Kepercayaan

7 3 2
                                    

"Aku, adik dari Yejin-noona"

Aku terdiam menatap dirinya dari atas hingga bawah. Matanya memang seperti Yejin, tapi apa benar pria ini adalah adik dari Yejin.

"Jinjja?" aku cukup bertanya sekali lagi kepadanya untuk memastikan bahwa ia memang benar adik dari Yejin.

"Ne, bisa kita keluar sebentar"
"Tunggu"

Aku berjalan keluar ruangan itu meninggalkan dia disana sendirian untuk mencari Henry-hyung. Aku berlari kecil di lokasi sambil mencari sesosok pria yang saat ini ingin kutemui. Namun, karena tak kunjung terlihat, aku menepuk pundak salah satu staff disana dan ia pun menoleh.

"Tolong beritahu Henry-hyung kalau aku akan keluar sebentar, terimakasih." kataku langsung kembali keruang itu.

Begitu aku masuk, ia terlihat sedang duduk dikursi sambil memejamkan matanya. Langkahku melambat begitu melihat ia tertidur pulas seperti itu. Apa mungkin ini karena ia selalu mencari sang kakak.

"Hey bocah, ayoo bangun!" kataku dari jauh.

Kulihat ia mulai terbangun dan langsung mengikuti langkahku untuk keluar dari ruangan tersebut.

••••

"Jadi, ceritakan bagaimana kakaku bisa ada disana?"

Aku meletakan segelas teh yang baru saja kuteguk.

"Dia datang dengan sendirinya, kurasa dia lupa ingatan" jawabku singkat.
"Aku tidak bercanda WonSo-ssi!!" katanya dengan sedikit nada penekanan dinamaku.
"Aku tidak bercanda, dia datang dan berkata bahwa aku ini adalah kekasihnya" kataku yang masih dengan ekspresi tenang.

Ia terlihat frustasi dengan menarik rambut hitamnya itu.

"Lalu kau meng'iyakannya? Dan mengapa noona lupa ingatan"
"Awalnya tidak, lalu ia tinggal disembarang tempat. Namun, sebelumnya aku sudah berniat memberikan tempat tinggal untuknya dan ia menolak begitu tau aku tidak ada hubungan dengannya dan masalah ia lupa ingatan, aku tidak tahu tapi kuharap untuk tidak menanyakannya terlebih dahulu" jelasku lalu kembali meneguk Teh yang kini tersisa setengah.

Ia memukul meja dan menatapku dengan kesal.

"Lalu dimana noona ku sekarang?"

Aku meletakan teh yang baru saja kuteguk dan menatapnya dengan senyuman, lebih tepatnya aku tersenyum karena bangga dengannya  yang begitu khawatir dengan kakaknya. Padahal dia adiknya bukan? Tapi menurutku ia lebih cocok sebagai seorang kakak laki laki dari Yejin.

"Tunggu dulu, waktu itu sudah malam. Aku merasa risih karena membiarkan orang yang sedang lupa ingatan apalagi ia adalah masa laluku, jadi aku menghampirinya. Memang awalnya ia menolak, namun saat aku bilang bahwa dia adalah kekasihku... Ia pun menurut dan menerima bantuan dariku" jelasku

Ia kini sudah bernafas lega ketika mendengar penjelasanku.

"Namun, mengapa noona bisa berada didepan para wartawan?"

Aihh, anak ini benar benar membuatku lelah.

"Saat itu Yejin marah padaku karena aku tidak pernah mengajaknya jalan, dan ia pun pergi dari apartemen lalu saat malam hari aku kembali mengajaknya pulang dan sialnya orang orang melihat kami yang sedang berpelukan"

Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang