PINTU kamar tertutup, jendela tidak terbuka, kamar mandi juga telah terkunci rapat. Tidak ada tanda-tanda orang memasuki kamar. Pemandangan yang ada hanyalah mayat seorang gadis kecil yang terbaring di ranjang kayunya. Malam itu adalah malam yang memilukan. Gamma dan ibunya sampai jatuh tersungkur ke lantai. Mereka berdua menangis sekeras-kerasnya. Kini suasana yang penuh damai berubah menjadi kacau. Tangisan para anggota keluarga bergema di lantai dua.
Lady berlari ke anak yang disayanginya itu. Ia berteriak.
"Alpha anakkuuu!"
"Maaf madame. Semuanya dilarang masuk, termasuk para anggota keluarga. Ini semua demi proses penyelidikan," ucap Rouvert sambil membuka tangannya lebar-lebar. Ia menghentikan siapapun yang mencoba memasuki kamar tersebut.
Orang-orang kembali menangis di depan pintu yang telah dirusak, tetapi tidak untuk Dawn Chringstone. Ia tidak memperlihatkan kesedihannya. Ia cuma menunduk dan berputar mengelilingi ruangan itu sambil menelpon ambulans. Entah apa yang membuatnya kelihatan tegar. Yang pasti, mereka semua — termasuk ayahanda sendiri — tidak percaya bahwa anak yang begitu periang dan cerdas bunuh diri begitu saja.
Rouvert juga kurang yakin mengenai hal itu. Ia merasakan adanya kejanggalan. 'Sepertinya ada yang tidak beres,' ucapnya dalam hati. Ia perlahan-lahan mulai mendekati mayat itu. Dilihatnya Alpha sedang mencekik lehernya sendiri sambil terbaring di atas tempat tidur. Sungguh tragis jika anak tersebut benar-benar bunuh diri.
WeeWoo WeeWoo WeeWoo
Polisi dan ambulans pun mulai berdatangan. Rouvert memerintahkan para petugas kepolisian untuk mengamankan keluarga dan tamu-tamu yang ada diruangan itu.
Selain itu, ia telah menelepon salah satu sahabatnya yang bekerja sebagai inspektur kepolisian kota London — namanya George Dreemhawk. Ia biasa disapa dengan Inspektur George. Namun, karena Rouvert adalah teman terdekatnya, pria jangkung berkumis itu tidak keberatan dipanggil dengan sebutan ‘George’ saja.
"Hai teman," sapa George. Ia datang ke arah Rouvert dan mulai memeluknya.
"Oh, hai George. Sudah lama tidak melihatmu. Lagi-lagi kita bertemu dalam sebuah kasus".
George tertawa kecil. Pria tua asal Belanda yang sedang memakai setelan jas berwarna coklat muda itu sebenarnya sangat baik. Tetapi, akhir-akhir ini kasus yang ditanganinya semakin sulit. Ia jadi agak pemarah.
Setelah berbasa-basi, mereka berdua mulai menyelediki Tempat Kejadian Perkara (TKP). Mereka dibantu beberapa polisi. Mayat Alpha telah dievakuasi pihak ambulans. Sewaktu memeriksa keadaan disekitar kamar, tiba-tiba terdengar nada suara yang cukup pelan. George menoleh sesaat.
“George"
"Ya, ada apa Rouvert?”
"Coba kemari. Lihat! Di tepi karpet dekat pintu ini ada bagian kecil dari pecahan kaca. Kelihatannya ini pecahan gelas dari kaca atau semacamnya,” kata Rouvert sambil mengambil benda tersebut. Ia memakai sarung tangan.
“Hm... Sepertinya aku kurang yakin. Boleh aku pinjam kaca pembesarmu?”
“Tentu saja. Ambillah di dalam tas coklat yang berada di atas meja itu.”
“Baik,” ucap George.
Setelah mengambil lup, tak lama kemudian ia kembali lagi ke dekat Rouvert yang sedang jongkok di tepi karpet dekat pintu kamar Alpha itu. Ia lalu mendekatkan benda itu ke pecahan yang ditemukan tadi.
“Ini memang pecahan kaca! Wow, matamu seperti mata elang, teman,” pujinya. Rouvert tertawa.
"Terima kasih. Tetapi... Aku penasaran dengan pecahan kaca ini. Seperti ada yang janggal”
“Janggal? Maksudmu?” sang inspektur kebingungan.
“Kaca yang jatuh tidak mungkin pecah di karpet setebal ini. Kalaupun ada, kemungkinan masih ada pecahan lain disekitar sini. Ayo kita cari!”
“Oke"
Beberapa menit telah berlalu. George sepertinya melihat sesuatu yang bercahaya di bawah tempat tidur Alpha. Ia memanggil Rouvert.
“Rouvert!!” teriaknya.
Rouvert menoleh kearah George.
“Ada apa, teman? Pelankan suaramu. Orang-orang sedang bersedih diruang keluarga.”
“Oh, baiklah. Cepatlah kemari. Rasanya aku melihat bagian pecahan kaca lain.”
Rouvert menghampiri George.
“Wah, kau benar. Ternyata dari sinilah pecahan kaca itu berasal. Lantai ini tidak ditutupi karpet. Bisa jadi inilah penyebab suara dari gelas pecah yang kami dengar.”
“Hm? Suara apa?” tanyanya.
“Suara pecahan kaca. Mendengar itu Ben langsung mendobrak pintu itu sampai hancur,” jawab Rouvert.
“Oke, sekarang siapa Ben itu?"
“Dia pelayan terpercaya di villa ini. Kata Madame, dia pintar dan cekatan.”
“Dari tindakannya yang langsung mendobrak pintu, sepertinya Madame itu benar. Baiklah. Aku akan mengambil buku catatanku di mobil selama beberapa waktu. Sementara itu, sebaiknya kau panggil mereka satu persatu keruangan sebelah untuk dimintai keterangan.”
“Tentu. Itulah yang memang akan aku lakukan," ucap Rouvert sombong.
George turun ke lantai bawah mengambil bukunya. Setelah ia kembali, dilihatnya seorang wanita tua dalam sebuah ruangan yang kecil. Nenek itu sedang duduk berhadapan dengan Rouvert. George masuk untuk menemui mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery in White Villa
Mistero / ThrillerArthenz Rouvert adalah seorang detektif swasta berkebangsaan Inggris yang sangat menyukai benda-benda simetris. Suatu hari, Rouvert menikmati secangkir teh didekat perapian. Namun tiba-tiba teleponnya berdering. . . Ia diundang makan oleh sahabatny...