5th

22.3K 2.4K 776
                                    

            Heru melongo. Dia sudah menyelesaikan semuanya, namun sekarang Mas Bejat kembali berbuat ulah. Untuk yang kesekian kalinya, Mas Bejat kembali mengibarkan bendera perang. Heru muak. Mas Bejat terlihat sangat bersemangat ketika bertingkah seperti itu. Sebenarnya Heru sudah belajar untuk menangani manusia seperti itu, namun sekarang teorinya terpatahkan sempurna di depan Mas Bejat. Ternyata Mas Bejat sangat kuat. Dia mampu menembus pertahanan Heru terhadap manusia hati kejam senyum menawan. Belum lagi Mas Bejat itu aneh. Dokter kok gondrong!

Meskipun dia terlihat sangat keren dengan ikat rambut dari karet bungkus nasi itu, sih! Padahal hanya karet murahan begitu, tapi kalau dipakai dokter... kok beda, ya? Heru mencoba menganalisis pendapatnya. Iseng, akhirnya cowok sarkas itu mencoba peruntungan serupa. Siapa tahu dia terlihat sangat ganteng dan kece dengan karet itu. Dia mengikat rambut pendeknya, memelintir karet nasi yang dia temukan sembarangan di lantai. Namun dia lupa. Rambutnya nggak sepanjang Mas Bejat karena posisinya masih anak sekolah yang terikat peraturan soal rambut.

Karena itulah karet tersebut hanya mengikat ujung rambutnya, mungil, seupil, dan juga... terlihat menggelikan. Chiko yang baru datang dari kamar mandi hanya melongo dan mengerjap beberapa kali.

"Kamu ngapain?" tanyanya. Heru gelagapan, namun dalam sepersekian detik, dia kembali bertanya. Dengan sangat percaya diri.

"Aku ganteng, nggak?"

Chiko melongo lagi. "Najis!" hujatnya.

"Ini kece, tahu!"

"Di dunia ini, cuma ada satu orang yang cakep kalau pake iket-iket karet kayak gitu."

Heru sudah tahu jawabannya, jadi dia hanya merengut nggak terima. Bagaimana bisa seorang manusia terlihat ganteng hanya dengan karet gelang bungkus nasi begini? Chiko fitnah, ah!

"Rambutnya kan gondrong!"

"Kamu peka banget siapa yang kumaksud!" Chiko tergelak geli. Sejak kejadian waktu itu, dia punya senjata untuk membuat Heru bungkam. Pokoknya Mas Bejo muncul sebagai penyelamat yang akan jadi kunci utama melawan kejahilan dan kesarkasan cowok ini.

"Soalnya selama ini cuma dua cowok yang kutahu deket sama kamu. Selain mas-mas tetangga kamu itu, satunya lagi ya... pastinya kakak tercinta."

Mampus, ah! Chiko tumbang lagi hanya dengan dua kalimat. Meski nadanya manis dan juga penuh persahabatan, namun pedasnya sampai ke tulang-tulang. Heru berniat menyindir Chiko dengan halus. Sengaja. Hanya dua cowok yang Chiko kenal dengan sangat baik, namun bukan itu poin yang ingin Heru sampaikan.

Kakak tercinta.

Heru masih membiarkan karet gelang itu di rambutnya, mengabaikan beberapa cewek yang mengolok. Heru sudah masa bodoh sejak dulu. Dia hanya nyengir dengan penuh percaya diri. Bahkan dengan gaya khas menjijikkan, Heru menyentuh dagunya bangga. Sialan! Chiko nggak tahu bagaimana dan dari elemen apa Heru diciptakan! Apa dari tanah juga? Mungkin Heru diciptakan dari tanah sengketa, makanya dia jadi aneh dan juga membuat orang lain kelimpungan begitu!

"Udah aku bilang, nggak usah telepon-telepon lagi!" Heru menjerit nggak terima. Chiko di sebelahnya langsung terkejut dengan respon Heru. Dia kira Heru itu nggak pernah semarah ini, jadi dia diam saja dan damai. Tapi nyatanya, Heru itu bisa begitu! Heru bisa marah.

Hanya dengan mendengar satu kalimat itu, Chiko tahu siapa yang menelepon Heru sekarang.

"Aku kan kangen..." Suara di sana terdengar sok melankolis. Chiko ikut menguping. Tumben sekali suara Mas Bejo seperti ini. Jadi agak menggelikan, tahu! Suara bass-nya berpadu dengan nada merajuk yang sangat kekanakan.

"Nggak usah ngomong kayak gitu! Jijik!" Heru mengumpat.

"Habisnya... kamu di-SMS juga nggak bisa. Aku kan bisanya telepon. Selain lebih seru karena bisa denger suara kamu, juga lebih adem di hati. Jadi aku bisa nebak apa yang kamu lakuin sekarang ini."

The Arena of BattleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang