Suasana taman komplek sore ini begitu ramai, cerah dan ceria.
Sudah lama sekali Adara tidak datang ke taman komplek, namun tidak banyak hal yang berubah disini.
penjual balon tempat Ara kecil selalu merengek ke ayah untuk di belikan balon, penjual es buah kesukaan bunda, dan badut keribo yang selalu mengajari bang Fadel juggling ball.
semua Masi disini, Masi di posisi yang sama. Sepintas kenangan indah masa kecil itu terlintas di mata Ara.
Wajarlah sejak Ara duduk di bangku SMP, Ara mulai jarang menghabiskan waktu dengan keluarganya karena kesibukan ayah dan bunda mengurus bisnis keluarga, dan 3 tahun sudah Ara harus rela tinggal hanya bersama bang Fadel, karena ayah dan bunda yang berada di kota lain mengurus bisnis.
"I Miss you a lot".
"But, i don't Miss you".
Suara bass cowok itu membuat Ara membuka matanya, dan betapa kesalnya ia ketika melihat sosok cowok menyebalkan itu merusak lamunan nostalgianya.
"Rese Lo". Ara memukul bahu cowok itu.
"Kok gue yang rese, Lo yang rese. Gue nungguin Lo dari tadi di lapangan basket tapi liat, Lo malah asik ngelamun disini kaya ayam mau mati aja". Cowok itu menarik tangan Ara secara paksa, dan hal ini sontak menarik pandangan beberapa orang yang melihatnya.
"Heh Lo mau bawa gue kemana?".
"Menurut ngana?".
"Bahasa Indonesia lo pasti dibawah KKM deh, gue yakin".
"Enak aja, gue ini pinter yaa. Mana ada sih anak IPA yang bego". Jawab cowok itu sambil terus berjalan menarik Ara yang berada selangkah di belakangnya.
"Gak percaya, buktinya gue nanya Lo malah balik nanya, harusnya Lo itu jawab bukan malah nanya balik. Gitu tata cara berdialog yang benar Bambang."
"Nih gue mau bawa Lo kesini".
Kini mereka berdua berada di lapangan basket yang berada di pinggir danau yang tidak jauh dari taman komplek.
"OOO"
"Pemanasan dulu, biar enggak cidera pas main nanti". Cowok itu mulai melakukan gerakan pemanasan ringan.
"Oke".
"Oh iyaa satu lagi"
"Apalagi sih Bambang, cerewet banget deh kaya ibu-ibu arisan"
"Jangan panggil gue Bambang lagi, panggil gue Aska."
"Iye cerewet".
Sudah hampir sejam Ara dan Aska bermain basket. Namun belum ada dari mereka yang berniat menyudahi permainan ini, mungkin karena terlalu asyik sampai mereka pun lupa rasanya lelah.
Nafas Ara mulai terengah-engah, Aska pun mengajak Ara untuk beristirahat sejenak di bawah pohon.
"Ra, istirahat dulu". Aska mulai duduk di bawah pohon sambil meluruskan kakinya.
"Ahh cupu Lo, masa udahan sih". Ara Masi bersemangat untuk bermain, walau terlihat jelas bahwa ia sangat lelah.
"Enak aja bilangin gue cupu. Gue cuma enggak mau aja angkat Lo pulang kalau pingsan disini. Lo kan berat, bau keringet lagi".
"Rese Lo". Ara melempar bola hitam itu ke arah Aska, karena kesal mendengar jawaban rese Aska.
Ara Dan Aska pun duduk tanpa ada yang membuka suara satu sama lain, Ara sibuk memperhatikan air danau yang tenang, dan Aska sibuk melihat Ara yang menatap danau.
"Lo ngapain ngeliatin gue?". Tanya Ara.
Spontan Aska mengalihkan pandangannya, sebenarnya Ara sadar bahwa Aska sedari tadi memperhatikanya.
"Pede banget sih, siapa juga yang liatin Lo, gue ngeliat kodok di pinggir danau tu". Ucap Aska ngaco, padahal tidak ada kodok disana, bahkan meskipun benar disana ada kodok, pasti tidak akan terlihat dari tempat duduk mereka, karena jarak mereka saat ini cukup jauh dari bibir danau.
"Ngeles aja Lo, kaya bocah".
"Lo tunggu sini dulu, jangan bunuh diri di danau. penunggu disini udah banyak, jadi Lo gak usah daftar jadi salah satu dari mereka". Aska berdiri dari posisi duduknya, dan mulai berjalan meninggalkan Ara.
"Lo mau kemana?". Ucap Ara sedikit berteriak karena Aska yang sudah mulai berlalu meninggalkan Ara.
15 menit kemudian Aska kembali dengan sekantong minum di tangan kirinya, dan bunga Asoka di tangan kanannya.
"Buat Lo". Aska menyodorkan satu botol mineral ke Ara.
"Makasih, itu buat apaan?" Tanya Ara sambil melirik bunga Asoka yang berada di tangan kanan Aska.
"Buat kita makan". Aska mulai mengambil seputik bunga Asoka yang ia bawah.
"Heh, lu kira gue Susana makan bunga segala". Tolak Ara.
"Namanya bunga Asoka, bunga ini adalah bunga kesukaan mama gue, dan bunga ini salah satu inspirasi mama ngasih nama Aska ke gue.
Asoka itu berasal dari bahasa sansekerta artinya bebas dari kesedihan. Dan katanya siapapun yang lagi ngerasa sedih kalau liat bunga ini rasa sedihnya bisa hilang, dan hebatnya bunga ini kalau Lo hisap di tangkai bunganya ada semacam madu yang manis dan pasti bakalan bikin Lo ketagihan buat nyoba lagi". Aska menjelaskan panjang lebar mengenai bunga Asoka, dan Ara hanya diam mendengarkan penjelasan Aska, dia sama sekali tidak mengetahui bunga yang di bawah Aska ternyata semenarik itu."Terus gimana cara makan madunya, gue pengen rasain". Ucap Ara antusias setelah mendengar penjelasan Aska.
Aska pun tidak kalah antusias memperlihatkan Ara cara memakan madu dari bunga Asoka.
Tanpa mereka sadari, mereka semakin akrab, bahkan membuat mereka lupa bahwa hari akan gelap.
Aska mengantarkan Ara pulang kerumah, setelah itu Aska pun pulang.
Aska dan Ara tampak bahagia sore ini, rasa sedih Ara karena merindukan ayah dan bunda sedikit terobati karena Aska dan bunga Asoka sore hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
Teen FictionJika kamu memilih dia untuk bersamamu, lantas mengapa kamu mengengam tanganku begitu erat? -AdaraFredellaUlani-