Darryl sejak pagi sudah bertengger di ruanganku. Dia sedang mendekati seorang wanita di bagian design grafis yang ruangannya hanya berbeda satu lantai denganku. Namanya Namira, biasa dipanggil Nami. Kebetulan aku pernah bekerja sama dengan wanita itu, jadi aku cukup mengenalnya. Kalau tidak salah sih, dia masih ada hubungan saudara dengan Abi.
“Lex, please dong bantuin gue.. semenjak pertemuan gue sama dia minggu lalu di acara temen gue, gue kebayang-bayang mulu mukanya lex, senyumnya, ooooh..” ucap Darryl yang bawel.
“Please deh der lo jangan jadi dangdut gitu, gue masih ada banyak kerjaan tuh lihat!” aku menunjuk tumpukan map di mejaku.
“Yah lex, sekali ini aja bantuin gue..lo nggak kasian apa, gue baru mulai kerja bulan depan, semenjak balik dari amerika, gue kesepian lex..gue sepi, sendirian..” ocehnya lagi. Memang sepupuku yang satu ini ajaib, kalau ada yang dimau, dia bisa menjadi pejuang yang memiliki semangat empat lima. Melihat wajahnya yang memang sengaja memasang tampang melas didepanku, aku kasihan juga akhirnya.
Aku mengangkat gagang telfonku, menekan nomor extension yang suda kuhafal diluar kepala.
“Nami, gue ada proyek baru nih..perkantoran, kecil-kecilan sih. dia sekalian minta tolong bikinin logo untuk kantornya. Semua materinya udah ada di gue, Bisa ke ruangan gue?” aku menutup telfonku ketika Namira menjawab ‘ya’.
“Oh alexa my love! Thanks dear!” Darryl langsung lompat dari sofa yang berada di ruanganku itu, dia memeluk tubuhku sambil mencium pipi kiri dan kananku. Sableng memang sepupuku yang satu ini.
“Lexa..” Namira, wanita pujaan Darryl itu mengetuk lalu membuka pintu ruanganku. Seperti biasa, gadis mungil yang katanya blasteran perancis itu tersenyum ramah kepadaku.
“Eh nam, masuk.. oh iya kenalin nih sepupu gue, Darryl.” Aku sok-sok mengenalkan sepupu sablengku ini.
“Eh Darryl? Kayaknya yang waktu itu ketemu di acaranya Sasya bukan sih ya?” Namira langsung mengenali wajah Darryl yang langsung disambut senyuman oleh Darryl itu. Menggelikan.
Setelah ngobrol sesaat, Namira izin untuk kembali ke ruangannya, sementara Darryl? Pura-pura mau sekalian pulang, jadi bisa sekalian mengantar Namira keluar. Cliché sekali gaya pendekatan anak itu!
Aku kembali berusaha focus dengan kerjaanku setelah Darryl meninggalkan ruanganku.
***
Abi memasuki lobby apartmentnya dengan perasaan gundah. Ia mulai jenuh dengan sikap Amanda yang kembali seperti dulu, saat pertama kali mereka berpacaran. Amanda mulai mengatur hidupnya, waktunya, bahkan kebiasaannya.
Abi memasuki lift dan menekan tombol lantai unitnya. Begitu lift terbuka, Abi terkejut. Ia mendapati Alexa bersama Adri dalam satu unit apartment yang hanya berbeda dua pintu dari miliknya. Alexa tertawa dengan riang, begitu juga dengan Adri. Abi berdiam diri. Memperhatikan pasangan yang sedang becanda dalam unit apartment baru yang masih kosong itu dari kejauhan.
“Eh dri, karena gue yang design apartment lo, gue udah berencana untuk majang foto gue sedinding depan pintu masuk!” canda Alexa dengan Adri, kliennya itu.
“Boleh juga lex, buat ngusir tikus atau maling kalo gue lagi apes, hahaha!” jawab Adri santai.
Tangan Abi terkepal keras. Rahangnya beradu. Menahan emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Mengapa perasaannya tidak karuan setiap melihat Alexa, mantan kekasihnya itu akrab dengan pria lain? Mengapa hatinya seperti ingin berteriak melihat kedekatan pasangan yang ada di hadapannya ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Breakfast!
RomanceKehidupan Alexa Bratawijaya berubah sejak kepergian kedua orangtuanya. Tetapi Alexa berusaha untuk tetap meraih cita-cita dan juga melaksanakan amanat kedua orangtuanya. Termasuk menjadi asisten dari desainer interior ternama di Jakarta, Abi Alzadis...