#03

2.6K 390 122
                                    

Karena sisi putih tidak akan selalu terlihat baik, dan terkadang sisi hitam yang menyimpan banyak luka.

***

Kaki panjanngnya yang di balut dengan sepatu hak tinggi berwarna merah melangkah terburu menuju ballroom, tempat acara sialan itu berlangsung. Pita warna-warni dan bunga-bunga cantik menyambutnya di setiap sudut ruangan, tapi nampaknya Oh Minji terlalu malas untuk mengagumi hal-hal seperti itu.

Suara sepatu haknya yang menyatu dengan lantai bergema kecil dan bergetar, tatapan matanya menatap lurus pada pintu besar bermotif aneh dan abstrak dari kayu di hadapannya. Dua orang penjaga tamu menatapnya dari kejauhan dengan senyum lebar. Minji mendecih pelan melihatnya.

Langkah kaki seorang Park Chanyeol yang mengejarnya terburu dari belakang, dia abaikan. Teriakan berat lelaki itu hanya sebatas hembusan angin sepoi di telinga Minji. Rasa terkhianati dan amarahnya cenderung lebih besar daripada teriakan Chanyeol yang menggema di setiap sudut ruangan.

Minji menunjukkan kartu undangannya pada si penjaga tamu, dahi mereka berkerut heran saat menatap Minji dan Chanyeol yang masih berlari dari kejauhan. "Aku tidak mengenalnya. Dia orang gila." Ucap Minji sambil tersenyum canggung pada mereka dan sibuk mengutuki Park Chanyeol setiap detik dalam hatinya.

Kaki panjangnya baru akan melangkah tepat saat tangan itu menggenggam lengannya kuat. "Jangan lakukan itu. Aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan dengan hal ini, tapi kau bisa merusak acaranya." Chanyeol berkata dengan nafas terengah padanya. Laki-laki itu menatap Minji serius. Yang Chanyeol tahu, pernikahan yang terjadi sekarang ini hanyalah satu dari sekian banyak alasan yang akan membuat Minji menjadi orang gila yang tidak waras. Itu yang dikatakan orang-orang di kantor saat Chanyeol bertanya siapa itu Kim Junmyeon dan Lee Jiyeon yang akan menikah.

Mereka bilang, Kim Junmyeon itu adalah tunangan Minji sebelum kartu undangan itu sampai ke tangannya. Anehnya, dua hari lalu, saat Chanyeol memberikan kartu undangan itu, Oh Minji bersikap biasa saja dan dia bahkan mendengar wanita itu memuji desain kartu undangannya.

"Apa yang kau tahu?" Minji melirik dua orang penjaga tamu itu sebentar dengan ekor matanya. "Sahabatku akan menikah, memangnya aku tidak boleh datang?"

Chanyeol mendengus keras, "kau tidak datang dengan niat yang baik." Katanya. Laki-laki itu menarik lengan Minji untuk pergi dari sana, namun Oh Minji berkelit dan menghempaskan tangan Chanyeol yang menggenggamnya.

"Jangan campuri urusanku!" Wanita itu menjerit. "Kau tidak tahu apapun, Park Chanyeol!"

Yang Chanyeol tahu, Oh Minji itu adalah wanita dengan rasa angkuh yang tinggi, dia tidak akan menangis meskipun melihat sesuatu yang membuat darahnya naik sampai puncak tertinggi. Misalnya saja ketika mendapat tamparan keras dari ayahnya saat dia terlambat datang ke perusahaan yang membuat mereka kehilangan klien. Wanita itu, dengan wajah angkuhnya, hanya akan berkspresi datar tanpa perasaan.

Tapi, saat ini, mata yang biasanya menatap semua orang dengan tatapan tegas itu mulai berkaca-kaca. Chanyeol tahu Minji sedang berusaha kuat menahan air matanya dan entah apa yang wanita itu lakukan, ekspresinya kembali datar dan angkuh.

Mereka bertatapan dalam waktu yang cukup lama sebelum Minji memutuskan kontak mata mereka dan berbalik pergi menuju pintu besar itu.

Chanyeol terkekeh pelan, dia mengamati tangan kanannya yang tadi memegang lengan  Minji. "Aku baru saja menyentuhnya." Dan tatapannya berubah menjadi dingin dengan mata tak lepas dari pintu besar dihadapannya.
..
..
..

Suasana di ruangan dengan konsep elegan berwarna putih itu seketika menjadi sunyi senyap, hanya terdengar suara langkah sepatu yang berjalan pelan dari balik pintu besar itu.

Willing DarksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang