Kutuliskan khayal semu, yang tersurat padamu
Pertanda rasa tak terucapKau tahu?
Mungkin aku selalu bereuforia tentang dirimu
Tentangmu tersipu malu dalam khayalku
Entah mengapa kau tersipu,
Atau mungkin
Bayangku berpadu dalam lobus frontalismu,
Lalu memacu hormon oksitosin dan bertemu dengan medula spinalis yang memberikan reflek tersipu? Entah.Tapi,
Lagi-lagi khayalku tak terbatas
Bagai salju tertiup angin entah berlabuh kemana
Atau berubah menjadi air dan menguap ke angkasa bebas.
Apakah salju itu akan kembali?
Dengan mencipta khayal tak terbatas lagi,
Atau kau akan menghapus khayalku?
Dan menciptakan refleksi bayang nyata
Atau akan tetap Maya, tegak?
Lalu hilang menuju semesta?Lagi, lagi dan lagi
Khayal dan duga menduga tak terelakkanKau tahu?
Rasa yang timbul akibat khayal ini
Seperti akar yang terus menancap pada tanah dan mengakar sangat kuatHingga entah kapan dan siapa yang memulai
Akar itu merapuh, meninggalkan rongga-rongga yang menganga dan menyesakkan
Bingung? Karena rongga terasa menyesakkan
Begini...
Rongga itu semakin menganga lebar
Tetapi, sebelum rongga itu merasakan hangatnya mentari
Rongga itu tertutup balok tajam, mendalam, dan menyempit celah
Hingga akhirnya
Akar itu mati dan pohon tumbang
Khayal mati dan euforiaku padamu hilang, tak berbentuk lagi
Hanya tersisa jazad pohon itu.
.
.
.
Sudahlah jangan dipikirkan
Toh, lambat laun jazad itu tertimbun batu tak berbekas
Dan jangan tanya bagaimana
Karena, takdir telah berjalan menggiring khayalUntuk seseorang dalam khayal semuku
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejuta Cita
PoetryKetika kita mengungkapkan sepenggal kata, diuntai menjadi kalimat. Yang akan mengerti perasaan yang kita miliki. Kala kita mengutai kalimat menjadi sajak sajak dan puisi. Menjadi kalimat penuh curahan perasaan. Dengan sajak dan puisi kita bisa mencu...