Helaan napas lelah terdengar dari seorang pemuda yang baru saja keluar dari sebuah ruangan besar. Raut wajahnya benar-benar terlihat seperti orang frustasi. Lihatlah penampilannya, rambutnya sudah seperti benang kusut, dasi yang sudah longgar terlihat turun dari kerah bajunya, dan lengan kemeja yang ia lipat asal-asalan sampai sikunya. Sungguh mencerminkan bahwa ia sangat lelah dan ingin segera sampai di rumahnya agar ia bisa sejenak mengistirahatkan tubuh dan pikirannya terutama.
"Tenanglah Naruto, ini tidak akan sulit," ucap pemuda itu entah pada siapa. Ia mencoba menyemangati diri sendiri atas apa yang akan terjadi padanya beberapa bulan ke depan. Sapaan dari beberapa staff kantor yang kebetulan lewat pun tak dihiraukannya, ia hanya membalasnya dengan senyuman. Senyuman miris yang menyimpan keresahan akan hidupnya.
Sejenak pemuda itu menampakkan iris birunya sebelum kemudian dipejamkannya kembali. Mencoba membayangkan bagaimana kehidupan yang akan ia jalani. Tidak lama lagi ia akan menjalani kehidupan dengan seorang gadis yang telah menjadi tunangannya sejak setahun yang lalu.
Seorang gadis Hyuuga yang mungkin sangat sempurna dan merupakan incaran bagi para kaum adam, tapi tidak baginya. Entah mengapa meskipun sudah 1 tahun bertunangan, pemuda dengan 3 goresan di kedua pipinya ini tak merasakan perasaan cinta pada gadis itu. Bukannya gadis itu tidak cantik, oh ayolah siapa yang tidak kenal kenal seorang Hyuuga Hinata yang memiliki paras bak seorang bidadari.
Cantik, manis, anggun, pintar, baik hati, dan jangan lupakan kekayaan keluarganya yang hampir tidak akan habis sampai tujuh turunan itu. Namun, tak ada satu pun yang mampu membuat pemuda ini jatuh cinta padanya.
"Kau hanya perlu menikahinya dan hidup bersamanya-" pemuda yang ternyata bernama Namikaze Naruto itu kembali berucap, " -tanpa perlu mencintainya."
Jangan menganggap bahwa pemuda 23 tahun itu membenci tunangannya sendiri. Jika ia membencinya, sungguh tidak mungkin mereka akan bertunangan bukan? Terdengar kembali helaan napas dari pemuda itu. Entah itu sudah keberapa kalinya.
Pemuda itu_Naruto_ hanya tidak bisa mencintai gadis yang menjadi tunangannya itu. Selama setahun ini Naruto belum merasakan perasaan cinta seperti yang Hinata rasakan padanya. Ia tak pernah menyangkal dengan sikap peduli Hinata padanya. Bahkan sikap gadis itu terbilang terlalu baik baginya_seorang pemuda yang tak mampu mencintainya. Awalnya ia mengira dengan bertunangan, mungkin rasa itu akan tumbuh. Namun, sampai sekarang, ia tidak mencintai Hinata.
Apa yang salah dengan dirinya?
Ia sudah tidak bisa lagi memaksakan diri untuk mencintai gadis itu. Satu tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mencoba menumbuhkan rasa cinta bukan?
Langkah besar kakinya ia percepat, tak mau lagi memikirkan hal ini. Biarlah ini menjadi bagian dari hidup yang dijalaninya.
.
*** Heart and Love ***
.
"Tadaima," sapa Naruto ketika sampai di rumahnya. Setelah pintu terbuka, yang ia lihat adalah senyum manis Kushina, ibunya. Rasanya, kelelahan yang ia rasakan langsung sirna hanya dengan melihat senyum satu-satunya orang yang sangat disayanginya saat ini.
"Kau sudah pulang, Naruto," balas sang ibu dengan tetap menyunggingkan senyumnya dan hanya dibalas dengan gumaman kecil Naruto. Segera ia sambut putra kesayangannya itu. Tangannya terulur mengambil tas kerja yang sedang dibawa Naruto.
Memang terlihat seperti menyambut suami setelah pulang kerja. Kushina semakin melebarkan senyumnya, tak lama lagi kegiatan yang kini tengah dilakukannya akan digantikan oleh Hinata_calon menantunya. Ah, rasanya ia tak sabar menunggu hari itu tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart and Love
FanfictionHukum kekekalan juga berlaku untuk cinta. Seperti cinta Naruto pada Hinata yang tidak dapat diciptakan dan seperti cinta Hinata pada Naruto yang tidak dapat dimusnahkan. Bagaimana perjalanan hidup mereka yang penuh dengan tangisan, air mata, dan...