KAMU SATU-SATUNYA. (OUR HUSBAND CHAPTER 20)

19.9K 1.6K 138
                                    



Happy Reading
•••

Kepada angin yang kembali pulang. Membuatku rindu akan pelukan seseorang yang begitu menenangkan beberapa hari lalu. Aku hanya manusia yang tak bisa melawan. Bukan hanya pada keadaan, tetapi juga pada perasaan.

Aku menatapnya penuh kerinduan dari balik jendela kamarku. Iya. Aku telah kembali ke rumah ini. Rumah yang benar- benar mengubah hidupku seratus delapan puluh derajat. Sama, rasanya sama seperti pertama kali aku menginjakkan kaki di sini. Penuh ilusi dan teka-teki yang belum bisa terpecahkah.

Aku menekan dadaku. Ada sekelebat rasa sakit dan rindu di dalam sana yang harus kutahan sebisaku. Ini seperti sebuah kenyataan yang mendadak menamparku. Mungkin--- ini yang dirasakan Reva ketika dia merelakan Mondi menikahiku. Tak nyaman, sakit, dan terasa begitu panas padahal udara sangat dingin sedang menusuk, menembus kulitku sampai ke tulang. Mungkin sesakit ini menjadi Reva kala Mondi memperlakukanku manis di depannya.

Mondi memperlakukanku manis di depan Reva? Kapan? Bahkan aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri.

Aku kembali menutup gorden jendela. Menarik napas sebentar, sebelum aku kembali menyibakkannya sedikit. Air mata yang kutahan sejak tadi pun tiba-tiba turun. Aku kembali terluka karena pilihanku. Aku kembali bodoh karena cintaku. Dan terakhir, aku kembali diingatkan kenangan. Tentang sebagai apa statusku di rumah ini. Hanya istri kedua. Hanya wanita perusak hubungan orang.

Tak lama setelah aku melihat kebersamaan Mondi dan Reva yang penuh cinta. Berpelukan, saling tersenyum sudah kulihat sejak sepuluh menit yang lalu. Pintu kamarku ada yang mengetuk. Kulihat Clara muncul dari balik pintu dan berjalan ke arahku.

Dia menyodorkan boneka kesayangannya. "Rambut Chui kusut, bunda," katanya. Aku mengutuk diriku karena belum juga bisa tersenyum setelah dia datang. Aku memasang wajah menyedihkan sampai Clara bertanya; kenapa dan ada apa. Apa Mondi menyakitiku? Apa ada orang yang yang menyikitiku?

Tidakkah dia tahu, aku sudah terbiasa disakiti bahkan lebih dari ini? Hanya saja aku yang masih bertahan dalam hubungan tanpa kepastian ini. Hanya aku yang terlalu bodoh masih mencintai lelaki yang memang sejatinya bukan hanya milikku.

Aku meraih boneka Clara kemudian duduk di tepi ranjang. Tanpa menjawab, aku meraih sisir kecil ditangan Clara lalu mulai menyisir rambut pirang Chui.

"Unda... Kenapa sih? Apa ada yang nakal sama bunda?"

"Tidak ada, sayang."

"Lalu kenapa wajah bunda kelihatan sedih? Apa yang terjadi?"

Aku menggeleng, lalu berusaha mengalihkan pembicaraan. "Jika tidak ada bunda, siapa yang menyisir rambutnya Chui?" tanyaku.

"Si playboy, William Adam."

Kurasa senyumku semakin lebar saat ini. Melihat raut wajah Clara yang cemberut saat menyebut nama teman kecilnya itu.

"Kenapa, heum?" Kuelus rambutnya yang sebahu dengan lembut. "Kurasa--- William sudah jarang ke sini,"  ucapku.

"Memang." Clara beranjak dari posisinya, "Dia lebih senang bermain ke rumah Arleta, tetangga barunya, bund. Sepertinya dia lupa sama Ala."

Aku meletakkan Chui, kemudian meraih tubuh Clara dan menggendongnya. "Tidak ada yang lupa sama Ala," ucapku. "Karena--- teman sejati tidak akan pernah melupakan teman lamanya. Percaya sama bunda, William tidak akan pernah lupa sama Ala. Mungkin saja saat ini dia memang sibuk."

"Iya, mungkin," jawab Clara acuh kemudian minta diturunkan karena katanya sudah besar dan bukan seorang bayi.

Menyinggung masalah bayi, aku jadi terdiam. Apalagi mendengar pertanyaan Clara tentang kapan aku akan memberinya hadiah adik bayi aku semakin diam dan berpikir; akankah hubungan ini akan berakhir seindah itu? Karena sampai sekarang Mondi belum juga menyentuhku. Di bali pun dia tidak menyentuhku.

OUR HUSBAND√(Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang