Kejadian tiga hari lalu di mana aku bertemu kembali dengannya membuat aku selalu bangun terlambat. Aku tidak pernah bisa tidur nyenyak, untuk memejamkan mata saja rasanya sulit. Aku selalu ingin bisa tidur agar ketika aku terbangun aku mendapati diriku hanya bermimpi. Mimpi buruk.
Dengan kantung mata panda yang sudah kututup dengan concealer, aku memasang celemek cokelat yang identik sebagai seragam pekerja di kedai minuman. Aku mulai melayani pelanggan yang mulai berdatangan seperti biasa. Dengan bantuan beberapa pegawai lain, kedai minuman menjadi lebih ramai.
Aku memandang sekeliling, orang-orang terlihat berseri-seri menyambut hari ini. Tempat duduk hampir semuanya terisi penuh. Teman-teman pegawai lain sibuk melakukan pekerjaannya masing-masing. Ada yang tengah membersihkan meja, ada juga yang mengepel dan membersihkan pintu kaca. Pandanganku terhenti pada Lisa, gadis yang menjadi teman baikku di tempat ini.
Gadis asli Thailand itu tengah asik menyambut kedatangan pelanggan di pintu masuk. Sesekali ia bercanda dengan Jeon Jungkook yang sibuk membersihkan kaca. //gengs disini si playboy international kuki jadi pekerja paruh waktu dulu ya«
Sampai mataku menangkap seseorang yang sedang melangkah masuk dan di sambut dengan baik oleh Lisa. Aku panik, entah apa yang ia tanyakan pada Lisa karena gadis itu terlihat seperti menunjuk sesuatu sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali. Pandangan matanya kemudian beralih seperti tengah mencari seseorang. Apa dia mencariku? Beruntung kedai minuman ini cukup luas, ia tidak bisa dengan mudahnya langsung menemui diriku. Aku menunduk, kemudian berjongkok menutupi diri sebisa mungkin.
Untuk apa dia kesini? Dia masih ingat tempat kerjaku? Aku gugup, dan berjalan mengendap-endap ke arah ruang belakang yang hanya dapat diakses oleh pegawai di sini.
"Astaga, kau mengejutkanku. Nuna apa yang kau lakukan?" Sebelum tepat sampai di ruangan, langkahku terhenti ketika Jungkook yang kebetulan lewat dengan pembersih kaca di tangannya terkejut mendapati diriku yang tengah berjongkok.
Aku mengisyaratkan Jungkook untuk memperkecil volume suaranya, dan beruntung ia mengangguk mengerti. Namun kemudian pandangannya berbalik arah, "Yoona nuna sepertinya seseorang mencarimu di sana" ia menunjuk.
Aku kembali mengisyaratkannya untuk menunduk dan ikut berjongkok. Dengan wajah kikuknya ia menuruti perintahku. "Tolong jangan beritahu padanya jika aku di sini"
"Kenapa?" ia terkejut.
"Apa pria itu orang jahat?" kali ini ia menutup mulutnya tak percaya.
Aku menggeleng, pria itu memang bukan orang jahat kan? Dia tetaplah pria baik-baik di mataku. "Tidak, dia bukan orang jahat. Aku hanya sedang menghindarinya. Sudahlah, jika orang itu sudah pergi, tolong beritahu aku"
Ucapanku di sambut dengan anggukan beberapa kali olehnya, sampai akhirnya aku kembali mengendap-endap memasuki ruangan. Aku menyandarkan diri ke locker tempat kami menyimpan barang-barang kami selama bekerja yang ada di ruangan ini. Sambil melipat kedua kakiku dan mulai memeluk diriku sendiri. Aku teringat kembali saat kami bertemu di supermarket. Ia beberapa kali menawarkan tumpangan padaku, tapi aku berusaha menolaknya.
Aku telah berupaya melupakannya, tapi dengan mudahnya dia kembali. Membuat memori kami tanpa dosanya ikut kembali terbentuk di kepalaku. Aku benci itu. Kenapa melupakan lebih sulit dibanding mengingat? Tanpa sadar, aku merasa air mataku menetes membasahi pipi ini. Aku bukan gadis kuat yang bisa tetap tenang ketika bertemu kembali dengan kenangan menyakitkanku. Aku ini lemah, dan aku hanya manusia biasa yang bisa goyah dengan apa yang telah aku ucapkan. Dan aku takut jika itu benar-benar terjadi.
Mungkin bibir ini mengatakan bahwa aku benci padanya dan akan memulai hidup baru tanpa mengingat dirinya. Membangun memori baru bersama orang yang kucintai kelak. Tapi, hanya dengan melihatnya kembali, pertahanan hati ini mulai runtuh. Bibir bisa berbohong, tapi hati tidak. Seberapa benci aku padanya, aku tak bisa menyangkal bahwa aku masih mencintainya.
"Unnie? Ternyata kau benar-benar di sini. Kupikir Jungkook berbohong. Tadi seseorang men---"
"Astaga, kau menangis?"
Lisa yang entah muncul sejak kapan segera menutup pintu dan berlari menghampiriku. Ia berjongkok menatap diriku, kemudian aku merasa jemarinya menyentuh pipiku, menghapus air mata yang tidak bisa terbendung lagi. Ia tersenyum lembut, kemudian meraih tubuhku ke dalam pelukannya. Sejujurnya, pelukan Lisa sehangat kepribadiannya. Aku menyukai itu, karena bisa memenangkan hati.
Beberapa detik kemudian tangannya tergerak untuk mengusap punggungku. Ia bergumam, "Tak apa unnie. Orang itu sudah pergi"
Ia melepas pelukanku karena diriku yang secara spontan terkejut. Kemudian Lisa ikut menyandarkan dirinya di sebelahku. Darimana ia tahu bahwa aku menghindari pria itu? Apa Jungkook yang mengatakannya?
"Aku juga pernah mengalaminya. Saat itu aku benar-benar ingin berlari dari kenyataan, tapi pria itu terus mengejarku. Sampai akhirnya aku jatuh hati lagi padanya"
"Lalu kau menerimanya kembali?"
Ia mengangguk, "Sebelumnya aku pernah menolaknya berkali-kali. Aku mulai kasihan dengannya, dan aku juga tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa aku menginginkannya. Kami kembali bersama, Tapi pria itu sekarang sudah tidak ada. Dia pergi dengan tenang kembali ke asalnya"
Aku mulai tertarik dengan ceritanya, tangisku mulai reda dan aku mulai fokus dengan kelanjutannya. "Kau baik-baik saja?"
Ia menggeleng, "Tentu saja aku tidak baik-baik saja. Aku sedih dan sakit berlarut-larut. Tapi aku sadar, aku tidak boleh menyia-nyiakan seseorang yang kucintai. Meskipun ia sempat mengkhianatiku, tapi pada akhirnya ia akan sadar bahwa cintanya hanya untukku"
Aku menganggukkan kepala berkali-kali. Mengerti dengan apa yang gadis itu rasakan. Tapi gadis itu hebat, selama ini ia selalu terlihat ceria. Dia bisa menerima kenyataannya, dan hidup tenang seperti biasanya.
Aku masih penasaran dengan satu hal, "Apa yang ia tanyakan?"
Lisa menoleh kearahku, "Siapa? Pria tadi?"
Aku mengangguk.
"Pertama datang kupikir ia akan memesan minuman, tapi ia hanya diam dan berhenti di depanku. Aku bingung, akhirnya aku menyuruhnya ke tempat order agar ia bisa memesan. Tapi pria itu aneh, dia hanya tetap diam. Sampai akhirnya ia bertanya keberadaanmu. Aku mencari-carimu kemana-mana dan setahu ku kau ada di tempat order, tapi ternyata tidak ada. Lalu dia bertanya apa kau hari ini bekerja, dan dia menanyai kabarmu"
Untuk apa? Kenapa dia penasaran dengan hidupku? Apa yang ada dipikiran pria itu? Kenapa dia kembali seolah ingin membuat keadaanku semakin sulit?
"Unnie, sepertinya dia merindukanmu"
Merindukanku? Lisa sepertinya salah paham, pria itu tidak mungkin merindukanku dengan keadaannya yang sekarang. Ia mungkin sudah menikah dan memiliki anak, bisa saja dia mencariku untuk pamer atau jika ia belum menikah, mungkin ia ingin memberiku undangan pernikahannya agar aku datang menyaksikan kebahagiaannya.
Dia telah berubah, bahkan penampilannya lebih rapi dan aku melihatnya berpakaian mahal, tidak seperti dulu, sekaya apapun dia, ia akan memakai pakaian biasa. Tubuhnya lebih berisi dan terlihat mapan. Pasti dia sudah menikah.
▪🔸▪🔸▪
kimtvh's :
maaf jika aku update terlalu lama. terimakasih untuk readers yang telah membaca dan bersedia untuk memberikan vote:)
semoga kalian terus menyukai ff ini❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Time ; pjm
Fanfiction"Don't ever look back or you'll regret it" hanya sebuah kisah tentang seorang gadis malang yang bertemu kembali dengan mantan kekasihnya setelah berjuang melupakannya. Park Jimin × Min Yoona