Chapter- 9 Hati yang Berpaling

5 0 0
                                    

Mark POV

Pagi yang begitu cerah dengan semilir angin mengantarkan tubuhku menuju rumah sakit untuk mengontrol kondisi yang beberapa bulan ini selalu tak menentu. Ditemani seorang wanita paruh baya dengan beberapa kerutan dimatanya dan sering ku panggil dengan sebutan Momi.  Aku telah membuat janji dengan Dokter yang menangani kondisiku beberapa bulan ini. Tak butuh waktu lama ku menunggu, ada seorang suster datang menghampiri dan mempersilahkan kami untuk  masuk kedalam ruangan.

Kursi roda di dorong perlahan dengan tangan yang mulai renta memaksa untuk membantu seorang anak yang tak berdaya. Aku masuk perlahan bersama Momi, sekilas aku melihat wajahnya nampak khawatir.

"Pagi Dok" ucapku dengan wajah yang sangat cerah.

"Pagi Mark, bagaimana kondisi mu, kelihatannya kamu senang?"

"Aku baik, sangat baik, seperti orang yang tidak sakit parah" ucapku dengan canda.

Dokter itu tertawa lebar mendengar gurauanku. Mataku teralihkan pada sebuah map ditangannya yang membuat bibir yang tadi merekah menjadi terdiam seketika.

"Dok, itu hasil CT-scan saya ya" ucapku dengan wajah penasaran.

Dokter itu menarik nafas panjang, membuatku merasa sedikit khawatir. Dibelakang pundak ku merasa ada yang mengelus dengan tangan rapuh, tangan itu memberikan ketenangan dengan harapan yang tak pasti. 

"Seperti biasa saya menyarankan anda untuk kemotrapi" ucap Dokter itu sambil memegang tanganku.

"Tidak ada cara lain? Aku tidak mau rambutku rontok"

"Maafkan saya tapi hanya itu satu-satunya jalan"

Aku terdiam sejenak, menarik nafas panjang. "Akan saya pikirkan lagi" ucapku.

Momi menatapku tajam, mukanya merah padam. Mungkin dia marah. Tapi aku punya alasan tersendiri mengapa aku harus memilih tidak melakukan kemotrapi.

Aku dan Momi sudah ada didalam mobil untuk kembali pulang. Aku hanya terdiam melihat muka Momi yang masam.

Mobilku berbelok masuk kearea perumahan elit, tak lama kami telah sampai dirumah, Momi membantuku turun dan duduk dikursi roda, aku mengucap terima kasih yang dibalas dengan anggukan kecil. Momi membawaku kekamar kemudian memutar kursi rodaku disamping tempat tidur dan duduk bersimpuh didepanku air matanya meleleh.

"Momi smeek u Jongen, kamu harus melakukan kemotrapi" ucapnya dengan terisak.

"Ik ben prima Mom, aku tidak perlu kemotrapi yang membuat rambutku rontok" ucapku pelan.

"Mengapa?, Apa Emery? Kamu takut dia khawatir?, kamu keterlaluan Mark" ucap Momi dengan wajah jengkel.

***

Mark POV( Flashback II)

Aku baru memasuki semester 2 kelas 12, hari ini hari pertama aku masuk sekolah. Aku duduk dihalaman kelas melihat lapangan basket yang biasanya aku pergunakan bermain dengan teman-temanku.

"Aw...Aw..." teriakku sambil menyeringai kesakitan, Emery menepuk kaki kananku yang sudah seminggu ini bengkak.

"Kakimu belum sembuh juga Mark" tanya Emery dengan wajah khawatir.

"Ya, sudah seminggu kakiku bengkak, hanya keseleo kok sebentar lagi juga sembuh" ucapku sambil tersenyum.

"Kamu harus ke Dokter Mark, dah seminggu lo, nanti ada apa-apa gimana?"

"Ya cantik" ucapku sambil menarik pipi kiri Emery.

"Auw... Sakit" ucap Emery membuatku terkekeh.

Love NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang