Bagian 1 : 1.1

108 25 63
                                    

Nama gue Nesa. Gue hidup tepat dijantung Ibu Kota, gue ga pernah keluar dari rumah selama bertahun - tahun, gue ga sekolah sehingga gue gak punya teman sama sekali. Apalagi orang tua yang  melarang gue keluar rumah, dan gue enggak tau apa alasannya. Mungkin karena gue punya penyakit, tapi orang tua gue mengatakan ini bukan penyakit tapi kutukan. 

Gue bercermin, mencoba memakai make-up layaknya perempuan feminim di luar sana. Kamar gue di penuhi dengan majalah - majalah model yang cantik nan seksi. Gue berusaha menandani tubuh gue seperti model itu. Bibir merah, halis tebal, rambut keriting, mata biru, namun....

Mungkin kalian terkejut, tapi inilah gue, kepala tak berambut seperti orang lain, wajah pucat, mata menghitam, bibir kering, halis tebal yang menyatu keduanya. Gue bingung gue bukanlah orang yang menderita penyakit, tapi orang tua gue jelas beberapa kali mengatakan ini sebuah kutukan dan gue gak tau kutukan apa. Dari kecil gue selalu makan daging manusia, tapi orang tua gue mencoba menghilangkan kebiasaan ini, akhirnya di usia 17 tahun ini gue gak pernah makan daging manusia lagi.

*Suara teriakan.

Gue keluar dari kamar, rumah yang besar membuat gue harus berlari turun tangga untuk mengetahui apa suara teriakan tersebut. Ketika tiba, gue melihat kedua orang tua gue sudah dalam keadaan mengenaskan, lantai terbanjiri darah, kepala tertembak oleh peluru. Gue gak bisa berbuat apa- apa, gue mulai panik gak tau harus berbuat apa. Gue terengah - engah dan memikirkan siapa pelakunya. 

"Mah... Mah... Mah.."

"Pah.... Pah... Pah.."

sambil meringis gue terus memanggil - manggil mereka. 

1 jam kemudian

Gue terdiam gemetar  duduk di sebuah tangga sembari melihat kedua mayat orang tua gue. Gue takut dan bingung harus bagaimana. Terdengar suara tv yang sedang memberitakan kejadian pembunuhan. Gue menghampirinya, gue mengira pemberitaan itu adalah pembunuhan orang tua gue tapi bukan, gue semakin gemetar seluruh tubuh gue merinding. Gue memandang mayatnya, gue hanya memikirkan antara menelpon polisi atau menyembunyikanya dari semua orang. Jika gue keluar dan meminta bantuan itu tidak mungkin.

Dengan rasa takut Akhirnya gue memutuskan menyembunyikanya.

Apa yang anda lihat?

Gue  menarik orang tua gue  seperti sampah menyebunyikanya di sebuah gudang bawah tanah. Rasa sedih yang gue rasain  melihat orang tua gue sendiri dalam keadaan yang mengenaskan.
Gue meringis ketakutan membersihkan darah orang tua gue  sendiri.
Sesekali gue memandang ke pintu, berpikir apakah gue harus keluar dan meminta bantuan atau berdiam di rumah sampai gue mati dan membusuk bersama orang tua gue.

----------------------------------------------------------

Mohon beri kritik dan sarannya.

#coment #vote

#hilangkan jejak

CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang