Page 3

312 24 5
                                    

    SinB merebahkan dirinya di kasur barunya. Menatap langit-langit yang asing. Tiba-tiba sebutir air berhasil mengaliri pipinya. Hatinya pilu. Dia bahkan tidak menyangka harus dimasukkan ke sekolah asrama yang sangat berbeda dengan kepribadiannya yang tertutup.

Bagaimana aku bisa berkomunikasi dengan mereka? Apa aku akan punya teman? Apa mereka tidak akan membullyku seperti di film-film? - batinnya.

" are you ok?"

Sinb menoleh menatap lawan bicaranya.

Ia mengagguk ragu.

"Namaku Sowon." katanya sambil menjabat tangan SinB tanpa aba-aba.

"Kamarku tepat disebelahmu. Aku ketua asrama wanita. Jika kamu memerlukan sesuatu jangan sungkan untuk mengatakannya, ok?"

SinB mengangguk cepat. Masih tanpa suara.

"Namaku, Hwang SinB."

Sowon tersenyum dan mengisyaratkan dia akan mengingat nama tetangganya ini.

Setelah puas memperkenalkan diri, Sowon pun pamit pada empunya kamar.

"Sowon-ah... Aku.. Eh.. "

"Hm?  Wae?  Bicaralah,  sinb-ah" ujarnya tanpa sungkan.

SinB masih mematung di bawah daun pintu.  Menunggu lidahnya bergerak dan mengatakan apa yang ingin ia katakan.

"eh.. Maaf sinb.. Sepertinya aku sdh terlambat ke ruang musik. Mari kita berbincang di lain waktu.  Ok? " ceringai sowon sambil mengedipkan mata.

"aku pergi dlu. Bye! "

SinB mengangguk menyaksikan sowon menepuk bahunya layaknya seorang teman.  Ada segulir rasa legah yang menyelinap di batinnya. Yah.. Sekarang dia punya teman.
.
.
.
.

  Lentikan jemarinya menyentuh tiap nada yang bunyi begitu merdu. Membuat siapapun yang mendengarnya tak akan pergi sampai merdunya tak terdengar lagi.
Sang pemilik jemari itu tak hentinya memainkan nada nada indah kesukaannya. Tanpa sadar seseorang memperhatikannya tanpa berkedip sedikitpun.

Flashback on

  Secarik kertas dia temukan di lokernya. Dan ini bukan pertama kalinya. Melainkan berkali kali telah ia dapati. Di empunya loker sudah terbiasa dengannya.
"Yah.. Dibuang lagi!" gerutu seorang pria yang diam-diam memperhatikan dari jauh.
Secarik senyum terlepas dari bibir pria itu. Entah mengapa, dia bahagia hanya dengan menatap dari jauh tanpa harus memiliki.
Aneh ya? Kamu tidak paham betapa sulitnya menunggu, tapi aku paham betapa berartinya bersabar. - Taehyung.

Flashback off.

Sowon meninggalkan ruang musik dengan jalan tergesa-gesa setelah mendapati jam dinding menunjukkan jam makan siang. Saking terhanyutnya dia dalam lantunan nada indah piano yang ia mainkan, membuatnya lupa waktu-waktu penting seperti ini.
Trakkkk!
Sowon menghentikan langkahnya.
Berbalik perlahan. Perasaannya mulai tak enak. Ditambah lokasinya sekarang yang cukup tak aman. Koridor ruang musik memang sepi. Hanya ramai jika ada pementasan atau jam pelajarannya saja. Bisa dibilang Sowonlah yang sering ke sini. Melatih skillnya dan sebagai tempat melampiaskan sedih.
   Suara gertakan tadi terdengar dari samping loker depan ruang musik. Ia berniat mengeceknya, namun ia urungkan niatnya. Mengingat dia hanya sendiri di koridor ini. Setelah mengambil ancang-ancang dia pun lari meninggalkan koridor sepi itu.
  Pria yang sejak tadi bersembunyi pun keluar dengan menghembus nafas legah.
"ahh syukurlah!"
Pria tersebut berjalan pelan menyusuri koridor sambil memijit tengkuknya yang sakit akibat terkena buku yang jatuh dari atas loker.
Mendapati tak seorang pun di dalam ruangan, dia pun mulai bernapas lega.
"Hei, anak baru!" sapa seseorang di belakang sana.

KisseuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang