Part3

1.7K 76 62
                                    

Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini, ingin itu banyak sekali...

Suara soundtrack doraemon terdengar memenuhi kamar Adara.

Ara meraih handphonenya dari atas kasur.

"Haluuu, siapa disana?"  Tanya Ara

"Hai." Suara berat itu terdengar membuat Ara berfikir keras,  siapa yang menelfonnya sekarang.

Dan satu nama terlintas di benaknya.
BANG FADEL

"Bang fadel yaa? Lo ngerjain gue yaa bang? Nelfon gue pake nomor teman lo.  Pulang gak lo sekarang!  gue laper tau.  Tega banget lo ninggalin adek lo kelaperan di rumah, entar kalau gue pingsan karena kelaperan gimana? Lo mau."  Seketika orang di seberang sana memutuskan komunikasinya dengan Ara.

"Berani-beraninya bang fadel, gue masih ngomong malah di putus seenaknya.  Dasar lelaki suka sekali mengakhiri sesuatu secara sepihak." Ara melempar handphonenya ke atas kasur dengan kesal.

30 menit kemudian, bel rumah Ara berbunyi. 

Dengan gerakan cepat Ara berlari menuruni anak tangga dan membuka pintu.

Nampak seorang lelaki memakai jaket hijau, dan helm hijau (ojek online) berdiri di depan pintu membawa kantong putih berisi martabak telor.

"Permisi mba ini pesanannya." Lelaki itu menyerahkan katong putih itu ke Ara. 

"Aduh mas kayanya salah delivery deh,  saya gak pesen makan sama sekali loh." Jawab Ara binggung karena dia merasa tidak memesan makan dengan jasa ojek online.

"Iya mba,  ini tadi yang pesan laki-laki dan menyuruh saya mengantarkannya ke alamat ini." Jelas lelaki itu.

Ara mulai berfikir siapa yang mengirimkan makan untuknya, dan ia pun berfikir mungkin bang Fadel yang memesankan untuknya. 

Seketika senyum Ara mengembang, dia tak menyangka bahwa abangnya yang sangat menyebalkan itu bisa semanis ini kepadanya.

"Baiklah kalau begitu, terima kasih yaa mas." Ara meraih kantong putih yang sedari tadi di sodorkan oleh lelaki itu.

"kalau begitu saya permisi mba." Lelaki itu pamit dan berlalu meninggalkan Ara yang juga mulai berbalik memasuki rumah.

Ara duduk di ruang tv sembari menikmati martabak telor spesial yang dikirimkan oleh abangnya.

Dan tak berselang berapa waktu Fadel pulang dan duduk di samping Ara.

"Asiknyaa yang lagi makan martabak." ucap Fadel sembari mengacak lembut rambut adiknya itu.

"Lo udah balik bang? Oh iya bang makasih yaa martabaknya."

"Hah makasih?" ucap Fadel bingung.

"Padahal tadi gue udah kesel banget sama lu bang.  Pake acara nelfon gue pake nomor temen lu, terus ngomong cuma hai doang, sok misterius.  Terus pas gue lagi ngomong lu matiin telfon secara sepihak. Tapi akhirnya gue luluh deh, ternyata abang gue ini bisa juga manis ke adiknya.  Pake acara pesenin makan lewat ojek online lagi. Uunchhh manis banget sihh abang guee." ucap Ara panjang lebar sambil mencubit kedua pipi Fadel.

"wait! Ara gue enggak ada nelfon lo, hp gue aja mati. Terus gue juga enggak ada pesen makan online, ngapain gue pesen online mending gue bawain pas pulang aja, lebih hemat dari pada online bayar ongkir lagi,  mending uangnya gue simpen buat malmingan bareng doi." jelas Fadel membuat Ara menatap Fadel penuh tanya.

"serius bang lu enggak ada nelfon dan pesenin gue makan? Terus ini dari siapa dong." Ara mengangkat kotak martabak telor.

"Serius.  Lagian lu juga kenapa enggak nanya siapa yang pesen makannya. Lu sih kalau udah di sodorin makanan seketika otak lu enggak bisa berfikir." Fadel menoyor jidat Ara yang lebar bagai lapangan landas helikopter.

"Jadi ini siapa yang kirim? Jangan-jangan ini haters gue lagi yang kirim,  terus di martabaknya udah di taburin sianida. Fix! bang gue bakal masuk koran kaya kasus kopi sianida. Lo bakalan kehilangan adik yang kalem, imut, dan mengemaskan ini. Lo, papa,  dan mama bakalan ngeluarin duit banyak banget buat bayar pengacara untuk mengusut kasus gue ini." spontan Fadel membekap mulut Ara yang tak  bisa berhenti berbicara konyol.

"Gak usah halu dan seudzon deh anak kecil. Kalau emang itu ada zat berbahayanya pasti udah dari tadi lu merasakan hal yang aneh kaya mual,  muntah, pusing, dan keluhan lainnya.  Lah ini lo sehat-sehat aja." jelas fadel.

"Sok tau lu bang kaya doker aja. Mungkin racunnya bereaksi besok." pikir Ara.

"Ada racunnya aja itu martabak ludes dengan sekejap,  apalagi enggak ada racunnya. Sekotak martabaknya mungkin lu makan juga.  Udah tidur sana, itu salah satu hadiah kecil dari tuhan untuk bocah cerewet kaya lu.  Syukurin aja nikmat dari tuhan hari ini,  dan stop berfikir negatif." Fadel mencubit pipi dan mencium kening Ara. 

*

Pagi ini Ara dan Fadel bangun kesiangan, akhirnya Ara terlambat datang ke sekolah. 

Dan disini lah Ara sekarang, berdiri di tengah lapangan sebagai sanksi atas keterlambatannya.

Sekolah Ara adalah salah satu sekolah favorit, yang sangat terkenal.
Banyak murid lulusan sekolah Ara yang menjadi orang sukses.  Bahkan salah satu lulusan sekolah Ara menjadi pengusaha sukses nomor tiga di Singapura.

Sekolah sangat mengutamakan kedisiplinan. 

Wajar saja jika sekolah sukses melahirkan lulusan yang unggul baik secara akademik maupun non akademik.

TETTT... TETTT...

Bel istirahat berbunyi, membuat Ara menarik nafas panjang karena hukumannya kini telah berakhir. 

Baru saja Ara ingin berbalik menuju kantin. Sosok berperawakan tinggi menghalanginya. 

Ara menatap orang yang ada di depannya.  Namun ia sama sekali tidak mengenal siapa orang itu.

"Ini untukmu." lelaki itu menyodorkan satu botol air mineral  dan berlalu meninggalkan ara.

Ara benar-benar bingung siapa orang itu, mengapa datang memberikan minum lalu pergi begitu saja.

"Hey, apa maksudnya ini? Lu siapa?  Gue enggak kenal lu, jadi gak usah sok perhatian deh." Ara berlari mengejar  dan mengembalikan air mineral ke tangan lelaki itu.

"Aku kenal kamu, dan aku bukan perhatian tapi aku respect sama apa yang kamu lakukan."

"Respect? Untuk hal apa?." tanya Ara

"Karena masi ada anak muda yang terlambat datang ke sekolah dan menjalankan hukuman dengan baik." jelas lelaki itu dan meninggalkan Ara dengan penuh tanya atas perkataan lelaki itu.

"Sialan, dia nyindir gue ternyata." umpat Ara kesal, sambil menatap punggung lelaki itu yang mulai menghilang dari koridor sekolah.

                               *****

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang