5. Merasakan

399 45 7
                                    

Naruto POV

Hari itu dalam mimpiku aku melihat seorang anak kecil berlarian mengejar kupu-kupu. Usianya kira-kira 3 tahunan. Gadis kecil itu tertawa riang, terdengar sampai ke tempatku berdiri. Rambutnya pendek berwarna lavender, kulitnya putih. Dan ketika ia memergokiku tengah memandangnya, barulah aku tau mata ametist-nya begitu indah.

Ah sepertinya aku mengenal gadis ini. Ya, Hinata. Aku tersenyum dan bergumam 'Hinata waktu kecil'

Aku terus memandangnya. Dan semakin lama senyumku semakin melengkung.

Hmm... Hinata kecil ternyata begitu menggemaskan.

Aku tertawa mengingat pemikiranku itu. Dan baru saja tanganku terangkat untuk memanggilnya, tiba-tiba

Drrrtt..
Drrtt...
Drrt...

Getaran ponselku di atas meja membuatku terbangun. Rupanya aku ketiduran di ruang kerjaku, di samping kue ulang tahun yang Hinata berikan padaku 2 jam yang lalu.

.
.
~Heart and Love~
.
.


"Kaa-chan, ayo kejal aku..."

Aku menoleh mencari asal suara itu. Dan Kudapati gadis kecil yang sama.

'Si Hinata kecil'

Aku tersenyum memperhatikannya dari kejauhan. Sepertinya kali ini dia sedang bermain dengan ibunya. Gadis kecil itu membawa bunga matahari. Berlarian sambil tertawa dengan riangnya.

Bruk

Suara tawa itu berganti menjadi isakan. Hinata kecil jatuh karena tersandung.

"Kaa-chan..., hiks hiks."

"Cup cup... sudah sembuh."

Dari tempatku berdiri terlihat seorang wanita yang bisa kupastikan adalah ibu Hinata kecil. Dan baru aku tau dari mana asal warna rambut lavender Hinata.
Wanita itu berusaha menenangkan Hinata kecil yang terisak. Dia membersihkan dan mengecup lutut putri kecilnya yang tergores.
Dan ajaib, isakan Hinata kecil berganti cekikikan.

Dia membisikkan sesuatu ke putri kecilnya. Beberapa detik kemudian cekikikan Hinata kecil semakin terdengar jelas. Mereka tersenyum dan tertawa lepas sampai mata mereka menyipit.

Oh Tuhan, mereka seperti anak kembar. Mereka berdua mirip.... Hinata!!!

"H-Hinata?!"
"Ah, g-gomen, Naruto-kun," ucap Hinata yang tiba-tiba berdiri di samping tempat tidurku. Dia merasa bersalah karena mengejutkanku. Aku terkejut karena mimpiku Hinata, bukan karena kau.

"Gomen, Na-Naruto-kun. Aku kesini karena alarmmu terus berbunyi tapi Naruto-kun tidak bangun bangun."

Ia terus saja minta maaf.

"Tidak apa-apa, Hinata." Akhirnya aku bisa membuatnya berhenti mengucapkan kata maaf. Dia mengangguk dan bersiap untuk keluar sebelum panggilanku membuatnya kembali menoleh.

"Mungkin nanti malam aku akan pulang terlambat."

Kami bertatapan. Sebelumnya aku tidak pernah memberitahu hal seperti ini. Aku pulang kerja sesukaku. Ekspresinya seperti heran tapi tak lama kemudian dia tersenyum.

Heart and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang