Pertama, Heru itu bukan homo. Catet! Dia cowok lurus. Tegak, vertikal. Pokoknya jelas. Bentuknya juga super simetris, nggak bengkok aneh-aneh ke kanan maupun ke kiri. Heru jelas mengatakan kalau dia lurus karena memang begitulah adanya. Heru suka nonton bokep lurus, suka lihat cewek cantik yang dadanya melambai mirip pohon kelapa. Dia itu selurus-lurusnya cowok, senormal-normalnya batangan. Bahkan batangan itu begitu jujur. Dia bisa tegak dan mengacung ketika ditanya, "Ada cewek cantik seksi, tuh! Siapa yang suka?". Dan batangan itu kembali mengacung lalu berkata, "Saya, saya!"
Kedua, dia bukan homo. Pokoknya untuk yang pertama, kedua, dan selanjutnya pun dia bukan homo. Dia lurus. Normal. Dia nggak tertarik untuk menyelami dunia pelangi, atau sekadar ingin tahu. Heru nggak mau jadi anggota komunitas peduli batangan itu.
Dan yang ketiga, dia...
Jatuh cinta pada Chiko.
Chiko. Meski namanya manis mirip cewek, namun Chiko yang ini juga berbatang sepertinya. Chiko yang ini memang manis, namun dia nggak punya buah melon di dada. Chiko yang ini juga punya selera sarkas yang tinggi. Chiko yang ini memang homo, namun Heru nggak punya waktu untuk jatuh cinta pada homo. Lalu Chiko? Chiko memang nggak pernah mengaku kalau dia homo, tetapi Heru sudah tahu gelagat Chiko yang nggak biasa itu. Chiko homo yang nggak sadar.
Heru juga nggak berharap Chiko jadi homo. Dia hanya jatuh cinta pada Chiko. Sayang sekali. Dia ingin Chiko selalu di sampingnya. Ingin tertawa bersama Chiko. Sesederhana itu. Hanya saja...
Heru sudah ditolak.
Chiko menolaknya, padahal Heru hanya mengatakan rasa suka saja. Dia nggak mengajak Chiko jadian, tapi Chiko menolaknya tanpa ampun. Kalau sudah begitu, Heru jadi serba salah. Dia lurus, jones. Setelah dia homo karena Chiko, Chiko juga menolaknya. Dia jones lagi. Status jones ganda masih setia dia sandang hingga nanti!
"Kenapa alismu berkerut gitu?" Chiko muncul tiba-tiba, lalu memukul kepalanya. Heru sudah biasa dengan tingkah kasar Chiko yang seperti itu. Dia nggak boleh baper kalau masih ingin berteman dengan Chiko.
"Masa pembalut doang yang boleh berkerut?" Heru balas mencibir. Chiko tergelak geli dan menendang betisnya. Beberapa hari ini Chiko terlihat sangat aneh. Heru sudah hafal kelakuan Chiko selama sekian tahun, jadi dia nggak kaget lagi.
Chiko itu moody, bisa berubah mencurigakan dalam hitungan detik. Meski Chiko moody, namun Heru masih bisa bertahan untuk berteman dengannya. Tapi sayangnya akhir-akhir ini Heru ingin sekali menghujat Chiko, lantaran cowok itu sudah mulai bermain api dengannya. Secara nggak langsung, Chiko sudah mempermainkan takdirnya. Heru kenal seseorang gara-gara Chiko. Seseorang yang sangat Heru benci, hingga melihatnya saja dia ogah. Pokoknya orang yang paling Heru benci seumur hidupnya.
Dulu Heru sering mengolok orang lain, jangan benci terlalu dalam, bisa cinta, lho! Karena itulah dia nggak pernah membenci orang lain dengan sangat dalam. Dia ingat karma. Lalu... orang itu datang! Mengetuk pintu hati Heru yang sebentar lagi pasti akan dijeriti oleh karma.
Heru sebenarnya nggak suka bermasalah dengan orang lain, namun sekarang dia mulai punya masalah. Dia diseret dalam hubungan aneh. Chiko juga berperan penting dalam hal ini. Heru dipaksa ikut campur dalam hubungan terlarang dengan mas-mas macho depan rumah Chiko. Namanya Mas Bejo. Mas Bejo yang ini bukan tipe cowok melambai yang terlihat lebih senang ditusuk. Pokoknya Mas Bejo terlihat sangat "sehat", "waras", dan juga "normal".
Heru nggak ada masalah dengan mahasiswa jurusan kedokteran itu pada awalnya, namun sekarang dia punya masalah besar. Kecelakaan besar di rumah sakit waktu itu membuat Heru dan Bejo tersandung dalam drama yang sangat aneh. Hanya gara-gara tragedi tabrakan bibir waktu itu, Heru harus berurusan dengan Mas Bejo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Arena of Battle
ActionCerita aksi biasanya didominasi oleh cowok baik yang teraniaya. Kadang cowok ganteng yang agak dingin, atau bahkan orang kaya tujuh turunan. Ada lagi yang miskin dan clueless. Heru? Haha... Dia jauh dari itu. Pertama dia nggak manis, cantik apalagi...