Setelah kejadian beberapa waktu lalu di lapangan basket kompleks rumah Ara, hubungan pertemanan Ara dan Aska semakin dekat.
Bahkan terkadang mereka berangkat sekolah bareng. Iya, kebetulan bang Fadel sedang sibuk dan tidak sempat mengantar Ara, oleh karena itu bang Fadel meminta Aska berangkat bersama Ara.
Seperti pagi ini. Ara dan Aska berangkat bersama, hal ini membuat Alsa, Grace, dan Letta semakin gencar menggoda kedekatan Ara dan Aska.
"Cielah yang berangkat bareng gebetan, bau-baunya bentar lagi jadian". Goda Grace sambil menyegol bahu Ara pelan.
"Apaan dah. Gue juga berangkat bareng karena kondisi dan situasi yang memaksa seorang Ara yang imut ini berangkat bareng tuh bocah". Ara berlalu melewati ketiga sahabatnya yang masih berdiri di depan pintu kelas.
"Iyaain aja dah. Btw sore kita mau hangout, Lo bisa kan Ra?" Ajak Letta yang memang sudah berencana untuk hangout berempat ke cafe sore ini.
"Bisa sih, tapi gue nyusul yaa. Karena gue harus ketemuan dulu sama ka Raka, katanya sih mau ada job foto". Jawab Ara yang mendapat balasan anggukan oleh ketiga sahabatnya.
Selama setahun terakhir ini Ara bergabung di salah satu studio foto yang di didirikan oleh ka Raka, dan Ara menjadi salah satu fotografer disana.
Awalnya Ara hanya ingin menyalurkan hobinya yang suka memotret sunset, namun berkat bimbingan ka Raka sekarang Ara menjadi seorang fotografer yang memiliki karya luar biasa.
Ara telah sampai di depan ruang kerja ka Raka, dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya.
"Assalamualaikum, waalaikumsalam. Ara sang fotografer handal telah tiba".
Teriak Ara ketika memasuki ruang kerja ka Raka."Astaga Ara suara kamu bikin sakit telinga kakak aja. Ini lagi kenapa datang ke kantor masi pake seragam sekolah gini". Ka Raka frustasi melihat kelakuan Ara yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.
"Iyaa ka, tadi enggak sempat balik ke rumah, makanya masi pake seragam kaya gini. Btw ada kerajaan apa ka?". Ara duduk di sofa dan meminum santai jus alpukat yang sudah di siapkan oleh ka Raka.
"Foto untuk cover majalah remaja".
"Terus kenapa harus Ara yang jadi fotografernya? Kan ada bang Jay yang lebih pengalaman ka".
"Karena ini cover majalah remaja, jadi kakak pengen fotografernya anak remaja juga, kalau bang Jay kan udah bukan remaja lagi, udah punya baby El. Udah bapak-bapak dia mah".
"Tapi kan bang Jay udah pernah jadi remaja, pasti lebih paham dunia anak remaja gimana ka".
"Beda Ara, massa remaja bang Jay sama massa remaja kamu. Sekarang lagi massanya kamu, jadi kakak percayain ini ke kamu. Kalau sampai project ini berhasil, kakak kasi kamu bonus". Ujar ka Raka penuh penekanan pada kata bonus.
Berusaha memancing Ara agar mau menerima tawarannya.Dan benar saja, kini posisi duduk Ara menjadi tegak dengar mata yang berbinar dan senyum paling manisnya menatap ka Raka penuh arti.
"Tawaran di ACC". Ujar Ara sambil tersenyum memandang ka Raka, membuat ka Raka gemas melihat tingkah gadis remaja yang kini berdiri di hadapannya.
"Ka Raka kirim aja jadwal dan alamat pemotretannya ke email. Sekarang Ara mau pergi dulu ada urusan yang urgent, bye ka Raka yang paling ganteng dan dermawan. muachh". Pamit Ara sambil memberikan kiss bye ke ka Raka.
"Hati-hati Ra, dasar bocah labil. Sok-sokan nolak, giliran di sentil bonus langsung iye aja". Ucap ka Raka pelan sambil geleng-geleng kepala mengingat tingkah Ara beberapa menit lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
Teen FictionJika kamu memilih dia untuk bersamamu, lantas mengapa kamu mengengam tanganku begitu erat? -AdaraFredellaUlani-