Chapter 1

12.9K 612 8
                                    


Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga hari ini kita diberi ketenangan dan kesehatan untuk bisa bermanfaat bagi orang lain :) :)

Vote dan Comment kalian sangat membantu ^_^ ^_^ 

~~~~~~~~~~~



Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Perkenalkan namaku, Kaysha Gavaputri. Aku adalah mahasiswi yang selalu mengingatkan diri untuk tidak lupa bersyukur.

Bagiku dari setiap nafas yang ku hirup adalah sebuah anugerah yang patut aku syukuri. Karena hanya kuasa-Nya aku bisa menapaki setiap perjalanan hidupku.

Kini sang senja tlah berpamit, berganti tugas dengan sang bulan yang sudah menunggu giliran tugas.

"Alhamdulillah.. saatnya pulang,"

Sesudah shalat isya di masjid kampus, aku segera bergegas melipat mukena.

Hari ini jadwal perkuliahan memang begitu padat. Sampai aku harus menghabiskan waktuku hingga malam hari di kampus.

Seperti biasa, aku menunggu angkutan umum di depan kampus. Aku yakin angkutan umum yang aku tunggu pasti masih ada.

"Sya.. ikut sama aku aja yuk! aku bete sendirian nih," ucap Abel dengan mobil sedannya.

Abel adalah salah satu sahabat yang aku miliki saat berada di kampus. Abel memang cenderung memiliki kepribadian yang manja. Maka tak ayal ia sering bersikap berlebihan padaku.

Meskipun begitu, Abel adalah salah satu mahasiswi yang tergolong kalangan atas. Setiap ada acara donasi kemanusiaan dari kampus, pasti namanya sudah masuk dalam deretan nama donatur.

Lain halnya dengan diriku, aku hanyalah wanita yang hidup dalam kesederhanaan. Namun aku selalu yakin, Sang Pemilik Alam pasti akan selalu memberikan keberkahan di setiap hal yang aku lakukan di setiap harinya.

"Gak Sya.. aku mau naik angkutan umum aja. Kasian kamu kalo nganterin aku dulu, nanti kamu malah makin malem pulangnya, Bel," ucapku sambil tersenyum.

"Tapi kamu nanti kemaleman pulangnya, aku yang gak tenang mikirin kamu, Sya."

"Ya gak usah mikirin aku dong hehe, udah sana kamu pulang!" seru aku mengusir halus Abel.

Sebenarnya ada rasa tidak enak pada Abel saat menolak ajakannya. Namun, aku tidak mau terus menerus bergantung padanya.

Meskipun memiliki sahabat yang sangat baik seperti Abel, tapi aku tak begitu saja terus menerus menerima kebaikan Abel. Bagiku orang sebaik Abel, juga wajib menerima kebaikan pula darinya.

"Kamu harus janji ya, kalo udah sampai rumah, kamu harus langsung telpon aku. Gak boleh lupa!" seru Abel dengan wajah kecewa.

Bukan kali ini saja kebaikannya ditolak oleh sang sahabat. Tapi sudah berkali-kali tawarannya sering diabaikan. Namun Abel juga mengerti akan kondisi sahabatnya yang seringkali tak enak hati padanya.

"Iya Abel sayang.." ujarku tersenyum lebar.

Setelah memasang wajah yang cemberut, Abel pun menancap gas melajukan mobilnya menjauhi kawasan kampus.

Kini hanya ada aku sendirian menunggu. Ku habiskan waktu yang panjang ini dengan berzikir. Bagiku zikir adalah obat terampuh untuk mengusir rasa sepiku.

Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 21.30. Itu artinya sudah setengah jam lebih aku menunggu angkutan itu.

Kakiku yang sudah pegal berdiri, ku coba untuk mondar mandir sampai ia berjalan perlahan sampai ke tempat angkutan itu biasa ngetem.

Teruntuk Suamiku (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang