Chapter- 8 Pengirim Notes yang Tak Terduga

5 0 0
                                    

Mark POV

Pagi ini kami berangkat ke bandara menuju Jepang, Emery mendorong kursi roda yang kutumpangi masuk melewati pemeriksaan melewati lorong demi lorong dengan petugas yang menjaga disetiap tempat. Tak lama kami sudah berada didalam pesawat, tanganku memegang tangannya erat. Dada berdegup sangat kencang sudah lama aku tidak pergi berdua bersamanya. Dia tersenyum manis sambil menatap kedua buah bola mata ku, sedikit tersisa guratan kesedihan disana. Namun dalam hati kuberbisik bahwa akan ku buat dia bahagia disisa umur yang terbatas ini.

Pesawat mulai terbang melintasi cakrawala, membelah langit melintasi gundukan awan yang saling berpendar dengan sesekali gundukan-gundukan kecil menimbulkan geronjolan di pesawat.

Akhirnya kami sampai di Jepang, perjalanan yang cukup lama membuat seluruh tubuh pegal, Emery membantuku duduk di kursi roda kemudian keluar dari bandara. Liburan kali ini kami mengunjungi beberapa kota terkenal seperti Tokyo, Hokaido, dan yang terakhir Kyoto.

Kami mengunjungi Kyoto pada hari terakhir liburan. Disana kami mengunjungi beberapa tempat yang terkenal seperti Kinkaku-ji, Fushimi Inari Taisha, Nijo-jo, dan Taman Bambu Arisyiyam. Menjelang malam hari kami menyempatkan diri untuk mampir ke pasar Nishiki.

Disana banyak sekali berjejer penjual makanan khas jepang yang super enak. Emery berjalan disampingku sedangkan aku didorong seorang pria yang sudah kami bayar untuk mendorong kursi rodaku kemanapun kami pergi. Emery tersenyum bahagia melihatku.

Kami membeli dan mencicipi berbagai makanan yang super enak hingga tak terasa sudah hampir larut malam, besok kami harus bergegas kembali ke Indonesia.

Di kamar tidur aku merebahkan badanku, mataku tidak bisa terpejam, dadaku berdenyut sangat cepat. Sekarangkah waktuku mengutarakannya, pikirku dalam hati.

Aku bangun dari tidurku mengambil ponsel dan menelpon Emery, tak lama kemudian dia mengangkatnya. "Hallo Mark" ucapnya, Suaranya terdengar parau, apakah dia sudah tidur?, ucapku dalam hati.

"Em.... kenapa kamu belum tidur?" tanyaku.

"Aku belum mengantuk Mark"

"Kau bisa kekamarku sekarang?" tanyaku pelan.

"What wrong?"

"Ada kejutan" ucapku dengan senyum mengembang.

Aku mematikan lampu kamar, kemudian menghidupkan lilin kecil di meja-meja kamar. Tak lama pintu kamarku diketuk, aku berteriak mempersilahkan masuk. Seorang gadis dikegelapan tampak masuk, dia berjalan perlahan dan mendekatiku. Aku tersenyum lembut menatapnya dan mempersilahkan duduk.

"Apa-apaan ini Mark?" tanyanya bingung dengan kejutan yang aku buat.

Aku menatap matanya dengan penuh kasih kemudian mengambil cincin di saku, " Do you mariage me?" tanyaku lembut, Emery nampak kaget dan bingung dengan kelakuanku yang tiba-tiba melamarnya.

"Mark kamu apa-apaan sih?" ucapnya bingung.

"Serious Em..." ucapku jengkel.

Emery nampak menarik nafas panjang, aku sentuh tangannya pelan, menatapnya dalam remang. "Em... kamu pernah mendapat bunga tulip dari penggemar rahasia" ucapku pelan.

"So?" tanya Emery tak mengerti.

"Did you like it?"

Emery mengangguk pelan dengan wajah yang sedikit bingung, membuatnya semakin cantik. "Maafkan aku Em... Mungkin kamu mengira orang lain yang mengirimkannya, tapi sebenarnya itu..." ucapanku terputus, aku bingung harus bicara apa? Aku takut dia marah.

Love NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang