Aku mengangkat tanganku ke udara, menghirup segarnya udara di Bali. Kemarin malam aku mendarat dengan selamat di bandara ngurah rai bali. Melepas pikiranku sesaat, aku mau relax. Aku sengaja memilih untuk menginap di hard rock hotel dengan kamar type luxury suite, aku ingin benar-benar nyaman selama liburanku ini.
Aku memakai sendalku lalu bergegas keluar dari kamarku, breakfast sudah menantiku.
Aku mengambil omelet dan orange juice sebagai pilihan pertamaku. Mataku meninjau sekeliling tempat aku breakfast ini. Tidak begitu ramai, mungkin karena sekarang bukanlah musim liburan. Baguslah, inilah yang aku cari, ketenangan. Tanpa pekerjaan dan tanpa Abi.
Di hadapanku ada pasangan bule yang tampaknya sedang bertengkar, aku buru-buru mengalihkan pandanganku ketika si pria menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya. Lagian, bertengkar kok di tempat umum seperti ini. Aku jadi teringat dengan cerita cintaku sendiri, sampai detik ini, aku masih mencintai Abi. Abi Alzadisastra. Walaupun aku sadar, kemungkinan besar cintaku ini bertepuk sebelah tangan. Tapi itulah cinta, tidak bisa dikendalikan hanya dengan pikiran kita sendiri.
Mungkin, Abi tidak akan pernah meninggalkan Amanda. Abi juga sepertinya tidak akan tega meninggalkan Amanda dalam keadaan perut buncit seperti sekarang ini. Jadi, jelas kan? Cintaku benar-benar bertepuk sebelah tangan. Dan aku harus menyiapkan mentalku begitu tiba di Jakarta nanti, dan sudah ada undangan pernikahan dengan inisial nama Abi dan Amanda di meja kerjaku.
Aku menggelengkan kepalaku, apa sih yang aku pikirkan? Ini kan liburanku, aku harus melupakan masalah itu semua! Aku membuka lembaran Koran yang tadi diantar oleh cleaning service ke kamarku, mataku terbelalak membaca headline news yang terpampang di lembar utama Koran itu.
Anak pengusaha terkenal Tommy Alzadisastra, ‘Abi Alzadisastra’ menghamili wanita berinisial ‘AB’ !
Aku langsung membaca lanjutan berita dari headline news itu, bagaimana bisa masalah Abi dan Amanda sampai tercium publik? Setahuku Abi tidak suka kehidupannya diumbar di media seperti ini. Cukup kedua orangtuanya yang seringkali muncul di majalah bisnis ibukota.
Anak pengusaha terkenal Tomy Alzadisastra, Abi Alzadisastra atau yang kerap disapa ‘Abi’ ini terlibat skandal yang cukup menghebohkan. Seorang wanita berinisial ‘AB’ mengaku telah mengandung benih cinta dari hubungannya bersama Abi yang sudah terjalin cukup lama. Sampai saat ini, Abi masih susah dihubungi oleh media, sedangkan wanita berinisial ‘AB’ ini juga masih tidak mau menunjukkan wajah aslinya di hadapan publik. Kandungan yang kini berjalan memasuki usia dua bulan itu masih menjadi teka-teki kita semua. Apakah benar seorang anak pegusaha terkenal yang terpelejar seperti Abi Alzadisastra bisa melakukan hal sekotor ini?
Aku segera meraih blackberryku dari saku celana pendekku. Menekan nomor Abi dengan tergesa.
“Bi? Ada masalah apa? Aku baca Koran dari hotel, dan aku lihat berita kamu sama Amanda jadi headline news pagi ini!” seruku begitu mendengar suara Abi yang menjawab telfonku.
“Aku nggak ngerti lex, beberapa hari yang lalu Amanda selalu mendesak aku untuk menikahinya, tapi aku selalu menolak. Aku masih mikir solusi untuk semuanya, tapi mendadak kasus ini kesebar ke media. Sekarang aku masih nggak tau harus ngapain. Untungnya papa dan mama percaya sama aku, kalo anak yang dikandung Amanda itu memang bukan anakku.” Abi terdengar gelisah. Aku dapat mengerti bagaimana gelisahnya Abi saat ini. Aku menarik nafasku, dalam.
“Kok bisa sih Amanda sampe sejahat ini sama kamu, kamu tunggu aku di Jakarta ya bi. Sore ini aku coba go show untuk balik ke Jakarta. Aku langsung ke apartment kamu ya.”
“Okay lex. aku butuh kamu banget.. thanks lex.”
***
Untung saja aku dapat tiket pesawat untuk kembali ke Jakarta sore ini, aku sudah tidak peduli dengan rencana liburanku. Yang ada di otakku sekarang hanya Abi. Abi pasti membutuhkan teman untuk sharing masalahnya yang cukup besar dan rumit ini. Aku juga sudah menghubungi pak Karyo agar menjemputku di bandara tepat pukul setengah enam sore.
Otakku terus berputar selama berada di dalam pesawat, aku tidak bisa fokus dengan perjalananku. Untung aku hanya membawa koper cabin, jadi aku langsung bisa melesat keluar dari airport tanpa harus menunggu bagasi yang biasanya lama itu.
“Non lexa!” pak Karyo melambaikan tangannya. Ia sedang berdiri menunggu kedatanganku di depan tempat penjemput.
“Pak, langsung anter lexa ke apartment nya abi ya!” pak Karyo langsung melesatkan mobilku begitu aku menutup pintuku.
Untung saja jalanan lancar, padahal biasanya selalu padat merayap. Aku menyuruh pak Karyo agar sedikit mempercepat perjalanan kami.
“Pak, bapak langsung pulang aja. Nanti lexa telfon lagi kalo lexa udah mau pulang okay.” Aku tiba di apartment Abi. Kulangkahkan kakiku menuju lift yang berada dekat dari resepsionis itu.
Baru sekali aku menekan bel di depan pintu kamar Abi, ia langsung membukakan pintunya untukku.
“Lexa..” Abi memelukku sangat erat, ia seperti mencurahkan segala bebannya kepadaku melalui pelukannya. “Aku bingung lex..”
“Tenang bi, semua pasti ada jalannya.” Kubalas pelukan Abi itu dengan hangat. Kuusap punggungnya dengan penuh kasih sayang.
Abi membuatkanku kopi andalannya. Dan kami sama-sama duduk di sofa yang berada di ruang tamu Abi.
“Amanda nggak ngehubungin kamu bi?” Abi menggeleng.
“Dia kayaknya sebelumnya yakin aku akan menikahinya, karena itu waktu aku menolaknya, dia sempet shock dan sikapnya langsung berubah. Aku tau banget, keluarga dia yang tinggal di Bandung itu nggak tau sama sekali kalo Amanda di Jakarta kelakuannya seperti ini. Dia pasti ketakutan sama orangtuanya.” Jelas Abi. “Angkat dulu aja lex..” Abi menyuruhku mengangkat telfon, blackberryku berbunyi dari dalam tasku.
“Halo dri..”
“Lex, kamu dimana? Kamu baik-baik aja kan?” suara Adri terdengar cemas.
“Aku baik kok dri, aku lagi di apartment nya abi. Ada urusan..kenapa dri?”
“Aku khawatir banget begitu denger kabar kalo abi ngehamilin wanita yang berinisial AB itu lex.. karena nama kamu ikut kesebar di berita itu lex. AB, alexa bratawijaya.” Jelas Adri. Aku langsung memijit keningku. Rupanya, aku juga terbawa dalam kasus ini. Pasti karena hubunganku dengan Abi beberapa bulan lalu menyebabkan namanku ikut terseret dalam masalah ini. Padahal itu kan namanya Amanda, Amanda Bianca.
“Tenang aja dri, aku nggak apa-apa kok. Dan itu bukan aku..nanti aku telfon kamu lagi ya dri, bye.” Aku meletakkan kembali blackberryku.
“lex, apa sekarang kamu benci sama aku?” Abi menundukkan kepalanya, tangannya terkepal.
“Maksud kamu apa bi?” itu pertanyaan bodoh banget bi, untuk apa aku sampe balik dari liburanku kalo aku benci sama kamu.
“Aku udah ninggalin kamu, aku udah bikin kamu tersiksa selama ini lex, aku udah ngegagalin liburan kamu, dan sekarang aku udah bikin kamu terlibat kedalam masalahku.” Abi terdiam. Semakin terlarut dalam pikirannya. “Aku kurang jahat apa lagi sama kamu lex? bahkan aku belum pernah kasih apapun ke kamu..” lanjutnya.
Aku menyentuh kedua telapak tangan Abi yang terkepal, dia masih terdiam. Aku membelai pipinya lembut,
“Bi, untuk apa aku dateng kesini kalo aku benci sama kamu?” aku mengangkat dagu Abi agar ia dapat menatap wajahku, “Aku nggak butuh apa-apa dari kamu bi, aku Cuma pengen melihat kamu bahagia, dan tolong, jangan tolak perhatianku buat kamu.” Aku mengeceup kening Abi. Aku menatap wajahnya, matanya, kenapa aku masih tetap mencintai pria ini? Padahal aku sadar, ada Adri yang jauh lebih perhatian padaku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Breakfast!
RomanceKehidupan Alexa Bratawijaya berubah sejak kepergian kedua orangtuanya. Tetapi Alexa berusaha untuk tetap meraih cita-cita dan juga melaksanakan amanat kedua orangtuanya. Termasuk menjadi asisten dari desainer interior ternama di Jakarta, Abi Alzadis...