Page 1

1K 90 6
                                    

Author's POV

     Sinb melangkahkan kakinya memasuki ruang kerja ayahnya.
"Ayah, apa kau memanggilku?" tanyanya sambil duduk di kursi dekat ayahnya.

Sementara ayahnya masih sibuk dengan ketikan yang sejak semalam ia kerjakan.

Sinb menunggu jawaban ayahnya.

"hm.. ayah akan mengirimmu sekolah keluar negeri."

Sinb tersintak kaget.

"Ayah! Apa lagi ini, hah? bukannya kita sudah sepakat aku akan ikut dengan ayah. Tak peduli seberapa kuat ibu ingin mengambil hak asuh terhadapku, aku tetap...." suaranya mulai meninggi dan setetes air mata mulai tumpah.

"aku tetap akan bersama ayah." lanjutnya kali ini dengan nada yang merendah.

Lagi dan lagi ayahnya tak menatap kearahnya. Masih sibuk dengan ketikannya.

"Aku ingin kembali ke kamarku."

Sinb menunduk memberi hormat lalu berjalan menuju pintu. Langkahnya terhenti. Tangannya begitu kaku untuk membuka pintu.

                                                                                   ****

             Jungkook telah menyiapkan semuanya. Kopernya telah penuh dengan barang bawaan.

"Apa semua sudah siap?" tanya ibunya dari luar.

Jungkook kembali menghitung jumlah barang bawaannya.

"Yah, bu. sudah lengkap." Jawabnya mantap.

Diapun keluar dari kamarnya dan menghampiri ibunya yang sedang mengurus dokumen penting yang akan dibawa putranya itu ke luar negeri. Termasuk paspornya.

"Lusa kau akan berangkat, jangan lupa periksa semua barang bawaanmu lagi sebelum pergi." Ibu memberi nasihat pada putranya itu.

Jungkook tersenyum melihat kesibukan ibunya itu. Dia begitu bahagia hidup bersama ibunya walau tanpa mengetahui siapa ayahnya.

Ibunya mendekati putranya sambil merentangkan tangan. Jungkook balas merentangkan tangan dan mememeluk tubuh ibunya erat.

"Aku akan membuatmu bangga." kata jungkook sedikit berbisik.

Ibunya tersenyum diikuti air mata yang entah mengapa menetes dengan sempurna melewati bendungan matanya.

"Ibu akan slalu mendukungmu, kooki~" sahut ibunya.

Jungkook mengecup kening ibunya dan menghapus air mata yang deras mengalir itu.

"Ibu harus pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik disana."

Ibu balas mengecup pipi putranya itu dan beralih menuruni tangga dengan koper kecil yang ia seret.

"Sampai bertemu di waktu lain, bu." ucapnya dalam hati.

                                                                                               ******

Sinb's POV

           kurebahkan tubuhku dikasur empuk yang senantiasa menemaniku setiap waktu.

"harusnya aku senang. bukankah ini kesempatanku untuk melihat dunia luar?" kucoba untuk menghibur diri sendiri. Sekuat yang kubisa.

Semampu otakku membalik perasaan kesalku.

Biarkan saja kali ini aku menangis. Biar saja air mataku yg kutahan bertahun-tahun ini tumpah di titik jenuhku. Aku ingin marah namun aku sadar ada hal yang terbaik yang mungkin saja Ayah rencanakan kali ini. Semoga.

Tanganku mencoba meraih foto ibu dari dalam laci. Mengusap wajahnya dan menatap dalam mata indahnya. Sangat indah. Aku merasa tenang tiap kali melihatnya. Ini hanya fotonya bukan dirinya dan kepribadiannya. Aku membencinya. Membenci semua yang dia lakukan. Bermain dibelakang ayah dan berniat mengambil hak asuh atas diriku. Tetap saja aku akan ada dipihak ayah. Tidak akan pernah berada dipihak ibu.

Tetap saja aku menyayangi ibu YANG DULU. Yang begitu bertanggung jawab dan sangat mengutamakan keluarga. Aku tau seseorang akan mengalami perubahan drastis disuatu waktu dan sekarang perubahan yang sama mulai kudapati pada ayah.

"Apakah.. kalian tidak menyayangiku lagi, hah?" isakku memenuhi ruangan. Aku yakin siapapun yang lewat didepan kamarku masih dengan jelas mendengarnya.

"Baiklah, aku akan mencoba berubah seperti yang kalian lakukan." Lirihku masih dengan menatap kosong bingkai foto yg kupegang erat.


-------------------------------------------------------------------------------------------


Haluv! masih gaje ya? :(

Miane ini ff pertamaku jadi rada gimana gitu /ehehe..

Keep support me, Changie ^~^!

KisseuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang