4th

22.3K 2.4K 799
                                        

            Sejak tragedi yang menyebabkan HP Heru error itu, Heru mulai agak bisa menghela napas. Karena semua SMS nggak ada yang masuk ke HP-nya, dia mulai berhemat. Chiko selalu meneleponnya dan juga marah-marah. Heru sedang bahagia karena berhasil membuat temannya kelimpungan karena kehabisan pulsa.

"Aku tahu duitmu banyak!" Chiko menghardik ketika Heru sedang merem-merem penuh takzim di pojok kelas. Cowok itu sedang menikmati masa bebasnya. Nggak ada lagi gangguan dari Mas Bejat, atau apalah itu namanya. Dia mulai santai dan bahagia sekali. Chiko yang sering menghubungi Heru untuk bertanya tugaslah yang punya masalah.

"Yang punya duit itu ortuku, Ko."

"Kamu sebagai anak nggak mau, gitu minta duit buat benerin HP, atau apa, kek! HP murah juga nggak apa, asal bisa buat SMS." Chiko menggerutu. Heru nyengir dengan raut nggak bersalah.

"Aku nggak punya waktu buat ngurusin HP, Ko."

"Ngaku aja kalau situ nggak mau balesin SMS!"

Heru ngakak nggak keruan. Teman-temannya juga mengeluh karena mereka nggak bisa menghubungi Heru. Meski pecicilan begitu, Heru itu penting sekali. Dia sering ditunjuk untuk jadi maskot kelas kalau ada perlombaan saat class meeting. Jadi pemandu sorak yang super rusuh. Menang nggak menang pokoknya heboh dan gila. Itu katanya.

"Aku lagi hemat, Ko." Heru kembali cekikikan. Chiko menghela napas dan akhirnya menunjuk wajah cowok jahil itu.

"Kamu lagi menghindari seseorang, kan?"

Nah! Tumben Chiko peka! Kemarin-kemarin nggak ada ceritanya dia mendengar keluh kesah Heru.

"Kok tumben tahu?"

"Soalnya hidupmu itu selalu main sama HP. Entah yang jahilin cewek di facebook, lah! Modusin anak kelas sebelah, lah! Padahal tinggal jalan aja bisa, pake sok SMS nyasar."

Heru kembali ngakak nggak keruan. Heru sedang ingin mendengarkan protes teman-teman lainnya. Protes itu nggak membuatnya marah, namun malah menaikkan mood-nya yang sempat berantakan kemarin. Sebenarnya ada alasan lain kenapa Heru jadi bertingkah begini. Dia hanya ingin menghindari Bejo. Itu saja. Selebihnya dia nggak peduli. Bejo adalah orang yang sangat dia hindari.

Ini pertama kalinya Heru bertemu dengan makhluk yang membuatnya mati kutu. Dulu Heru yang selalu menang, namun sekarang... dia nggak berkutik. Heru nggak bisa bicara apa pun ketika melawan Mas Bejat. Mas Bejat itu berkuasa sekali. Mutlak. Meski Heru menghujatnya, mengumpat ke arahnya, namun Mas Bejo dengan gaya santainya itu malah tersenyum dan tergelak geli, seolah-olah kelakuan Heru itu imut dan menyenangkan. Kalau gila itu yang kira-kira, dong, Mas! Gilamu itu nggak ada batasnya, tahu!

Karena itulah, karena Heru nggak tahu harus bagaimana lagi... dia memutuskan untuk melarikan diri. Dia nggak mau berhubungan dengan hal-hal yang nggak bisa dia tebak dan dia prediksi. Dia nggak suka. Karena itulah, meski Heru sempat menyatakan cintanya pada Chiko, dia sudah punya gambaran mau dibawa ke mana pengakuan itu. Hasilnya? Sesuai prediksi. Mereka masih berteman baik, bahkan nggak ada yang berubah. Ada yang berubah. Sekarang olokan homo jadi guyonan mereka tanpa diambil hati. Nggak ada yang sakit hati. Bahkan Chiko dengan narsisnya mengatakan kalau Heru itu fans berat.

Persahabatan mereka itu sederhana. Kalau salah minta maaf, kalau nggak salah ya ayo bermain lagi bersama! Karena Heru nggak salah, maka mereka tetap bertaman. Sederhana? Namun sangat dalam dan berharga.

Kalau mereka bubaran hanya gara-gara pengakuan Heru, nanti kalau Chiko kelaparan, dia mau ngutang ke siapa? Chiko itu pikun kalau untuk bawa uang lebih. Bahkan kadang uang sakunya ketinggalan di rumah. Ah, kalau Heru selalu ingat untuk bawa uang! Simpanannya banyak. Di tas ada, di saku ada, di dompet ada, di bawah bantal ada, di bawah bed ada, di laci meja belajar ada, di mana-mana ada. Karena itu, kalau Heru mengatakan dia nggak punya uang, itu dusta! Chiko nggak pernah percaya itu. Tapi kenapa kalau untuk membeli HP baru yang murah saja Heru nggak mau?

The Arena of BattleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang