0.3

25 1 0
                                    




Sesuai janji gue kepada Ari, sore ini setelah pulang sekolah gue bakal balik sama dia dan dia akan nunjukin sesuatu... katanya? Gak tau lah, pokoknya ikut dia aja. Gue berjalan keluar kelas mengikuti Ari. Sampai akhirnya gue melihat Ari berhenti mendadak dan refleks gue juga ikut menghentikan langkah.

"Ada apa?" tanya gue.

"Jalan disamping gue. Lo bukan babu gue." ucap Ari. Hah?! Babu? Bahkan gue gak mikir sampe situ ya. "Atau memang mau?" lanjut Ari tiba – tiba. "Enggak, makasih." tolak gue cepat.

~~~

Akhirnya kita sampe ditempat yang dituju oleh Ari. Ternyata Ari ngajak gue ke sebuah tempat bergaya vintage tumblr yang merupakan campuran antara café dan perpustakaan. Dan kalian gak usah membayangkan gimana reaksi gue setelah tau itu. I love it!

"Ah! Gue gak pernah tau ada tempat kayak gini. Thank you so much! You know me so well, Ar!" ucap gue menunjukkan ke antusiasan. Dan Ari hanya mengangguk membalas ucapan gue.

Kita akhirnya duduk di salah satu bangku dekat kaca, biar sekalian liat pemandangan luar sih. Gak lama kemudian, seorang waitress menghampiri kami.

"Ada yang ingin dipesan?" tanya waitress itu. Gue pun mengambil menu yang telah disediakan dan menyebutkan pesanan gue, "Iced Chocolate nya satu ya, mbak.". "Lo pesen apa?" tanya gue ke Ari. "Saya pesan Hot Cappucino." jawab Ari. "Ada lagi pesanannya?" tanya waitress itu. "Tidak ada." jawab gue. "Baik, terimakasih. Untuk peminjaman bukunya bisa terlebih dahulu membuat kartu member di meja resepsionis, baru setelah itu anda dapat meminjam buku yang sudah didaftarkan terlebih dahulu. Have a  nice day!" ucap waitress itu. Gue hanya tersenyum menanggapi penjelasannya.

"Gue ke resepsionis dulu ya, Ar." ucap gue ke Ari. Ari hanya mengangguk singkat tanda meng-iya-kan. Busedah ni anak. Daritadi kerjaannya ngangguk doang.

Akhirnya gue pun bejalan menuju meja resepsionis yang berada di ujung ruangan. "Permisi mbak, mau buat kartu member." ucap gue kepada petugas resepsionis itu. "Silahkan isi formulir ini terlebih dahulu." ucap si petugas yang kuketahui bernama Mbak Widya dari nametag-nya itu sambil menyerahkan selembar kertas dan sebuah pulpen. Gue pun mulai mengisi formulir dengan data – data umum gue. Setelah selesai, gue menyerahkan kertas dan pulpen itu ke Mbak Widya. "Biaya pembuatan kartu sebesar 15.000 harap dibayarkan di kasir setelah kartu selesai dibuat. Harap tunggu pembuatan kartu selama kurang lebih 5 menit. Terimakasih," gue lihat Mbak Widya membaca formulirnya sebentar kemudian melanjutkan, "Mbak Azura." dan diakhirinya oleh senyuman.

Sambil menunggu proses pembuatan kartu, gue memilih untuk kembali ke meja. Ari yang melihat gue duduk pun bertanya, "Udah jadi kartunya?". "Belum, disuruh nunggu." jawab gue. Dan sekali lagi Ari hanya mengangguk menanggapi jawaban gue.

Minuman yang kami pesan juga belum kunjung datang. Untuk mengisi kekosongan, gue mencoba memulai topik pembicaraan. "Sering ke sini, Ar?" tanya gue. Ari yang merasa gue ajak bicara menoleh dari kegiatan main handphone nya itu. "Kadang – kadang aja." jawabnya simple. "Punya kartu member juga?" tanya gue lagi berusaha agar topiknya berlanjut. "Lo tau gue gak suka baca." ucapnya skak mat. "Jadi kalo kesini cuma pesan minum aja?" tanya gue lagi. Dan gue anggap anggukan dari Ari sebagai penutup topik yang dibicarakan. Gue mendesah kesal dan akhirnya memutuskan untuk main handphone juga.

Gak lama berselang, minuman yang kami pesan akhinya datang. Setelah mengucapkan terimakasih pada waitress nya, gue langsung saja meminum Iced Chocolate gue sebagai bentuk kekesalan gue terhadap Ari. "Minumnya nyante dong, Ra." ucap Ari tiba – tiba. Gue yang diperingatkan sepeti itu hanya bisa mendelik kesal ke arahnya. Toh ini juga gara – gara lo, Ar.

Untungnya gak lama setelah itu nama gue dipanggil oleh Mbak Widya yang artinya kartu member gue udah jadi. Setelah mengambil kartu di meja resepionis, gue berlalu menuju kasir untuk mebayar biaya pembuatan. "Totalnya 15.000, mbak." ucap si kasir yang bernama Mas Heri. Setelah membayar, gak lupa gue ucapkan terimakasih, "Makasih Mas Heri.". Dan setelah itu gue lanjutkan dengan mencari buku – buku yang gue suka.

Pilihan gue jatuh ke sebuah buku berjudul Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Gue pun membawa buku itu ke meja resepsionis untuk didaftarkan. Gue menyerahkan buku tersebut dan kartu member gue ke Mbak Widya yang langsung didaftarkan olehnya ke komputer. "Hehe mbak, mau tanya dong. Bukunya itu bisa dibawa pulang gak ya?" tanya gue hati – hati. "Untuk sementara ini belum bisa, mbak. Mohon maaf." ucap Mbak Widya. "Cuma nanya kok, mbak. Terimakasih.". Dan gue segera berlalu dari meja resepsionis ke arah meja gue dan nggak lupa membawa buku Laskar Pelangi dan kartu member gue.

Sampai di meja, gue langsung membaca sambil sesekali meminum Iced Chocolate gue. Dan akhirnya fokus gue terpecah karena Ari yang tiba – tiba berbicara, "Ara, balik yuk, udah setengah 6.". Dan saat itu gue tercengang. Selama itukah gue bacanya? Soalnya gue inget tadi kita masuk café itu sekitar jam 4. Oh no! Gue pun berdiri dari tempat gue duduk dan mensejajarkan langkah gue dengan Ari, "Maaf." ucap gue tulus. Ari menengok ke arah gue sambil mengangguk dan tesenyum. Oh! Jangan gitu, Ar! Gue semakin merasa bersalah kalo lo gak ngomong apapun.

Setelah mengembalikan buku, akhirnya kami melanjutkan perjalanan pulang ke apartemen. Dan kami akhirnya masuk ke apartemen masing – masing setelah gak lupa gue ucapkan terimakasih yang lagi – lagi hanya di jawab anggukan oleh Ari. Ck! Gue jadi merasa bersalah kan!

~~~

Hari ini hari Jumat. Jam masuk sekolah lebih pagi daripada hari – hari yang lainnya yaitu yang biasanya jam 7, khusus hari ini menjadi jam setengah 6 karena akan diadakan lari pagi rutin setiap Jumat. Jam menunjukkan pukul 5 dan gue sudah siap berangkat dengan pakaian olahraga. Gue keluar dari apartemen gue sambil mengecek keadaan sekitar, karena gak mau kejadian kemarin terulang lagi, dan untungnya kali ini gak ada siapa – siapa. Gue pun berjalan ke arah lift untuk segera turun ke lobby.

Gue akhirnya berjalan menuju halte tempat gue biasa menunggu bis menuju sekolah. Tapi karena memang masih pagi, jarang kendaraan melintas di jalan raya. Gak lama gue mendengar sesorang memanggil nama gue. Apa gue salah dengar? Tapi rasanya suaranya gak asing. Gue akhirnya menoleh ke sumber suara dan menemukan Ari sedang duduk di dalam mobilnya sembari membuka kaca mobil untuk memanggil gue. Gue akhirnya memilih menghampiri mobil Ari. "Apa?" tanya gue. "Masuk." ucap Ari. Gue yang bingung hanya menaikkan satu alis gue tanda tidak mengerti. Ari yang terlihat jengah langsung melanjutkan, "Masuk ke mobil, kita berangkat bareng.". Gue berpikir sebentar sebelum akhirnya menyetujui ajakan Ari untuk berangkat bareng, lagi.

Sampai di sekolah gue langsung keluar dari mobilnya. Dan kali ini Ari gak menahan gue kayak kemarin. Apa yang sebenernya lo harapin dari Ari sih, Ra? Masih ada sekitar 20 menit sebelum bel berbunyi. Dan gue memilih menghabiskan waktu gue dengan ngobrol bareng sahabat – sahabat gue di kelas.

~ ~ ~

aneh ya?? ditunggu voments nya!

Sorry for typo(s)!

love, a  h  d  a

Not a BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang