V. Interogasi

104 12 7
                                    

"SUNGGUH tuan, saya tidak mengetahui apa-apa," kata wanita berkacamata itu meyakinkan.

Rouvert menyilangkan tangannya. George telah lama bergabung bersama mereka. Rouvert tidak perlu mencatat setiap perkataan wanita itu — seperti yang sedang dilakukan oleh teman di samping kirinya — sebab ia memang dianugerahi memori jangka panjang yang kuat oleh sang pencipta.

"Apakah anda hanya mengenal Sir Dawn Chringstone saja? Bukankah anda mengenal anggota keluarga yang lainnya? " tanya George sambil menggerak-gerakkan pulpen didalam buku saku berwana hitam.

"Tidak, tuan. Su... Sungguh! Saya tidak mengenal anggota keluarga yang lain!" jawab si nenek.

Rouvert mengerutkan dahinya sesaat, kemudian mulai menggelengkan kepalanya pelan-pelan.

"Lalu, bisakah anda jelaskan mengapa anda datang kemari?" George bertanya lagi.

"Saya diundang makan oleh Sir Dawn Chringstone. Ia sendiri yang menyampaikannya lewat telepon. Waktu itu sekitar satu setengah jam yang lalu."

"Anda tetangganya?"

"Ya, benar."

"Tetapi saya tidak melihat rumah yang lain disekitar sini."

"Rumah saya jauh sekali, tuan. Kira-kira 3 km jaraknya dari tempat ini. Selain itu, rumah yang paling dekat dengan villa ini hanyalah rumah saya," jawabnya dengan nada pelan. George mengangguk.

Namun, sekonyong-konyong Rouvert mulai angkat suara.

"Soal yang diruang makan tadi... Bukankah anda yang menanyakan keberadaan Alpha kepada Madame? Menurut saya, anda berbohong kalau hanya mengenal Sir Dawn Chringstone."

George menoleh kepada Rouvert sesaat, lalu menimpali. "Benarkah itu nyonya?"

Wanita berumur 70 tahun itu menjawab dengan terbata-bata.

"M-Maafkan saya tuan. Saya mohon, jangan berpikiran buruk dulu terhadap saya. Sa-Saya akui kenal dengan Alpha dan Lady. Tapi cuma mereka berdua saja, tuan. Tidak ada yang saya kenal lagi."

"Lalu mengapa anda berbohong kepada kami?" tanya George dengan nada marah.

"Sekali lagi, maafkan saya tuan. Sejujurnya saya takut dicurigai sebaga tersangka karena saya mengenal Alpha."

"Hmm... Baiklah. Kemudian, bagaimana anda bisa kenal dengan mereka sementara mereka baru saja pindah ke daerah ini?"

Nenek itu menunduk sambil menjawab, "Saya pertama kali mengenal mereka pada hari kamis kemarin, sewaktu mereka bertiga turun dari mobil dan singgah ke rumah saya. Mereka bertanya kepada saya, 'Apakah anda tahu alamat villa putih di dekat sini?' Lalu saya jawab, 'Saya tahu'. Saya tunjukkan arah jalannya, kemudian mereka pergi."

"Anda tadi mengatakan bahwa yang turun dari mobil 'mereka bertiga', bukan? Siapa saja mereka itu?"

"Sir Dawn Chringstone, Lady Wattersonela, dan tentu saja Alpha"

"Lalu, dari mana anda tahu nama mereka bertiga?"

"Mereka mengenalkan nama mereka sendiri pada saya."

Rouvert mengerutkan dahinya. Sebenarnya, tidak masuk akal orang yang bertanya alamat mengenalkan dirinya pada orang yang ditanya.

"Kapankah itu?" tanya Rouvert

"Sewaktu mereka singgah kerumah saya kemarin. Kalau anda tidak percaya, tanya saja pada mereka."

Rouvert belum merasa puas mendapatkan jawaban dari wanita tua yang sedang duduk dihadapannya itu.

"Pagi hari?" tanyanya.

Nenek berbaju satin ungu muda itu mengangguk sambil berdeham keras.

"Ya," jawabnya, "kau hebat sekali dalam soal menebak-nebak."

Rouvert tersenyum.

"Terimakasih," ucapnya disela-sela meneguk secangkir teh yang baru saja disajikan pelayan.

"Lalu pertanyaan terakhir... Siapa nama anda?"

Wanita tua berkebangsaan Italia-Inggris itu terdiam sesaat, lalu menjawab dengan penuh antusias. "Nama saya Hellen Albina."

"Oke, terimakasih banyak nyonya Hellen. Kita sudahi dulu pembicaraan kita ini. Anda boleh keluar sekarang," kata George menutup pembicaraan.

Wanita berambut putih itu bernapas lega. Ia tersenyum seketika sambil mengucapkan terima kasih kepada Arthenz Rouvert dan George. Ia beranjak dari sofa panjang itu, kemudian melangkahkan kakinya menuju keluar. Dibimbing oleh seorang pelayan wanita berbaju hitam dan celemek putih. Sementara itu Rouvert dan George juga berangsur-angsur keluar menuju ruangan keluarga.

Tiba-tiba, seorang dokter juga masuk ke dalam ruangan besar itu. Ia berjalan kearah Sir Dawn Chringstone. Mereka berdua saling pandang.

"Bagaimana, dokter? Apakah anda telah menemukan penyebab kematian Alpha?" tanya sang ayah.

Dokter itu menjawab, "Ya, saya sudah mengetahuinya tuan. Penyebabnya adalah racun Potasium sianida. Ini dapat langsung diketahui dari mulut korban yang berbau almond."

"Potasium sianida, dok?" teriak Lady Wattersonela yang datang tiba-tiba kearah dokter tersebut, yang juga diikuti dengan keterkejutan para tamu.

"Ya nyonya," jawab dokter itu sambil menoleh ke wajah Lady Wattersonela yang tampak sedih akibat kematian anak bungsunya itu. "Apakah anda keluarganya?" tanyanya lagi.

"Tentu saja, dok. Saya orangtuanya," jawab Lady.

Bheta kemudian tertawa keras, yang mungkin rasanya terdengar seperti tertawaan orang gila. Ia lalu berjalan kearah dokter tersebut dan mulai menggerayangi tubuh si dokter.

"Anda bercanda, kan dok?!!" teriaknya keras-keras ke arah wajah dokter itu. "Mana mungkin anak yang berumur 10 tahun tahu apa itu Potasium sianida!!"

"Saya juga tidak mengerti, tuan. Tapi itulah kenyataannya," jawab dokter.

"Lalu," Rouvert tiba-tiba memotong pembicaraan, "Kapankah perkiraan waktu kematian Alpha itu, dok?"

Dokter tersebut melihat catatannya. "Tepat pukul 19.31, tuan."

Rouvert terbelalak. Ia mengerutkan dahinya keras-keras. 'Bagaimana Alpha bisa mati tepat pada waktu semua orang berkumpul didepan kamarnya?' Ia bertanya-tanya dalam hati. Sebab waktu untuk mendobrak pintu dan waktu kematian Alpha hanya berbeda 10 detik! Apakah ini disebabkan perbuatan orang luar? Atau, perbuatan orang dalam? Dan kemungkinan lainnya, apakah ini kasus pembunuhan? Atau, hanyalah kasus bunuh diri?

Mystery in White VillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang