4. Sedikit Bicara
Marcel bersiul-siul dengan posisi kedua tangan yang bersidekap sementara sebelah kakinya menekuk ke belakang, menyangga berat tubuhnya pada kusen pintu di depan kelas. Marcel kembali melakukan kebiasaan yang sudah lama ia tinggalkan sejak sebulan yang lalu, yaitu menggoda adik kelas dan teman seangkatan yang melewati kelasnya. Tak jarang ia mendapatkan balasan seperti senyum malu-malu dari adik kelas yang melintas, atau bahkan sampai ada yang menjitaknya karena sudah tahu kebiasaan Marcel setiap harinya.
Marcel terkekeh dan terus melakukan kegiatannya tersebut sampai waktu menunjukkan pukul 06.23. Sebentar lagi bel masuk akan berdering, Marcel menurunkan tangannya yang sedari tadi bersedekap ketika matanya menangkap kehadiran seorang gadis yang tengah menuju ke kelas.
Gadis itu adalah Renata. Renata datang dengan ransel yang menggantung di kedua bahunya, sedang tangan kanannya menenteng sebuah totebag yang berisi kotak bekalnya. Rambutnya yang hampir mencapai punggung di gerai dengan jepitan kecil sebagai hiasan. Terlihat sangat cantik dipandang mata.
Marcel masih diam di tempatnya. Wajah konyol yang sedaritadi ia pasang telah terganti dengan wajah cuek seperti biasanya. Kedua bola mata cokelatnya mengikuti pergerakan Renata yang semakin dekat ke arah kelas. Ujung bibir Marcel terangkat sebelah begitu melihat ke arah sepatu Renata yang talinya tidak terikat dengan baik. Hanya dengan melihatnya saja Marcel sudah tahu apa yang akan terjadi setelahnya.
"Aduh!"
Marcel menyunggingkan senyum miringnya ketika Renata terjatuh tepat di hadapannya. Renata terjatuh dengan posisi tangannya yang menyentuh lantai terlebih dahulu sehingga Renata tidak merasa terlalu sakit karena berhasil menyangga tubuhnya dengan kedua tangannya yang kini terasa perih.
"Gue bilang juga apa," gumam Marcel seraya menunduk menatap Renata yang bukannya bangkit malah hanya meringis sembari menepuk kedua telapak tangannya.
"Perih," lirih Renata sembari meniup telapak tangannya. Kemudian gadis itu merapihkan kotak bekalnya yang keluar dari totebagnya, beruntung tutupnya tidak sampai terbuka sehingga masih bisa dijamin makanannya masih bersih dari kotoran.
Renata menghentikan tangannya yang masih berusaha memasukkan kotak bekalnya ke totebag ketika matanya tak sengaja menatap ke depan, ke arah sepasang sepatu yang berada di hadapannya. Renata mendongak, mendapati Marcel dengan wajah datarnya tapi dengan ujung bibir yang berkedut, seperti menahan tawa. Renata mendengus sebal sebelum memutuskan untuk bangkit. Begitu ia sudah berdiri sempurna, matanya memandang sekeliling kelas dan koridor, ternyata banyak yang memperhatikannya.
Sialan, Renata merasa malu sekarang.
Renata menghentakkan kakinya dengan bibir yang cemberut, matanya menyipit memandang Marcel kesal. Kemudian ia melangkah memasuki kelas. Tapi, baru kakinya melangkah sekali, suara Marcel masuk ke dalam pendengarannya.
"Ceroboh," gumam Marcel pelan tapi dapat di dengar oleh Renata.
Renata mendengus berusaha tak menggubris kemudian kembali melangkah memasuki kelas dengan kaki yang di hentakkan.
•••
"Itu kenapa bekel lo berantakan gitu, sih?"
Renata berhenti dari kegiatan membersihkan sisa-sisa nasi yang berantakan karena terjatuh tadi pada tutup kotak bekalnya, ia hanya tersenyum kecil mendengar pertanyaan Rasma.
"Jatuh tadi," jawab Renata sembari melanjutkan kegiatannya.
"Kok bisa?" Tanya Aulia heran. "Kebiasaan banget sih lo, ceroboh." Tambah Aulia kemudian kembali menyantap bekalnya.
"Kenapa sih, kalian pada nyebut gue ceroboh?" Gumam Renata pelan tapi cukup bisa didengar oleh ketiga temannya.
"Emang siapa aja yang bilang lo ceroboh?" Tanya Naya ikut nimbrung dengan obrolan. Perempuan bergaya tomboi itu baru saja kembali dari toilet bersama Rizka. Kini mereka sudah lengkap berlima dengan kotak bekal masing-masing di meja Renata dan Aulia.
"Aulia," jawab Renata menggantung, "sama Marcel." Lanjutnya dengan suara yang lebih pelan.
"Siapa dah?" Tanya Afifah yang tidak begitu dengar dengan ucapan Renata. "Ulang kek, ish! Gue nggak denger."
"Aulia sama Marcel," timpal Rizka.
"Oh," jawab kelimanya berbarengan.
Renata hanya menganggukan kepalanya. Merasa lega dan sesak secara bersamaan. Lega karena teman-temannya tidak ingin tahu lebih lanjut dan sesak karena teman-temannya tidak ada yang mengetahui kalau dirinya menyukai Marcel. Bukannya Renata tidak ingin cerita ataupun kelima temannya tahu, tapi Renata merasa ini bukanlah hal yang penting. Renata percaya kalau perasaanya kepada Marcel akan menghilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. Maka ia lebih memilih menyimpannya sendiri untuk saat ini.
"Nat, kenapa nggak dimakan itu bekel?" Aulia menyenggol lengan Renata hingga gadis di sebelahnya menghentikan aktifitas mengaduk-aduk nasi dalam kotak. Renata hanya nyengir tiga jari kemudian ikut memakan bekalnya sama seperti yang lain.
Yang membedakan hanyalah, Renata tidak selahap kelima temannya. Renata mendadak kehilangan napsu makannya saat matanya tak sengaja menatap Marcel yang duduk di kursi guru di temani oleh seorang perempuan yang tengah tertawa. Entah mereka menertawakan apa sampai-sampai keduanya memukul meja guru dengan heboh. Renata kembali meletakkan sendok makannya dan menyandarkan punggungnya dengan kepala kursi.
"Kenapa lo?" Tanya Rasma yang menyadari perubahan sikap Renata.
"Nggak papa," jawab Renata kemudian menutup kotak bekalnya. "Gue makannya pas jam istirahat kedua aja deh, nggak napsu sekarang, mah." Lanjutnya seraya menyimpan kotak bekal berwarna biru itu di laci meja.
Keempat temannya mengangguk saja. Tapi tidak dengan Aulia yang sedari tadi mengikuti gerak-gerik dan arah pandang Renata. Jangan lupakan tentang Aulia yang sangat peka terhadap sekitar, maka saat melihat sikap Renata siang ini, Aulia dapat menyimpulkan satu hal.
Dan hal itu akan ia buktikan besok dengan sebuah rencana yang sudah tersusun di otaknya.
•••
Helaw epribadeh! Maapkeun dd yang updatenya ngaret dan nggak tepat waktu ini ya. Maap juga sekalinya update tengah malem gini. Seminggu kemarin gue habisin buat belajar karena gue ujian sekolah. Dan seminggu inipun bakalan gue habisin buat belajar lagi karena nggak lebih dari dua minggu lagi gue ujian nasional gais! Ah nggak kerasa bentar lagi gue jadi qaqa esema, jadi terharu hiks:')
Jadi, tujuan gue buat author's note kali ini rada berpaedah gitu, soalnya gue mau izin hiatus sampe un selesai. Nggak lama kok, asal sabar. Muehehe...
InshaAllah, kalo tangan gue nggak gatel, gue gabakalan update cerita dulu. Entah itu epilog dan extra part Matchmaker, Alena, ataupun Bad Things. Nah kalo tangan gue gatel ya beda lagi urusannya wkwk.
Udah si, itu aja. Sama pengen minta buat yang baca semua cerita gue buat komen, keberatan nggak sih? Soalnya gue rada sedih gitu, lapak gue sepi banget udah kayak hati, hehe.
Udah ah, laknat amat gue bikin chapter pendek tapi autor notnya panjang kek cerpen gini. Jangan sampe mual bacanya ya, vote dan comment tetep gue tunggu! Baibai, salam dari istrinya Min Yoongi❤
Oiya, kalo ada yang mau kasihin gue tiket konser bities wingstour secara cuma-cuma juga boleh. Boleh banget malah HAHA
24-04-17.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
Teen FictionSemuanya terlalu rumit untuk diceritakan. • Cover by @freakbutawesome• • Copyright©2017 by Shanan - Rumit•