Awal dari semuanya

18 3 0
                                    

Aku berdiri sambil menundukan kepalaku, dugaanku tidak pernah salah. Saat ini, tepat tengah malam, Henry-hyung sedang menceramahiku. Sudah hampir 30 menit, dan masih ada setengah sampai satu jam lagi ia akan berbicara. Aku sudah pernah ia ceramahi seperti ini, tapi dulu beda kasus.

Dulu aku tanpa sengaja melukai seorang penggemar dan membuat para media memfokuskan gosip-gosipnya terhadapku, dan saat itu pula Henry-hyung menceramahiku untuk berhati-hati, walau semua yang dikatakannya berkaitan dengan hati-hati, tapi bukankah seharusnya dia berbicara pada intinya saja? Hingga tidak perlu lagi berbicara panjang lebar seperti ini.

Saat ini pun begitu, dia terus mengulang kata-katanya walau pada intinya aku harus berhati-hati.

"Hyung, aku lelah... Ini sudah tengah malam, apa kau tidak lelah sehabis menikmati makan malam lalu menceramahiku seperti ini?" aku mengeluh kepadanya, aku sungguh ingin mengakhirinya.

"Menikmati makan malam katamu? Perutku langsung sakit begitu mendengar rumor tentangmu!" jelasnya yang lagi lagi menunjukan ekspresi kesalnya.

Aku mendengus kesal, lalu terdengar seseorang menekan bel apartemen hyung.

Henry-hyung langsung menuju pintu dan membukakannya, dan seorang wanita berambut panjang pun masuk sambil memainkan jari-jarinya.

"Oppa, aku akan meluruskan masalah ini kepada para wartawan, jadi biarkan WonSo kembali, aku takut disana sendirian"

Henry-hyung berkacak pinggang, lalu menatapku dengan tatapan 'keluar dan urus gadis ini' aku keluar dan berjalan mendahului perempuan yang baru saja menyelamatkanku dari ocehan maut itu.

Sesampainya di Apartemenku, aku dan YeJin duduk disofa yang sama walau jarak kami sedikit terpaut jauh, dia duduk sambil menatap kosong kedepan, sedangkan aku sesekali melirik dirinya. Semua menjadi terasa canggung saat kejadian yang baru beberapa jam saja terjadi, seharusnya aku sekarang sudah menuju ke kamar dan mengacuhkan dirinya seperti biasa. Namun, saat ini aku harus benar-benar berhati-hati pada dirinya. Jika ia keluar dan marah lagi kepadaku, mungkin ia akan dikucilkan oleh orang-orang yang cemburu terhadapnya. Intinya, sebelum kasus ini selesai aku tidak boleh melepaskannya terlebih dahulu.

Saat ini kami masih saling bungkam, aku mengantuk dan mungkin dia sama.

"Tidurlah" ucapku singkat.
"Hmm, aku akan tidur jika kau tidak duduk disini"
"Tidak disini, tapi di kamar" kataku tanpa menoleh kepadanya.

"Ne?"
"Tidurlah disana, aku akan tidur diapartemen Henry-hyung" jelasku.

"Kalau begitu aku tidur disini saja"

Aissh, sungguh membuatku jengkel, seharusnya ia berkata 'gomawo'

"YA! BISAKAH KAU ME-"
aku membungkam mulutku tidak jadi untuk mengatakannya.

"Gwaenchana, tidurlah dikamarku" kataku sekali lagi sambil bangkit dari dudukku lalu menuju ke kamarku.

Ia berdiri lalu mengikutiku dari belakang. Kini kami berdua berada diruangan yang sama, aku menatap ranjangku yang cukup besar sehingga cukup untuk dua orang.
Tapi, apa mungkin aku akan tidur bersamanya? Tidak mungkin.

"Kau tidur disini, dan aku disana" kataku sambil menuntuk ke soffa hitam yang berada dikamarku

"Ani, kau tidak bisa disofa, biar aku yang disofa"

Menolak! Lagi-lagi menolak, seharusnya ia menurut saja agar pembicaraan ini tidak sampai besok pagi.

"Baiklah!"

Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang