TIGA

52.5K 3.1K 128
                                    

Apa yang di lihat Vira hanya semakin membuatnya kebingungan. Ia hanya diam menatap ke 5 orang gadis yang kini berdiri tepat di hadapannya.

"Yang di katakan temanmu itu benar. Peraturan khusus untuk yang merasa perempuan. Tidak ada yang boleh memotong pendek rambut mereka dengan alasan apapun. Itu peraturan yang aku buat. Aku Jessi ketua osis yang membuat peraturan itu di sekolah ini."

Bukannya merasa ketakutan karena menjadi pusat perhatian, Vira malah menatap tanpa takut ke arah cewek yang berdiri di hadapannya, mengatakan kalau dirinya ketua osis.

"Ew gayanya sumpah norak banget!"

"Kacamatanya jadul banget guys! Malah besar banget, itu wajah hampir ketutupan gitu."

"Aneh dan culun. Nggak pantas banget masuk sekolah ini yang isinya cewek-cewek cantik tapi tetap yang paling cantik kita berlima guys!"

"Tasya berisik banget sih! Diam dulu."

"Hehe sorry Putri."

Perkataan dari para cewek di hadapannya tidak membuat Vira sakit hati. Gadis itu malah menatap santai ke arah mereka.

"Sstt.. Candy, wajah ketua osis kok nggak ada ekspresinya gitu?" Bisik Vira. Sedangkan Candy hanya diam menunduk tanpa mau menjawab pertanyaan dari Vira.

"Eh cewek cupu! Ngapain kamu bisik-bisik kayak gitu?!" Sahut salah satu dari mereka membuat Vira mengangkat bahu santai.

"Dan kamu sebagai murid baru, tentunya harus menuruti apapun peraturan yang ada di sekolah ini.  Termasuk memanjangkan rambut bagaimanapun caranya. Karena di sekolah ini terkenal dengan kekompakan para ceweknya memanjangkan rambut mengerti?"

"Memangnya harus? Kalau akunya yang nggak mau gimana?"

Udara di kantin seakan hilang entah kemana. Mereka yang menyaksikan perdebatan tersebut tampak merasakan keringat dingin karena ketakutan.

"What?!!! Berani-beraninya kamu murid baru menentang Jessi huh?! Kamu belum tahu bakal berhadapan dengan siapa?!" Ujar salah satu dari mereka yang ingin menampar wajah Vira.

"Putri jangan gegabah! Kita nggak bisa bertindak duluan sebelum mendapatkan perintah dari Jessi."

"Tapi aku pengen tampar dia Mila! Biar nih murid baru jera!"

"Dengan terpaksa, kami berlima akan membuat hidupmu bagaikan di neraka. Setelah kepala sekolah berkuasa, tentu di bawanya ada aku sebagai ketua osis yang berhak menentukan peraturan apa saja boleh di lakukan, dan peraturan apa saja yang tidak boleh di langgar."

Vira segera berdiri dari tempat duduknya. Ia menatap Jessi dengan pandangan penuh teliti. Cewek di hadapannya ini benar-benar tidak mempunyai ekspresi. Tidak ada raut wajah emosi sedikit pun. Yang terlihat hanya sorot kedua matanya. Dingin dan seakan-akan menyimpan sejuta cara kejam untuk menindas siapa pun yang berani menentang sang ketua osis.

"Ini peraturan benar-benar konyol. Bahkan di dalam undang-undang tidak ada. Yang bikin peraturannya mungkin saat itu lagi sakit."

"Kamuu!!!" Teriak Putri dengan segera melayangkan tangannya untuk menampar murid baru yang begitu kurang ajar.

Vira yang belum menyiapkan diri, refleks menutup kedua matanya.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik,

Dirinya tidak merasakan apa-apa. Vira refleks membuka mata dan melotot kaget. Saat melihat Ada sebuah tangan lain yang menahan tangan cewek di hadapannya.

"Gi Gilang..?" Ujar Putri dengan suara tertahan. Ia bahkan berani bertaruh, bukan hanya dirinya yang kaget tapi juga seisi kantin yang melihat.

"Beginikah kelakuan Ketua osis dan para anggotanya? Membuat diri mereka jadi tontonan gratis atas perbuatan yang mereka lakukan? Peraturan, ketua osis, bahkan para anggotanya memang pada aneh semua, iya kan?" Ujar cowok itu dengan nada dingin sambil melepas kasar tangan Putri.

"Gilang kita-kita hanya-" Perkataan Jessi terhenti saat melihat ekspresi cowok di hadapannya yang begitu tajam seolah-olah bisa menusuk matanya. Lalu berlalu pergi meninggalkan dirinya dengan ekspresi yang begitu dingin.

"Oh my god! Guyss please bawa aku pergi dari sini sekarang juga!" Putri berteriak frustasi. Di lihatnya Faby tengah berjalan mendekati gadis cupu itu.

"Urusan kita belum selesai. Dan kamu baru saja mengibarkan bendera perang, siap-siap saja kamu bakal mendapatkan balasannya cewek cupu. Kamu akan merasakan hal yang sama seperti Kaila 2 bulan yang lalu."

"Faby kita mesti urus Putri dulu yang tiba-tiba frustasi, ceramahin nih murid baru nanti aja lagi oke?!"

"Arrghh Tasya!"

Sebelum mereka berlalu pergi, Vira beradu pandang dengan Jessi. Lagi-lagi ia di buat bertanya-tanya. Apakah wajah cewek itu memang seperti itu? tanpa ekspresi, datar dan terkesan dingin?

"Kalian kenapa???" Vira kaget saat mengalihkan pandangannya dan menemukan kedua teman barunya menahan tangis.

"Seharusnya kamu nggak perlu melawan mereka Vira, seharusnya kamu tinggal menuruti saja. Kami berdua nggak mau terjadi sesuatu dengan kamu."

Vira tersenyum, "Aku nggak apa-apa kok. Aku nggak takut sama mereka. Lagian, kita sama-sama makan nasi kok, kecuali kalau mereka makan kembang tujuh rupa, baru deh aku takut. Udah yuk! kita lanjut makan lagi sebelum bel masuk berbunyi."

Candy dan Zaldy mengangguk dan ikut kembali duduk menikmati sarapan mereka yang sempat tertunda.

"Mereka berlima itu dari kelas berapa sih?"

"Dari kelas XII jurusan Bahasa 1. Mereka kemana-mana selalu berlima. Jessi sih ketua osis, di ikuti para anggotanya Putri, Tasya, Faby dan Mila." Jelas Candy.

"Sudah kelas dua belas kok masih di bolehin jabat jadi ketua osis? Jabatan seperti itu seharusnya sudah di ganti sama anak kelas sebelas atau sepuluh?"

"Tapi di sini berbeda Vira, dan kamu harus tahu itu. Jessi tidak akan membiarkan jabatannya di ambil alih selagi dia masih bersekolah di sini." Sambung Zaldy dengan wajah serius.

"Kok gitu sih?" Protes Vira, "Ini sekolah aneh banget, apa semua guru nggak ada yang berinisiatif mengambil tindakan tegas? Apa perlu aku duluan yang menentang mereka? Eh aku baru ingat! Kayaknya bukan aku yang pertama kali berani menentang mereka. Tadi salah satu dari mereka ada sebutin nama cewek ng.. kalau nggak salah namanya Kaila ah iya! Kalau boleh tahu Kaila itu siapa?"

Hening.

"Kok pada diam sih?"

Zaldy menghela napas, "Kaila itu sahabat kami Vir, dulu tempat duduknya yang sekarang ini di tempati kamu. Ia memutuskan pindah sekolah, karena tidak tahan di siksa dan menjadi bahan bully terus menerus oleh gengnya Jessi. Dia sama sepertimu, pemberani dan periang. Tapi di sini kasusnya berbeda darimu."

"Berbeda?"

"Bukan karena ia melawan mereka, tetapi karena ia ketahuan menyukai salah satu cowok dari anggota basket sekolah ini."

"Cuma gara-gara menyukai salah satu cowok di sekolah ini ia sampai di bully habis-habisan?! Sumpah ini gila."

Candy tersenyum sedih, "Karena cowok yang di taksirnya juga cowok yang di taksir salah satu dari gengnya Jessi." Sambung Zaldy.

Vira hanya bisa memijit keningnya. Tiba-tiba dirinya merasa pusing dengan ketidakwajaran yang terjadi di sekolah barunya.

= = = = =

Thanks sudah mampir baca <3

Vote and comment jangan sampai lupa ya mmuach

PRINCE'S CHARMINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang