13. Jealous?

888 79 49
                                    

Keira turun dari dalam mobil dan langsung menghampiri Adilla yang sejak tadi menunggunya di depan gerbang. Adilla melingkarkan tangannya di lengan Keira, lalu mereka berjalan menuju kelas. Setelah di depan kelas, bukannya masuk ke dalam kelas Adilla malah terus menarik Keira hingga mereka sampai di kantin. Adilla yang memang tak biasa sarapan di rumahnya, selalu meminta Keira menemaninya sarapan di kantin. Baginya, seenak apapun masakan yang dibuat Minah di rumah, tetap saja terasa hambar jika ia memakannya sendiri.

Adilla merupakan anak tunggal, ia tinggal bersama kedua orangtuanya dan Minah––asisten rumah tangga yang sudah menjaga Adilla sejak ia kecil. Kedua orangtuanya selalu pergi ke luar kota, bahkan ke luar negeri untuk urusan bisnis. Bagi mereka, rumah hanyalah tempat singgah. Adilla hanya bisa menghabiskan waktu bersama kedua oragtuanya saat libur hari besar. Itupun, hanya beberapa hari dan mereka pergi lagi. Adilla selalu meminta waktu mereka, tapi mereka selalu bilang apa yang mereka lakukan juga untuk Adilla. Namun, mereka tak sadar yang benar-benar Adilla butuhkan hanya kasih sayang dari mereka.

Adilla membawa sebuah nampan dengan dua gelas susu vanilla hangat di atasnya dan sepiring roti bakar dengan selai blueberry. Ia meletakkan nampan itu di atas meja. Tak lama ia melahap roti bakar yang tadi di pesannya, sedangkan Keira hanya memperhatikan sahabatnya yang tengah mengunyah roti bakar itu. Sesekali, ia juga meneguk susu vanilla hangat yang dipesan Adilla.

"Kei, gimana lo sama Kai?" tanya Adilla dengan mulut penuh roti.

Keira menatap Adilla, "Gimana? Apanya?" Keira balik bertanya. Entah ia tidak mengerti dengan pertanyaan Adilla atau ia hanya berpura-pura agar ia bisa mengalihkan pembicaraan mereka.

"Jadi, lo itu pacaran apa enggak sih sama dia? Bingung gue," ucap Adilla. Keira terdiam. Ia tidak tahu, bagaimana jelasnya hubungannya dengan Kaisal. Yang ia yakin, sekarang ia merasakan perasaan aneh setiap kali ia dekat dengan Kaisal. Perasaan yang bahkan tidak ia rasakan pada Dio––mantannya.

Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari arah lain. "Malem gue jalan dong sama, Kai." Rafleks, Keira dan Adilla menoleh ke tempat suara itu berasal. Mereka menemukan Rasyifa dan kedua temannya yang juga tengah sarapan. Rasyifa tersenyum sungging saat tahu bahwa ia berhasil mendapatkan perhatian Keira.

"Wah yang bener, Syif?" tanya salah satu temannya dengan suara yang memekikan telinga.

"Iya! Kita jalan-jalan, terus dia nganterin gue balik ke apartemen!" ujar Rasyifa dengan suara yang semakin kencang.

Seluruh murid SMA Moorina memang sudah tidak asing lagi dengan berita tentang kedekatan Keira dan Kaisal. Bahkan, akhir-akhir ini mereka selalu terlihat bersama. Apa lagi Rasyifa yang sangat menyukai Kaisal itu sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri. Ia tidak bisa menerima kedekatan Keira dan Kaisal begitu saja, sebisa mungkin ia akan berusaha membuat Keira menjauh dari Kaisal.

Keira merasakan sesak di dadanya saat mendengar ucapan Rasyifa, seperti sesuatu tengah menekan dadanya dengan kuat. Ia tidak menyangka alasan Kaisal membatalkan janji dengannya karena ia pergi dengan Rasyifa. Keira menarik napas dan mengeluarkannya dengan perlahan, mencoba menghilangkan rasa sesak di dadanya. Sekalipun apa yang dikatakan Rasyifa benar, Keira tidak punya hak untuk marah pada Kaisal. Karena ia sadar, ia bukan siapa-siapanya Kaisal.

"Kei," Adilla menyentuh tangan Keira.

"Udah makannya, Dil?" Adilla mengangguk, "Ya udah, balik ke kelas yuk!" ajaknya. Kemudian keduanya beranjak dari kursi dan meninggalkan kantin di iringi dengan tawa Rasyifa dan teman-temannya.

Adilla memperhatikan Keira sejak tadi, ia tahu betul apa yang tengah Keira rasakan. Di antara ketiga sahabat Keira, Adilla yang paling tahu semua hal mengenai Keira dan Kaisal. Bahkan, Keira jujur pada Adilla tentang bagaimana perasaannya pada Kaisal. Bagaimana perasaan itu muncul begitu saja hanya karena sikap Kaisal yang terlihat manis untuk Keira. Perasaan yang datang hanya karena ia merasa Kaisal bisa membuat hari-harinya terasa menyenangkan. Sekalipun Kaisal hanya mengganggunya, tetap saja jika Kaisal tidak ada ia merasa ada yang kurang. Atau bahkan, ia merasa rindu pada cowok tinggi itu.

KEIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang