Part 3: "Bolehkah?"

4.2K 44 0
                                    

"Bukankah harapan itu diciptakan sendiri? Bagaimana jika harapan itu diciptakan orang lain? apakah namanya tetap harapan?"

---------

Kenaikan kelas akhirnya berjalan lancar, semua siswa siswi dapat melanjutkan ke jenjang pernikahan. Eh, maksudnya jenjang selanjutnya. Ada acara perayaan makan-makan dirumah wali kelas, sebagai tanda keberhasilan kita mendapat nilai yang memuaskan.

"ra, ambilin tempenya napasi kan lebih deket kalo dari lo." 

"Yaelah, nih nih nih" katanya sebal

"Makasih clara, cantik deh"

"Giliran ada maunya aja, muji. Hih" 

"hahahahaha"

Setelah acaranya selesai, perut terisi dengan penuh disertai kebahagiaan kecil. Sembari menunggu dijemput aku mencari cemilan yang masih bisa masuk ke perutku yang tak mau lagi dipaksa memproses. Saat mengambil buah semangka, ada handphone tergeletak entah punya siapa mungkin jatuh. Aku cek HPnya, ada pesan masuk dari....

GERALD! 

Jantungku seakan berhenti, entah harus percaya atau tidak. Tapi.... tapi ini milik siapa? Inna? Apakah ini milik Inna? Aku tak berani membuka pesannya, tapi aku penasaran apa benar itu Gerald apa bukan. Akhirnya aku membuka kontaknya dan menghafal nomernya. kemudian aku memberikan HPnya ke wali kelasku.

"Lo lagi ngapain sih sibuk amat z." Tanya Clara.

"Gue gatau harus percaya apa engga ra, gue dapet nomer HPnya Gerald." Pungkasku.

"Hah? dari mana?" Clara terheranheran, ia menggeser posisi duduknya lebih dekat denganku.

"Gue gatau HP siapa yang gue liat, gue gatau ini Gerald yang gue maksud apa bukan tapi gue yakin itu HPnya Inna."

"Yaudah lo coba SMS kali aja bener."

-----

Setelah kejadian tadi siang, malamnya aku tidak bisa tidur, perasaan penasaran terus saja mengganggu, tapi ini tepat pukul 23:43 waktu yang sama sekali nggak pas buat kirim SMS. Dengan keberanian, beribu ribu mikir apa yang harus dilakuin akhirnya aku mutusin buat kirim SMS itu sekarang juga. Demi kesehatan hati jiwa ragaku yang sangat aku cintai ini!

"Hmmm, kirimnya gimana ya.."

-------------------------------------------------------------------

To: Gerald? (+6286428xxxxx)

Message: Halo! Gerald Kusuma Aji?

---------------------------------------------------------------------

Sent!

"Ah bodoh! kenapa gue ngirimnya gitu sih? kenapa ga halo aja, atau hai, tapi takut salah orang. Ah bodo amat! yang penting gue bisa tidur sekarang. Bye!" Kulemparkan hpku ke samping bantal tidur. Rasanya ini lebih tenang daripada aku harus terus-terusan memikirkan kapan aku akan mengirim SMS macam itu. pfft.

Paginya, aku bangun dengan tenang. Tidak ke sekolah, tidak ada mata pelajaran, tidak ada tugas dan waktunya bermalas-malasan.

"Kei makan dulu!" Teriakan khas mama yang ada di dapur, jika aku tidak menggubrisnya dalam sekali, jangan tanya apa yang akan terjadi.

"Iya ma" Kataku seraya menendang selimut agar menjauh dari tubuhku. "Dasar selimut sialan! gamau jauh jauh dari aku! Tapi aku lapar, jadi bye!"

Aku menuruni anak tangga, televisi yang menyala ada di channel yang memutarkan lagu-lagu. Dengan tidak sadar aku menyanyikan lagu yang dulu dinyanyikan Gerald. Langkahku berhenti, fikiranku tiba-tiba melayang kepada HPku. Aku bergegas kembali ke kamarku, men-cek pesan masuk. Ternyata SMSku dibalas!

-------------------------------------------------------------------

From: Gerald?

Message: iya? ini siapa?

---------------------------------------------------------------------

Deg! jantungku lagi-lagi seakan berhenti berdetak. Fikiranku melayang jauh. Ini benar-benar Gerald, Bolehkah aku berharap lebih dari sebuah pesan singkat ini? Mengapa Inna harus meninggalkan HPnya disana? Mengapa aku harus tahu? Mengapa semua ini terjadi? Apa jawaban semua itu? dan apa yang harus aku lakukan? Oh tidakkah ini hanya mimpiku yang belum selesai tadi malam?

First love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang