5. Hubungan dengan Profesionalitas

57.6K 2.2K 8
                                    

Author POV
Pesta semalam telah usai, namun bekas pesta semalam telah permanent dalam ingatan dua orang yang saat ini sedang ikut melakukan rapat direksi.

Keduanya saling memasang topeng 'baik-baik saja' dan 'seperti biasa', tak ada seorangpun dikantor mereka yang enggan bertanya perihal pesta semalam.

Karena dalam kontrak pekerjaan, mereka terikat dengan 'profesional'.

"Baik, saya harap dalam satu dekade kedepan proyek baru ini dikerjakan dengan sebaik-baiknya dan jika ada yang ingin kalian tanyakan silahkan hubungi sekertaris pribadi saya, nona Emily. Apa ada pertanyaan lagi?" kata CEO mereka. Liam.

"Tidak ada tuan," kata seluruh dewan direksi.

"Ok. Semuanya bisa kembali bekerja," kata Liam.

Setiap orang diruangan itu perlahan meninggalkan ruangan rapat mereka.

Kecuali Liam yang masih sibuk dengan pekerjaan dilaptopnya, sedangkan sekertaris pribadinya ikut sibuk menyusun beberapa dokumen yang harus ia berikan pada Liam.

"Tuan, saya rasa ada beberapa hal yang belum sempat Anda sampaikan dirapat tadi, apa kita harus melakukan rapat kedua?" tanya Emily.

"Seperti apa beberapa hal yang belum aku sampaikan itu?" tanya Liam tanpa melihat ke arah Emily.

Emily menyodorkan map biru tua kedepan Liam.

Liam membaca setiap isinya.
"Hmm... Saya rasa ini masalah yang bisa diselesaikan tanpa rapat direksi. Nanti akan saya urus." Kata Liam, lalu kembali fokus pada laptopnya.

Emily mengambil kembali map itu. Lalu mulai memeriksa dokumen lain.

4 jam telah berlalu. Mereka mengerjakan semua pekerjaan tanpa sempat melihat waktu.

Hari sudah malam dan diantara kedua orang ini tak ada yang menyadari hal itu.

'Tok.tok!' Ketukan pintu membuyarkan keduanya.

"Emily, cek ada apa diluar," kata Liam.

Emily berdiri dari posisi duduknya. Tapi belum sempat melangkah.

Seorang OB perusahaan mereka menyodorkan kepalanya.
"Maaf tuan Liam. Tapi saat ini jam kantor sudah akan ditutup, apa saya harus memajukan jam tutupnya?" kata seorang OB yang menurut Liam bernama Pak Johan.

"Ah maaf Johan, kau benar. Tidak masalah, saya juga akan selesai. Lanjutkan saja pekerjaan mu." Kata Liam sambil melihat jam hitam yang melingkar ditangannya. Pukul 22.49.

"Baik tuan," kata OB itu meninggalkan dua orang didalam ruang rapat.

Emily kembali duduk lalu merapikan kertas-kertas berserakan miliknya dan milik CEO perusahaan mereka.

"Tuan, kapan saya harus memberikan berkas-berkas ini?" tanya Emily saat sudah selesai.

Rasa canggung diantara keduanya membuat Liam kontan bertatap mata.

Liam melirik ke arah Emily, yang juga sedang melihat kearahnya.

Tiga detik mereka saling tatap.
"Ah iya. Apa berkas-berkas itu sudah selesai?" tanya Liam.

"Eh itu, belum semua tuan, tapi akan saya selesaikan hari ini juga." Kata Emily canggung.

"Tidak usah. Besok saja kau selesaikan, itu bukan tugas yang harus selesai hari ini kan. Jadi kau bisa istirahat sekarang." Kata Liam.

Mereka keluar dari ruang rapat. Dan mendapati disekeliling mereka sudah gelap. Tak ada lagi penerangan cahaya lampu, hanya ada penerangan cahaya bulan yang tembus disela-sela jendela kantor.

Karena ruangan Liam dan Emily berseberangan. Jadi mereka berjalan bersama dijalur yang sama.

Tak ada yang saling bicara hingga mereka sampai didepan ruangan Liam.
"Emily. Apa aku perlu mengantarmu pulang?," kata Liam.

Emily mengecek jam tangan merah maronnya. Sekarang tepat jam 23.00,"Saya tidak butuh." Kata Emily ketus.

Baiklah karena jam kantor sudah selesai. Maka bagi Emily 'profesionalitas' sudah tidak ada dalam kamusnya.

Jadi dia bebas berlaku kasar pada pria breangsek yang sudah melakukan hal yang ia benci semalam, adegan ciuman didepan banyak orang saat pesta malam Itu.

"Aku tau kau marah Emily. Tapi itu bukan hal yang harus di besar-besarkan. Hanya sekali cium kau sudah marah? Lalu bagaimana dengan malam pertama kita nanti? Apa kau akan membunuh ku?" tanya Liam.

"Tentu saja akan ku lakukan. Itu bukan ide yang buruk." Balas Emily.

"Sudah cukup. Aku akan mengantarmu pulang, Cepat ambil tasmu. Ini sudah larut malam. Jangan membantah." Kata Liam.

"Kenapa kau yang mengatur ku. Aku bisa naik taksi seperti biasa. Kau bukan siapa-siapa setelah jam kantor usai tuan Liam," kata Emily tegas.

Liam langsung masuk ke ruangannya. Memasukkan laptop dan mengambil kunci mobilnya. Lalu keluar dengan cepat.

Emily juga telah mengambil tasnya, setelah berpapasan dengan Liam dia langsung pergi.

Tapi Liam mencegah lengannya," ikut. Aku calon suamimu. Dan tak akan Kubiarkan sesuatu terjadi Padamu." Kata Liam sambil menarik paksa Emily menuju parkiran.

Original Story By;
Sheriligo

Secretary Wife IDEAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang