#08

2.3K 328 104
                                    

Mungkin aku tak harus mengenang, bahkan jika waktu menginzinkanku untuk kembali ke masa lalu.

..
..
..

Pagi itu, Minji terbangun dengan rasa pusing di kepala dan nyeri di sekujur tubuhnya. Selama beberapa saat wanita itu terdiam di ranjangnya tanpa melakukan apapun, sibuk berpikir mengenai banyak hal yang tiba-tiba masuk tanpa permisi ke otaknya. Misalnya saja, mengenai permintaan maaf Chanyeol semalam. Minji tak begitu mengingatnya, tapi suara lelaki itu terekam jelas di ingatannya.

Matanya terasa sangat berat dan berair ketika dia menguap lebar sambil merentangkan tangannya ke samping, lalu menoleh kebingungan saat tangan kirinya menyentuh tubuh seseorang di sampingnya saat itu. Dan pemandangan wajah Park Chanyeol yang sedang tertidur di ranjang yang sama dengannya membuat pipinya kembali merona. Rona di wajahnya bereaksi lebih dulu sebelum rasa terkejut dan kebingungan yang menghampirinya di akhir.

Matanya membulat sempurna, dan nafasnya terasa tersendat di tenggorokan. Beberapa teka-teki tentang kejadian semalam berubah menjadi tanda tanya besar di kepalanya. Dia mabuk, Minji mengingatnya hanya sampai sebatas meminun satu gelas wine bersama Chanyeol di klub malam itu. Sisanya, Minji bahkan tidak tahu persis kenapa Park Chanyeol bisa tidur di sampingnya.

Untunngnya-atau mungkin tidak-pakaian keduanya masih utuh. Minji tidak bisa membayangkan jika semalam dia dan Chanyeol melakukan hal gila yang di luar nalar. One night stand, Minji benar-benar benci yang semacam itu.

Wanita itu bangkit perlahan dari tempat tidur dan sedikit oleng ketika kakinya berpijak di lantai. Dia tidak mungkin berteriak keras seperti orang-orang berlebihan yang dia lihat di drama setiap malam hanya karena seorang laki-laki tidur bersamanya. Itu, bukan gayanya. Oh Minji lebih memilih menenangkan pikirannya dan mencoba untuk tidak peduli sebelum ingatannya kembali. Lagipula, wajah tidur Park Chanyeol yang terlihat sangat pulas itu, Minji tidak tega membangunkannya.

Dia masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya disana. Lalu keluar lagi tak lama setelah itu dengan memakai kemeja putih panjang dan celana jeans hitam yang di temukannya di kamar mandi. Park Chanyeol masih tetap berbaring terlentang di ranjangnya, lelaki itu sepertinya terlalu malas untuk bangun lebih pagi.

Minji mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil membuka gorden kamarnya. Cahaya matahari di luar sana menerobos masuk dan mengusik Park Chanyeol yang sedang tertidur.

"Selamat pagi, Park." Minji tersenyum masam ke arah laki-laki itu. Lalu terkekeh pelan saat mengamati wajah bangun tidur Park Chanyeol yang terlihat menggemaskan. Rambutnya seperti sarang burung dengan wajah setengah mengantuknya yang terlihat imut.

"Jam berapa sekarang?" Suara beratnya bertanya.

Minji melirik jam dinding yang terletak di atas tempat tidurnya. "Sebelas siang."

"Lalu kenapa kau mengucapkan selamat pagi?"

"Aku tidak lihat jam sebelum kau bertanya." Katanya.

Sepertinya laki-laki itu juga tidak terlalu mempermasalahkan tentang mereka yang tidur satu ranjang semalam. Karena kenyataanya, tidak ada kejadian apapun yang perlu dibicarakan. Mereka hanya tidur. Berdua. Di ranjang yang sama. Itu saja.

"Tolong tutup gordennya." Chanyeol berpesan sebelum kembali mengangkat selimutnya menutupi kepala.

Minji bergerak ke arahnya lalu menyibakkan selimutnya dengan kasar. "Ini sudah siang, pemalas. Ayo, bangun!"

Park Chanyeol mengerang sambil menarik kembali selimutnya. "Lima menit."

Minji menggeram sambil menarik selimut Chanyeol dengan kasar, tapi laki-laki itu tak mau kalah dengan kembali menarik lagi selimutnya. Aksi tarik-menarik itu berlangsung cukup lama ditambah teriakan-teriakan kecil dari Minji dengan gerutuan tidak jelas dari mulut Chanyeol sebelum tenaga Park Chanyeol yang lebih kuat menarik selimutnya dalam satu kali hentakan bersama Oh Minji yang terjatuh di atas tubuhnya.

Willing DarksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang