08: Helena Gracia.

1.5K 305 7
                                    

"WILDANI SASKARA!"

"Ayah harus laksanain acara pertunangan aku sama Helen sekarang."

"KAMU MAU MALU-MALUIN AYAH, HAH?! KAMU MAU SAMA DIA? DIA ANAK PANTI ASUHAN! ASAL USULNYA GAK JELAS!"

Dani mengacak rambut frustasi, meninggalkan sang ayah begitu saja di ruang kerjanya. Kemarin, Dani menginjak umur 16 tahun dan kekasihnya berumur 15 tahun.

Kondisinya semakin sulit.

Ayahnya menomor satukan perusahaan dan Helena adalah anak Panti Asuhan. Dani bisa saja hidup tenang, tapi tidak dengan Helena.

Dia tak memiliki apapun. Hanya Dani yang menggenggam tangannya dalam keadaan suka maupun duka.

Tadi pagi, sudah rutinitas mereka berdua saat baru bangun tidur akan saling bertelepon.

Biasanya, Helena selalu menyapa lebih awal dengan ceria, 'Danii!! Good morning! Jangan lupa cuci muka sama gosok gigi ya!'

Tapi, sahutan cerianya sudah tak ada dan hanya terdengar suara tangis yang berusaha di tahan Helena.

"Dan, aku hamil."

Berdalih merasa kecewa dan menyesal, Dani malah berteriak kegirangan di kamarnya.
Jika Helena hamil, ayahnya pasti pasrah dan segera melaksana pertunangan secepat mungkin, begitulah angan-angan yang ada di benak lelaki dengan lebar bahu 60 cm itu.

Semuanya berbalik dan tak sesuai angan Wildana Saskara. Dia tak tau harus melakukan apa, pikirannya kosong.

Untuk menenangkan diri, Dani mengajak Dana dan Tama untuk pergi makan bersama. Dani tertawa melihat dua teman dekatnya berusaha untuk menghiburnya.

"Selamat siang, apa yang ingin anda pesan?" tanya Helena dengan seragam pelayan dan mata sembab yang ditutupi make up tidak memudarkan kecantikannya.

Dana dan Tama mengerti situasi, mereka pergi begitu saja dengan alasan 'Kita mau nanya password wifi dulu.'

Kini, Helena tetap berdiri tanpa peduli perintah Dani untuk duduk di hadapannya. Helena menarik tangan besar Dani, dan menaruh selembar kertas.

Dani tak mengerti, tanpa disadarinya dia sudah menyakiti Helena Gracia. Terlambat, karena Helena sudah berjalan pergi darinya setelah memberikan senyum lebar untuk Dani sembari berkata,
"Kamu nggak usah tanggung jawab, lagipula ayahmu udah nyuruh aku buat aborsi dan aku bisa melanjutkan hidup dengan tenang di kota lain."


















Dear Wildan Saskara.

Aku masih inget moment dimana kamu mukul panitia MPLS SMP yang nyaris ngebully aku.
Itu pertama kalinya aku jatuh cinta sama kamu.

Gak kerasa ya, kamu udah SMA dan aku udah SMP kelas 3.
Masih greget moment waktu kita dihukum bareng sama kepsek di SMP karena bolos dan makan soto di kantin.

Makasih buat 8 bulan belakangan ini, aku gak bakal lupain semua tentang kamu. Mesumnya di kurangin, jangan sampe kebablasan dan berakhir kayak aku.

Wkwkwkwk, udah ya. Pokoknya cari cewek yang lebih baik dari aku, jangan pernah ngelawan perintah Ayah.

-Helena Gracia.

tbc.

Zekiannn
Walaupun gaada yang baca work ini, aku tetep aja nulis :)

Tama : D.O Exo
Dana : Ken VIXX

-apin☁-

Dunia Oren; bts rv  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang