menit lalu masih duduk di hadapannya.

Cleo memutuskan untuk ikut pergi juga. Lelaki dengan tubuh kurus dan tinggi semampai itu menyusuri koridor cafetaria sekolah menuju ke parkiran. Matanya membulat sempurna ketika mendapati gadis yang sedari tadi bersamanya sedang berada di rangkulan cowok dengan tubuh memampai yang membelakanginya.

Adis sedang bersama lelaki, lebih tepatnya berada dalam rangkuman seorang lelaki.

•••

Rasanya Adis mau mencaci maki Abigail saja. Ternyata surat berisi ajakan makan siang itu bukan benar-benar dari Cleo. Tapi akal bulus dari cewek itu, yang membuatnya berujung malu di hadapan Cleo. Cowok yang diam-diam ia perhatikan.

Setelah menyusuri koridor cafetaria sekolah dengan tergesa cewek itu kembali dikagetkan dengan tubuh semampai di hadapannya. Aroma greentea menusuk indra penciuman Adis. Lama-lama dia akan faham dengan wangi tubuh cowok di hadapannya ini.

"Pulang bareng ya."

Adis menatapnya tajam. "Gue harus ngomong gimana sih biar lo faham kalo gue nggak mau deket deket lo."

"Haha, yaudah kalo lo nggak mau deket deket gue. Biar nanti naik bus lo lewat pintu depan gue lewat pintu belakang."

"Apaan si nggak lucu."

"Udah ah Ayo."

Adis melepas rangkulan di pundaknya dengan paksa. "Zaki, lepasin. Gue nggak mau."

"Kenapa sih? Perasaan gue sama aja kayak yang lain deh."

"Udah ya Zak, gue capek. Mau pulang."

"Kan udah capek kan? Ayok pulang bareng. Gue anter."

"Nggak perlu."

"Iya iya, maunya Cleo yang nganter ya?"

Mata Adis membulat. "Apa sih, kok jadi Cleo?!"

"Ya karena lo suka dia."

"Nggak. Suka asal nuduh lo ya."

"Yaudah kalo nggak suka Cleo pulang sama gue kenapa? Nggak bakal masalah juga kok, kan lo nggak suka dia."

Adis membeku, Zaki dengan sigap merengkuh gadis di depannya itu. Membawanya menuju mobil hitamnya yang di parkir di ujung dekat gerbang sekolah.

Kali ini dewi keberuntungan sedang bersama Zaki.

____________________________


LET'S WE TALK [about us]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang