"Sekarang aku sadar bahwa aku tidak pernah bisa melupakanmu"
Aku menaikkan kepala, menatap ke arah langit yang telah gelap menyeluruh. Iri rasanya melihat bintang-bintang yang berkelap kelip dengan sesuka hatinya tanpa ada yang melarang.
Pikiranku cukup kalut meski langit tampak tersenyum indah. Selesai bekerja tadi, aku memilih untuk berjalan kaki sembari menghabiskan waktu untuk berpikir. Sesuatu yang semestinya aku pikirkan sejak saat itu. Pertama kali bertemu dengannya lagi, seharusnya aku bersikap biasa saja bukan? Satu lagi, ketika ia mendatangi tempat kerjaku, seharusnya jika aku memamg mampu melupakannya, aku tidak perlu menghindar. Benar bukan?
Aku menundukkan kepala berkali-kali. Sampai tak menyadari bahwa aku telah sampai di depan pintu apartmentku. Tapi, ada yang terasa janggal dengan itu. Menyadari, aku segera berlari masuk tanpa memasukan password terlebih dahulu karena pintu itu telah terbuka.
"Girls, ini tidak lucu, keluarlah"
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, ini gila. Seseorang membiarkan pintunya terbuka seperti itu. Aku kembali mengingat, hanya teman-temanku dan.. Jimin yang tahu password apartmentku. Tidak mungkin jika pria itu, aku pikir ini perbuatan gila dari tiga temanku.
Aku berjalan perlahan, mencari siapapun mereka yang tanpa ijin masuk kesini. Dengan perlahan, aku mulai melangkah ke arah dapur, siapa tahu mereka di sana. Tapi, nampaknya bukan. Aku kembali berjalan, kali ini memasuki area kamar. Bisa jadi mereka sengaja bersembunyi untuk mengerjaiku.
"Chaeyoung, Jennie, Jisoo keluarlah. Jangan seperti ini, kalian sudah ketahuan jika kalian mencoba bersembunyi" aku sedikit berteriak.
Kali ini langkahku terhenti di sofa yang ada di kamar, aku terkejut mendapati seseorang tengah tertidur dengan menyembunyikan wajahnya di balik bantal sofa. Dari pakaiannya, itu pakaian laki-laki. Aku tidak berbohong, mulai dari jeans hitamnya, jaketnya yang menggantung di kepala sofa, dagu runcingnya, sampai---
"Min Yoona, bogosipheo"
Aku benar-benar membeku ketika mendengar suara lembut itu terngiang lagi ditelingaku. Ia benar-benar Jimin. Ini sudah di luar batas, dia sudah tidak waras atau apa? Ini merupakan kali ketiga aku mendapati dirinya lagi. Apa yang sebenarnya ia inginkan? Dia hanya semakin mempersulit.
"Yoonie, aku merindukanmu"
Ini semakin gila, ia bahkan menyebut namaku dengan panggilan yang dibuatnya sendiri ketika kami masih bersama. Aku memberanikan diri untuk mendekat, bingung dengan keadaannya yang terlihat tidur namun berbicara sendiri. Aku ragu Jimin masih memiliki kebiasaan mengigau ketika tidur.
Sungguh, aku bertekad untuk tidak menyentuhnya lagi setelah kejadian di supermarket tempo hari. Akhirnya aku hanya berlutut di depannya, sambil menatapi punggung yang dulu sering kali menggendongku ketika aku lelah maupun terjatuh. Mengingatnya, membuat aku sesak.
"Jimin, bangun. Kau tidak bisa di sini, kau harus pulang"
Ia sama sekali tidak menjawab setelah beberapa menit aku menunggu jawabannya. Hanya punggung naik turunnya yang kudapati sampai saat ini. Ia masih bernapas, tapi tidak mendengar ucapanku. Kemungkin yang kutangkap bahwa dia tidur terlalu nyenyak atau dia pura-pura tidak mendengar. Jika itu benar, aku tidak tahu apa alasannya.
Aku menunggu dan terus menunggu, tapi dia sama sekali tidak mengubah posisi tidurnya. Ia hanya meracau tidak jelas, sesekali membenarkan posisi tidurnya. Seketika aku tersadar, ada bau alkohol. Aku mencari asal bau itu, khawatir jika aku lupa membuang bekas minumku beberapa hari yang lalu. Tapi aku mendapati bau itu berasal dari tubuh pria di hadapanku. Ternyata dia mabuk dan malah berakhir di sini. Kenapa Jimin mabuk? Pria itu tidak pernah bersahabat dengan alkohol.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Time ; pjm
Fanfiction"Don't ever look back or you'll regret it" hanya sebuah kisah tentang seorang gadis malang yang bertemu kembali dengan mantan kekasihnya setelah berjuang melupakannya. Park Jimin × Min Yoona