DISUATU malam yang dingin, seorang detektif swasta duduk di sebuah sofa merah dekat perapian rumahnya. Pria itu sudah berusia 33 tahun, dan ia disapa dengan Sir Arthenz Rouvert. Tentu saja, nama yang cukup berkelas.
Seperti biasa, minggu adalah hari yang cocok untuk menikmati waktu bersantai. Pria yang memiliki belahan dagu itu sedang menghangatkan dirinya sambil menikmati secangkir teh Chrysanthemum. Ia begitu hanyut sampai-sampai lupa mengangkat telepon biru yang sedang berdering diruangan kerjanya.
Kriiiiing!!! Kriiiiiing!!!
Dengan ekspresi setengah terpaksa ia melangkahkan kakinya menuju ruangan itu lalu mendekatkan benda tersebut pada telinga kirinya.
"Hello, Good evening, Rouvert sedang berbicara. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan nada tinggi.
"Halo kawan. Aku Dawn Chringstone. Aku harap kau masih ingat denganku."
"Oh, tentu saja sahabat lamaku. Apakah ada masalah? Sehingga aku harus membantumu?" Suaranya mulai melemah.
"Oh, bukan, bukan masalah. Aku hanya ingin mengundangmu makan malam dirumahku."
"Tapi... tunggu sebentar. Bukankah rumahmu di Paris?"
"Kini tidak lagi. Sekarang rumahku berada di London. Kami baru pindah 3 hari yang lalu."
"3 hari yang lalu? Wah, maksudmu hari kamis ya? Berita yang sangat bagus. Baiklah. Aku akan ke rumahmu malam ini. Jam berapa dan dimana?" tanya Rouvert.
"Jam delapan di Jalan Briddle Town Route XXI. Lihat saja villa putih yang berada dipinggir danau. Ah, kurasa kau tak perlu tahu. Nanti aku akan menyuruh supirku untuk menjemputmu."
"Hm... Baiklah. Sampai jumpa nanti teman. Terima kasih banyak."
"Sama-sama."
Rouvert menutup teleponnya. 'Apa? Makan malam? Wah, moment yang tepat sekali!' pikirnya. Ya, bisa dikatakan hari libur mingguannya ini tampak menjadi begitu sempurna.
Tanpa perlu menunda dan berlama-lama, Rouvert langsung masuk ke kamarnya dan segera mengganti sweater polosnya dengan pakaian resmi. Ia kelihatannya tak lupa untuk menyisir rambutnya yang tidak terlalu lebat itu. Mungkin demi cita rasa seorang detektiflah ia tetap menyisirnya. Tak lupa pula ia membawa perangkat-perangkat detektif yang masih tersimpan dalam lemari bajunya.
Tepat dua puluh menit kemudian — seperti yang sudah dibicarakan — supir pengusaha kaya raya itu mulai muncul di kejauhan. Rouvert melangkahkan kakinya ke mobil berjenis Roychelles.
***
Begitu sampai, ia menurunkan kaki-kakinya dari mobil klasik itu. Langkah demi langkah ia lampaui untuk yang pertama kalinya di villa pinggiran kota London yang mewah.
"Sir, mari saya antarkan anda ke ruang makan. Anda pasti tamu dari Sir Dawn Chringstone," tawar salah seorang pelayan.
"Ya, tentu," jawabnya singkat.
Sang pelayan kemudian mengantarkannya ke ruang makan. Sambil di antarkan, Rouvert mulai melihat-lihat isi villa yang dipenuhi dengan seabrek lukisan abstrak. Cat dinding villa itu berwarna putih, namun karena kurang terangnya cahaya lampu warnanya seakan-akan terlihat berwarna cream. Siapapun yang melihat villa tua itu baik-baik pasti langsung mengetahui bahwa villa tersebut didominasi gaya rumah Prancis modern.
Tak sedikit pula meniru gaya artistik dari ornamen bangunan Athena kuno jika dipandang dari ukiran-ukiran di dinding. Polesan catnya juga terlihat bagus dan rapi sehingga membuat orang-orang terpikat begitu pertama kali melihatnya.
"Ini ruang makannya Sir," kata pelayan itu sesampainya di sebuah ruangan mirip aula yang cukup luas.
"Terima kasih. Ini tip untukmu," balas Rouvert.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery in White Villa
Mystery / ThrillerArthenz Rouvert adalah seorang detektif swasta berkebangsaan Inggris yang sangat menyukai benda-benda simetris. Suatu hari, Rouvert menikmati secangkir teh didekat perapian. Namun tiba-tiba teleponnya berdering. . . Ia diundang makan oleh sahabatny...